37.Biru, you are not alone.

691 64 6
                                    

Lagi2 ku saranin puter dulu lagu di atas deh, aduh last child tuh setiap liriknya selalu ngena bgt, aku kalau ngetik sambil denger lagu mereka.

"Seiring saat keringnya air mata tak mampu menahan pedih yang tak ada habisnya. Hanya diri sendiri yang tak mungkin orang lain akan mengerti." -Last Child-

37.Biru, you are not alone.

Gorden yang terbuka membuat cahaya mentari menyinari wajah, siluet terang menyilaukan penglihatan Xabiru yang mulai membuka bola mata. Udara pagi ini terasa sejuk menerpa wajah. Kesadaran perlahan mulai terkendali.

Semalam usai mengatakan yang sejujurnya pada Sarah ia pingsan akibat kewalahan, daya tahan tubuhnya menurun. Butuh selang infus agar bisa kembali sehat, itu kenapa sekarang dirinya ada di ruangan rumah sakit. Sarah juga semalam memaksa Xabiru untuk operasi, mengingat itu jantungnya langsung berpacu cepat, segera berontak.

Aksi berontak Xabiru terurung saat melihat wajah cemerlang Rai yang meringkuk di sebelahnya, menjadikan tangan Xabiru sebagai bantal. Tidur Rai mulai terusik oleh pergerakan tubuh Xabiru.

Urusan ini semakin serius karena semua sudah tahu, senyum hangat dari Rai sebagai pembuka obrolan membuat Xabiru mematung. Bahkan ketika sudah tahu Xabiru berbohong besar Rai masih mau menerimanya kembali.

"Ra?"

"Kenapa biru?" persis sekali, Rai yang ini adalah Rai yang sama sebelum Xabiru berbohong.

"Maaf, Ra."

"Eh biru, Ra semalem liat-liat buku model kebaya sama jas gitu lho dari eyang," ucap Rai coba biasa saja, mengalihkan topik pahit yang akan keluar dari mulut Xabiru. "Nih liat---"

Suara serak Xabiru menyela. "Ra, maaf."

"Kita pake yang warna biru tua nanti, mau nggak biru? samaan sama Ra," ucap Rai memperlihatkan yang ia pilih.

Wajah ceria Rai sangat berbanding terbalik dengan Xabiru yang penuh sesal. Lemah.

"Ra gue bohongin lo."

"Mau gak biru?" suara Rai mulai sedikit bergetar.

"Maaf Ra, gue nggak bisa jamin bahagia lo lagi."

"Oh biru nggak mau couple sama Ra?" tanya Rai cemberut tapi matanya memerah. "YA UDAH SANA SAMA GESS!"

"Ra maaf ya, Ra?"

"Nggak papa kalau nggak mau warna biru, terus mau warna apa?" Rai masih tegas enggan membahas hal kemarin-kemarin.

Bibir pucat Xabiru tersenyum simpul. "Ra pake apapun cantik, selamat lulus Ra."

Rai mengangguk-ngangguk sumringah. "Jadi mau ganti warna apa kita?"

"Ra sama Nara, Juna, Zergan dan Calvin. Gue liat lo dari atas nanti," ucap Xabiru parau.

"Nih ya menurut Ra, kulit biru kan putih jadi warna gelap pun cocok. Warna item aja ya?" Rai tepuk tangan sambil tersenyum, senyum yang amat Xabiru benci.

"Ra janji sama gue jangan simpen harapan apapun lagi ke gue, dulu emang gue percaya nggak ada yang bisa bikin lo bahagia selain gue, ternyata itu keliru yang fatal Ra. Bahagianya setiap orang bukan tanggung jawab orang lain tapi tanggung jawab diri sendiri, lo nanti kalau gue pergi harus bisa cari bahagia sendiri. Bahagia yang nggak harus bergantung sama seseorang karena skenario tuhan nggak akan bisa ditebak," nasihat Xabiru yang membuat air mata Rai tergenang di ujung mata.

"Ya kalau skenario tuhan nggak bisa ditebak kenapa biru paling sok tau kalau umur biru nggak akan bertahan lama, hah?!"

"Karna gue mau nyerah."

XABIRU [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant