10.Anti bucin garis keras

1.1K 93 20
                                    

10.Anti bucin garis keras.

Rai yang tengah membantu menghitung pengeluaran uang kas kelas karna sebelum nya keliru dihitung oleh bendahara dan satu kelas kena imbas nya mendelik, menatap tiga gadis yang berdiri tegak di depan nya.

"Lo si anak baru yang nama nya Raisa Putri Febrianto itu kan?" ketus si gadis paling depan bertanya dengan wajah judes berkali-kali lipat.

"Eh?" bukan apa-apa, Rai hanya sedikit terkejut saja melihat penampilan mereka. Baju dan rok nya sangat ketat hingga Rai yang melihat saja ikut pengap. Bibir nya merah merona dengan rambut yang sedikit merah jika terkena paparan sinar matahari.

"Jawab aja!" sentak nya.

Kedua anak buah di belakang nya yang memilin-milin rambut, bersungut-sungut menyindir pelan. "Pinter dari mana? lemot kali, iuhhh," cetus mereka, memutar bola mata.

Nara yang asik sendiri drakoran di ujung kelas padahal PR kimia nya belum membuka earphone, tertarik menyaksikan.

Tidak terlihat marah atau sok-sok an. Rai dengan santai nya mengangguk. "Iya, kenapa?"

"Oh," singkat nya. Oh yang terdengar menjengkelkan. "Dicariin Bu susan di kantor! let's go girls!" lanjut nya tetap sinis, sebelum pergi mereka mengibaskan rambut panjang bak model iklan sampo hingga mengenai wajah Rai yang bukan marah malah terkekeh geli.

"Nanti Rai lanjut di rumah ya? ada urusan dulu sama Bu Susan," kata nya dengan tatapan teduh pada sang bendahara.

Si bendahara tersenyum lega, benar-benar setelah ada Rai kelas mereka selalu tentram, apapun masalah nya bisa Rai tangani. Belum lagi ia benar-benar easy going dan ramah jika dimintai bantuan.

"KATA BU DESI JAM PELAJARAN DIA PAKAI LAT-UP AJA, KUMPULAN DI LAPANGAN!" perintah Juna tegas pada teman-teman kelas nya. Nara orang pertama yang senang mendengar kabar itu karna tugas dari bu Desi lah yang belum ia kerjakan, padahal itu guru sekaligus wali kelas nya.

"RAI!" Nara mengejar Rai yang berjalan keluar kelas. "Diapain lo sama tiga nenek lampir? labrak balik kalau dia macem-macem sama lo, gue bantu!"

"Serius?" tanya Rai pura-pura senang.

"Tapi? males ah, udah biarin aja," balas nya yang sudah berubah pikiran padahal belum beberapa detik ia bersemangat mengajak.

Rai tertawa, sudah hafal tabiat 'teman baru' nya itu. Dari kejadian undangan tiga hari yang lalu Nara jadi makin sok akrab dengan Rai, Rai tak masalah. Toh mereka sama-sama tidak punya teman dekat, tidak ada yang mau berteman dengan mereka berdua, Nara yang dengan ke-ngaretan nya menguji kesabaran dan Rai si gadis sempura hingga orang-orang segan pada nya sekarang jadi teman dekat.

"Tadi tu Rai geng nenek lampir nama nya the Devil! males banget gue mau gibah, tapi perlu karna ini menyangkut gebetan lo Xabiru," kata nya. Rai sudah menegaskan jika antara dirinya dengan Xabiru sekedar teman tapi si Nara bebal ini tetap saja, dan sejak kapan pula membicarakan menyangkut Xabiru terus jadi trending topic bagi Nara.

"The Devil?"

"IYA IH?!!! artinya devil, demvlon imut langsing!" tawa Rai pecah seketika. "Cocok banget sih kalau nggak ada artinya."

"Harus banget demvlon dibaca nya? kok udah demplon malah langsing sih?" heran Rai tertarik ingin tahu lebih.

"Ya kan?! melawan hukum alam banget."

Rai tertawa lagi sambil geleng-geleng kepala.

Wajah malas nya entah disembunyikan dimana, jika sudah mengajak gibah sok serius giliran kerkom banyak menguap. "Ketua nya tadi tuh si Triona mantan gebetan Xabiru, dulu setelah putus sama Kak Evelin Xabiru jadi playboy abis! semua cewek jamet dia babat, ngeri ih. Tapi tenang Rai sekarang udah tobat. Kemarin kepentok punduk onta kali pala nya."

XABIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang