13.Ru, bumi udah bersyukur.

890 95 8
                                    

13.Ru, bumi udah bersyukur.

Xabiru meringkuh pinggang ramping Rai setelah aksi kejar-kejaran dengan para penjaga yang beberapa kali melesatkan pistol nya, masuk ke terowongan atap plafon, setelah kedua nya masuk Xabiru kembali menutup nya. Penutup plafon atap nya terbuat dari jeruji besi sehingga memiliki sela-sela yang dapat membuat Xabiru bisa memperhatikan kaki orang-orang yang tengah kebingungan mencari mereka berdua.

"BIRU!" Rai gelagapan karna disini tidak ada cahaya. Tangan Xabiru bergegas mengambil senter ukuran sedang dari saku hoodie hitam nya.

Plak!

Tangan Rai memukul lengan Xabiru yang mengarahkan senter itu tepat di depan wajah nya sehingga Rai harus menutup mata akibat silau, orang yang ditepak enteng terkekeh geli. "Rese banget sih? kita mau sampai kapan sembunyi disini, pengap biru."

"Ikutin gue," kata nya memimpin melaju dengan gaya tiarap, macam tikus yang terjebak di selokan. Nama nya juga plafon rumah gedong jadi wajar luas dan bersih, Rai dan Xabiru malah bisa berjalan berdampingan.

"Gue nggak akan ninggalin lo Ra," goda Xabiru saat Rai mempererat pegangan pada baju nya.

"Diem ga?" kesal Rai dengan wajah marah. "Santai banget sih? ini itu yang dipertaruhkan nyawa, Biru!"

"Rai daddy gue tuh banyak duit, gimana pun cara nya dia pasti bakalan bikin gue idup lagi," balas nya dengan nada sumbang lalu tertawa hambar.

Sambil terus berjalan mengendap-ngendap melewati tiap belokan Rai bertanya agak ragu. "Kok gitu?"

"Karna gue investasi perusahaan nya di masa depan," jawab Xabiru membuat Rai langsung terdiam. "Ra daddy bakalan mati-matian nyingkirin orang-orang yang dia ga perlu untuk keegoisan nya dan dia juga bakalan mati-matian dapetin apa yang dia perlu buat kebahagian nya sendiri."

Tanpa dijelaskan lebih detail pun Rai si gadis smart ini tahu apa yang Xabiru maksud. "Biru kita kaya dua tikus tingkat SMA ga sih?" tanya Rai banting setir topik pembicaraan. Xabiru yang sadar tertawa renyah, tawa yang membuat Rai kembali lega.

"Bentar lagi sampe, sabar ya?" Rai mengangguk sambil mengusap peluh di dahi.

Tiap belokan atau tikungan Xabiru tidak pernah ragu untuk terus berjalan seolah ia sudah tahu titik-titik pusat tempat ini. Jika Rai sendiri disini mungkin ia akan ditemukan tiga tahun kemudian, karna memang sebanyak itu belokan nya.

"BIRU!" jerit Rai saat tubuh Xabiru jatuh ke lubang. Rai kembali merangkak dengan nafas memburu ke dekat lubang yang membuat Xabiru jatuh.

Yang dikhawatirkan tengah menyengir sambil melihat ke atas. "Sini Rai loncat gue tutup mata," perintah nya sambil menutup mata rapat-rapat. Rai menggigit bibir bawah takut-takut, bukan takut hiasan atau gaun nya rusak melainkan agak trauma bekas kejadian naas di gudang beberapa hari lalu.

Berbagai kemungkinan buruk ia tepis jauh-jauh. "Ga, pasti bisa!" dengan penuh keberanian ia loncat dan mendarat sempurna di jok mobil yang atap kaca atas nya terbuka lebar.

"Oh si anak pinter lagi takut?" tanya Xabiru menahan tawa karena mata Rai masih terpejam. Rai menghela nafas dan memelototi Xabiru. "Pindah ke depan ayo," ajak Xabiru, sesudah nya mereka ada di jok depan, Xabiru yang mengemudi. Memakai sabuk pengaman dan meluncur.

"BIRU-BIRU MEREKA NGEJAR!" rasa panik yang tadi sempat hilang kembali berdatangan. Sorot tajam Xabiru melihat pada spion mobil, smirk devil terbit di bibir ranum Xabiru yang berwarna merah muda segar padahal dulu sebelum kenal Rai hampir setiap hari merokok.

Tangan Xabiru memencet salah satu tombol hingga atap mobil convertible warna hitam ini kembali tertutup rapat. "Ready start the game, Ra?"

XABIRU [END]Where stories live. Discover now