24.Duplikat dari sang ayah

674 60 7
                                    

24.Duplikat dari sang ayah

"Gue sama Zergan papasan sama Calvin di tangga rooftop Ra, muka dia pucet berlumur darah, tubuhnya bergetar hebat. Zergan langsung lari ke bawah nyari pertolongan, sedangkan gue sama Calvin nemuin baraq yang udah terkapar di lantai, Calvin terus ngucapin 'gue takut ayah gue ru, takut ru, takut' seumur-umur temanan sama Calvin baru kali ini gue liat dia ketakutan kaya gitu Ra, dia bukan tipe orang yang penakut atau gampang sedih. Selalu bisa haha-hihi dalam keadaan nggak baik sekalipun. Ayahnya depkolektor, galak. Walau jauh lebih galak daddy tetep aja gue nggak tega Calvin dipukulin ayahnya sendiri. Alhasil gue ngambil darah di deket kepala baraq dan nempelin ke sekujur tubuh biar gue yang tersangka," ungkap Xabiru bercerita. Rai sedari tadi mendengarkan sambil menahan nafas.

Xabiru mengeratkan genggaman pada tangan Rai, coba tersenyum meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja. "Gue bener-bener nggak mau Ra kejadian pahit yang gue rasa ikut dirasa sama temen-temen gue atau sama orang-orang tersayang. Orang yang berpengalaman bisa lebih tau dari pada orang yang terpelajar Ra. Ini menyangkut perasaan, dipukulin sama sosok figur seorang yang harusnya kita anggap super hero itu sakitnya akan membekas lama, Ra."

Rai mengangguk sambil membuang nafas perlahan, arti anggukannya setuju dengan ucapan Xabiru, tersenyum dan mengusap-ngusap tangan Xabiru. "Baraq nggak sampai wafat kok, dia koma. Nggak papa itu bukan salah biru dan Calvin. Kalian bukan laki-laki yang suka menghidupkan api lebih dulu. Ra paham biru, paham."

Hati Xabiru terasa lega, sekarang jika ada masalah cerita pada Rai jalan terbaiknya. Bukan alkohol atau memendam sendiri.

Diberikan senyum oleh Rai membuat wajah Xabiru jadi menjengkelkan, Rai mendengus kemudian mengambil kotak makan dari tas. "Kebenaran bakalan menang Ru, pasti. Sebelum itu biru harus banyak makan supaya keluar dari sini tetep sehat. Kita jadikan muncak kan?" Xabiru menerima suapan dari sendok yang Rai sodorkan. Mengusap rambut gadis manis tersebut dengan gemas, mengangguk yakin.

"Enak nasi gorengnya jadi mau dipeluk yang bikin," celetuk Xabiru membuat pipi Rai memerah.

"Yah yang bikin teh Selin," gurau Rai memasang wajah cuek. "Sana gih peluk."

Xabiru tahu Rai berbohong, lidah Xabiru sudah hafal cita rasa masakan tangan Rai. "Ya nanti kalau udah keluar," balasnya sengaja memancing Rai cemburu.

"Ih?!!"

"Sekalian disun," lanjut Xabiru.

Bibir Rai mengerucut, ngambek. "Enak aja Ra aja belum pernah disun."

Tangan Xabiru yang tengah menyendok langsung terhenti, menatap Rai yang masih memasang wajah marah dengan senyuman geli. "Ra nakal banget sih?"

Masih tidak menoleh pada Xabiru bibir Rai menampakan senyum tertahan. "Mau Ra?"

"BERCANDA!" Rai gelagapan sendiri saat Xabiru mendekat. "Ini depan kantor polisi biru!" omel Rai memelototi.

Yang dipelototi terkekeh, padahal ia mendekat untuk meniup semut yang sekenaknya berjalan di pipi mulus Rai. "Ini Ra bukan sun," elak Xabiru sambil menyodorkan suapan nasi goreng.

Sambil menguyah mulutnya bersungut-sungut meruntuki Xabiru yang puas tertawa.

******

Satu jam setelah Rai pulang aunty datang. Membawa banyak makanan berprotein tinggi. Xabiru bukan si perut karung, tapi untuk menyenangkan hati sang aunty dirinya rela kembali makan. Benar bukan, Sarah tersenyum manis masakannya dinikmati oleh Xabiru.

"Aunty bisa membebaskan mu tapi daddy mu melarang, dia ingin kau jera. Kau harus bersabar untuk beberapa hari kedepan. Aunty tahu kau bukan pelakunya, jika benar pun pasti tidak sepenuhnya salah mu," kata Sarah tegas namun terdengar lembut bagi Xabiru. Silsilah darah Ricardo rasanya jika bicara selalu tegas penuh wibawa.

XABIRU [END]Where stories live. Discover now