29.Siap patah berkali-kali

519 49 31
                                    

29.Siap patah berkali-kali

Jika pertemuan adalah takdir maka perpisahan itu pilihan.

Sebetulnya ada pilihan selain berpisah. Bertahan. Tapi apalah daya Xabiru sudah memilih keputusan yang Rai jelas menolak.

Dua hari belakangan seperti sengaja Xabiru dan Geisha terus menebar kemesraan. Dunia terasa milik mereka berdua kami dianggap mengungsi.

Acara galau Rai juga sudah selesai, uring-uringan tidak jelasnya berakhir dengan berat badan yang bertambah, pipi Rai semakin menggembung. Sudah dikatakan apapun masalahnya pasti pelarian Rai makan.

Kabar baiknya pikiran Rai kembali jernih, ia sudah memutuskan untuk jadi detektif. Mencari tahu alasan apa yang membuat Xabiru berkoar-koar menyatakan jika dirinya bajingan. Rai tahu betul laki-laki firs kiss-nya itu bukan pria pengecut yang memainkan hati wanita.

"Ru anjing kenapa si lo?" Zergan bertanya hampir naik pitam.

Secara kasar Xabiru menepis telapak tangan Calvin yang memeriksa panas di keningnya dengan mimik wajah tidak bersahabat. "Biru banyak gaya gue kelipak lo."

Tatapan menyebalkan dari dua temannya membuat Xabiru memutuskan pindah tempat duduk di depan, tepat di sebelah Ani. Bergegas menyontek PR mapel PPKN.

"Kerasukan apaan bocah?" Zergan diam, tidak tahu. "Bagus si rajin, tapi---bangke laguan tai kali pacaran sama Gess terus ngejauh dari Rai?"

"Gue kasian sama Rai, kemarin dia kalau nggak sibuk lomba pasti paling pertama ngejenguk," balas Zergan, membuang nafas gusar.

"Diem-diem basah biru." Calvin menyeletuk dengan tangan yang sibuk menempel stiker distro ke sampul buku.

Zergan mengangguk, matanya menerawang lurus kedepan. "Ada yang nggak beres."

"Beresin gan, kata nenek gue juga jadi laki mah harus rajin," ujar Calvin meminta ditikam oleh Zergan.

"Kalau kata nenek gue lo bangsat, pergi lo," usir Zergan galak. Calvin menyengir minta maaf.

Bunyi bel membuat semua anak berhamburan keluar kelas, baru saja Zergan dan Calvin mau mengajak Xabiru ke kantin sudah lebih dulu dihampiri Geisha.

"Mau makan apa?" tanya Xabiru mengacak rambut Geisha.

"Kebiasaan, berantakan elah rambut gue," kesal Geisa dengan wajah angkuh yang khas.

"Yaelah lo gimana pun tetep aja jelek gess," balas Xabiru jenaka.

Geisa mencebikan bibir. "Ngaca nyet, lo sama satpam sekolah aja cakepan pak Wendi." Xabiru tertawa.

"Jelas, kemek ah," ajak Xabiru merangkul Geisha. Pasangan yang jauh dari kata kata-kata puitis.

"Siang, Biru!" sapa Rai dengan senyuman sumringah. Langkah kedua pasangan tersebut terhenti.

"Minggir," usir Xabiru ketus.

Masih dengan mengulum senyum Rai menyodorkan tempat makan yang ia bawa. "Nasi goreng kesukaan biru."

Sekilas Xabiru melirik lalu berdecih. "Tuli? minggir," tolak Xabiru mengeratkan rangkulan pada Geisha. "Lo harus bisa ngehargain perasaan cewek gue."

Tangan Rai yang menyodorkan masih belum turun, "iya terima dulu."

Zergan dan Calvin memperhatikan di belakang tubuh Xabiru. "Ribet banget jadi cewek," grutu Xabiru mengambil uang merah di sakunya, memberikan pada Rai kemudian menarik kasar tempat makan tersebut.

"Ga usah munafik, gue nggak bisa kasih cinta-cintaan yang lo masih harep-harepin, terima aja tu duit," ucapnya sarkas. Membawa Geisha yang sedari tadi terlihat acuh untuk pergi.

XABIRU [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz