17.Biru lebih berhak bahagia.

774 81 14
                                    

17.Biru lebih berhak bahagia.

Awan hitam bergelung membuat gerimis membungkus jalanan kota Bandung, seperkian detik rintik itu berubah jadi tetesan air hujan, jatuh membahasi surai hitam Xabiru yang sekarang tengah mengemudi, motor nya menerobos hujan deras, gelagar guntur petir di langit yang menusuk pendengaran sama sekali tidak membuat laki-laki dengan rahang nya yang mengeras ini gentar. Darah di tubuh nya mendidih, meletup-letup.

"DIMANA EVELIN?!" sentak nya bertanya pada para maid yang menunduk, sorot mata tajam Xabiru mampu menusuk ke jantung.

"Maaf tuan muda, tapi tuan melarang untuk mempertemukan nyonya dan tuan muda," ucap salah satu maid yang berjajar.

Tangan Xabiru menyibak rambut basah nya yang terkena tetesan hujan, membahasi lantai berkilat bersih rumah mewah milik Alex ini. "PERSETAN, GUE MAU KETEMU DIA!"

BRUAK!

Guci besar yang ada di ruangan itu pecah, menimbulkan suara yang cukup kencang sampai ke lantai dua.

"Maaf tuan muda, itu perintah dari tuan yang tidak bisa diganggu gugat."

Xabiru berdesis galak, seperti ular. "Shits."

BRUAK!

BRUAK!

BRUAK!

Semua perabotan berharga tinggi di ruangan besar itu Xabiru banting secara kasar, para maid yang notabene perempuan, terdiam takut-takut, dari kecil hingga dewasa baru kali ini mereka melihat 'tuan muda' nya marah besar.

"BIRU STOP IT!"

Atap langit-langit lenggang beberapa saat, hanya langkah kaki Evelin yang terdengar, mendekati Xabiru yang nafas nya masih menderu kencang.

"KUNCI!" ketus nya to the point.

"Ganti baju mu dulu---"

"KUNCI NYA!" ulang Xabiru dengan suara berat berpadu dingin, penuh ancaman.

Evelin coba tetap tenang, tatapan teduh nya sama sekali tidak berhasil membuat Xabiru luluh, tidak seperti dulu. "You could get sick, biru."

"I DO NOT CARE! KUNCI?!"

Tidak ingin amarah Xabiru semakin meledak Evelin segera meronggoh saku celana piama nya, cukup lama hingga Xabiru beringsut mengambil dengan bengis, melangkah penuh emosi ke ruangan terlarang. "Biru hei, listen to me...."

Sulit menyamakan langkah kaki nya dengan langkah besar Xabiru. "Ru aku---"

"GUE INGETIN, NGGAK USAH NYENTUH APAPUN MILIK MOMMY!" sentak nya dengan api yang berkobar di netra hijau yang menggelap. Menunjuk-nunjuk wajah Evelin. "LO MUNGKIN BISA GANTIIN POSISI MOMMY BUAT DADDY, TAPI BUAT GUE? SAMPAI NAFAS GUE BERHENTI PUN NGGAK AKAN NGAKUIN LO BAGIAN DARI RICARDO!"

Dalam prinsipil keluarga Ricardo jika sudah menunjuk-nunjuk wajah seseorang adalah puncak nya kemarahan, karna hal itu benar-benar dianggap paling lancang. Jika Alex tahu bisa langsung dicoret dari bagian Ricardo Xabiru.

Bibir Evelin terkantup, menelan ludah. "Ru, mau sampai kapan? harus selalu kaya gini dulu biar kita bisa ngobrol."

Ucapan Evelin hanya Xabiru anggap angin lewat, ah itu terlalu bagus. Mungkin dianggap kotoran yang mengambang di danau.

"Kamu butuh penjelasan aku ru," lirih nya. Hati Evelin sakit ditatap nyalang oleh seorang Xabiru yang dulu selalu memberikan ia tatapan hangat, penuh cinta dan mimpi.

XABIRU [END]Where stories live. Discover now