46.Lekung pemulih luka

770 55 6
                                    

46.Lekung pemulih luka

"Luka lebih cepat membuat mu dewasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Luka lebih cepat membuat mu dewasa." -Xabiru-

_____________

Menutup pintu mobil perlahan, membuka kacamata hitamnya lalu mengeratkan jaket kulit yang ia kenakan, umurnya sudah masuk 30 tahun namun aura memesona garis wajahnya tetap saja menyegerakan penglihatan. Langkah tegap Xabiru menyusuri lorong kelas, ramah menyapa orang-orang yang tersenyum padanya.


"Selaku ayah Maharaja Amongraga?" tanya Bu Nina menyunggingkan senyum tipis.

"Benar, tindakan apa yang sudah anak saya perbuat?" tanyanya bersuara berat. Menatap takzim bola mata guru BK sekolah dasar anaknya ini.

"Raga berkelahi, memukuli teman sebayanya hingga dilarikan ke rumah sakit," jelas wanita paruh baya itu membuang nafas ikut sedih.

Keras rahang sedikit berbulu milik Xabiru setelah mendengarnya. "Bisa tolong panggil putera ku?"

Sudut kanan bibir Raga sobek, ada bekas darah di hidung serta lebam lain di wajah bersihnya. Ia menunduk kala sudah bersebelahan dengan sang ayah yang menghunus tajam ke arahnya.

"What the hell?" tanya Xabiru tegas dan dingin, Bu Nina bahkan merasa aura mulai menegang.

"I am really sorry, ayah. Aku benar-benar menyesal," katanya tidak berani menatap sorot hijau Xabiru.

"Are you really my son?" Raga diam sebentar, kemudian menegakan tubuhnya dan berani menatap Xabiru. Selalu seperti ini, Raga di didik untuk jadi anak pemberani bukan seorang pengecut.

"Yeaaah, aku anak mu. Tidak akan memukul jika tidak diusik, api tidak akan menyambar ganas jika digunakan dengan benar," ujar Raga pasti juga lantang menyuarakan moto hidup yang selalu ia pegang.

"Aku memukuli Ghava karna dia sering mengolok-ngolok Nesya, berkata menyakiti hatinya karena kurangnya ekonomi keluarga Nesya, terkadang juga sepatu, ransel, bolpoin atau sepeda Nesya selalu Ghava sembunyikan. Itu jahat menindas orang tidak bersalah dengan tujuan senang-senang, i hate stupid people like that...." ungkap Raga diakhiri decihan di ujung katanya.

Cetakan lekung di bibir Xabiru terlihat kembali. Ia menepak tiga kali pundak Raga. Sirna raut menyeramkan tadi. "Come on, relax dude! siapa yang menang tadi?"

Bola mata Raga kembali berbinar mendengar nada jenaka itu. "Aku, aku yang menang!" jawab Raga percaya diri, dadanya membusung.

"Well done, boy! gimana-gimana, jurus apa yang kamu pakai?"

"Yang ayah ajarkan! aku memetingkan lehernya, membanting tubuhnya dan----menakjubkan aku berhasil membuatnya kalah, dia hanya...." Raga mengedikan bibir, meremehkan. "Seperti tikus kecil yang haus perhatian."

XABIRU [END]Where stories live. Discover now