07.Jagoan sedang sakit

1.4K 110 4
                                    

07.Jagoan sedang sakit

"JANGAN GILA RAISA! SEBERAT APA SI MASALAH HIDUP LO SAMPAI MAU BUNUH DIRI? SIAPA YANG BERANI GANGGUIN LO? GUE PENGGAL HIDUP-HIDUP KEPALANYA! JAWAB!" sentak Xabiru dengan nafas yang masih memburu.

Rai mengibaskan satu tangannya di depan wajah Xabiru. "Kalau mau minta maaf nggak usah pake marah-marah," ucapnya enteng lalu kembali sibuk mengusap-ngusap kucing berbulu putih itu.

"RAISA!" tangan Xabiru mengangkat dagu gadis itu.

Plak! tangan Xabiru Rai pukul cukup kencang.

"Gak usah pegang-pegang! kenapa sih?" ia membuka earphone yang terpasang di kedua telinganya, merasa aneh juga mengapa raut wajah Xabiru sangat marah.

"Batalin rencana bunuh diri lo!" ketus Xabiru, ia sungguhan marah. Rasa cemas di hatinya untuk Rai amat membuat Xabiru panik bukan main.

Kornea mata Rai membulat. "Bunuh diri?"

"Gue nggak lagi main-main Rai!"

"Lho siapa yang mau bunuh diri?"

"YA, LO!"

"NGGAK, GILA YA KAMU?"

"LO YANG GILA! TERUS NGAPAIN DISINI?" dengan wajah tanpa dosanya Rai menunjukan kucing yang sedari tadi ia gendong.

Tanpa penjelasan Xabiru langsung paham, sekarang demi apapun rasanya Xabiru ingin meledak-ledak. "Eh lho? kalian ngapain rame-rame di bawah?" teriak Rai bertanya pada orang-orang di bawah.

"TURUN RAI JANGAN NEKAT!"

"MASA DEPAN LO MASIH PANJANG!"

"DENGAN BUNUH DIRI MASALAH LO NGGAK AKAN KELAR!"

"TURUN RAI, BAHAYA!"

Wajah Rai berubah jadi nelangsa, ia menepak jidatnya sambil membuang nafas pasrah. Ia tidak akan sebodoh itu melakukan hal yang amat Tuhan benci.

Keduanya berakhir di ruang BK. Xabiru berkali-kali mengusap telinganya yang panas akibat omelan panjang dari mulut Pak Wendi, dia benar-benar pantas mendapatkan julukan si kecil cabai rawit.

"Pak nggak bisa gitu dong, eyang saya bakalan sakit lagi kalau disuruh datang kesekolah apa lagi denger cucunya niat bunuh diri, nanti kalau dia syok terus jantungnya kena gimana, pak? lagian saya bener-bener nggak ada niatan bunuh diri, saya cuma nolong kucing yang nyangkut di genteng," papar Rai dengan mata penuh harap.

"Tetap saja kamu meresahkan Raisa, amat meresahkan, satu sekolah langsung heboh tadi, jantung bapak saja sampai pindah ke Jakarta," omelnya kukuh.

"Ya kalau mau disalahin harusnya mereka yang salah tanggap tentang niat baik saya dong pak? nyebar berita hoax mentah-mentah, mereka udah nuduh saya yang nggak-nggak, pak jalan pikir saya nggak sedangkal itu buat ngilangin nyawa sendiri," jawab Rai coba untuk tidak ngotot, tetap sopan.

"Tidak bisa, sudah jangan tawar menawar lagi ini bukan pasar senen! berikan surat itu pada eyang mu, besok beliau suruh datang."

"Pak...."

"Sudah Raisa, pusing bapak. Lagi pula bisa-bisanya kamu tidak dengar suara teriakan kami dari bawah?!"

"Lho saya kan pake earphone, emangnya ada larangan buat jangan pake earphone di atas gedung sekolah?" Xabiru menahan senyum kirinya saat Pak Wendi tersekak, sudah dibilang Rai itu bukan gadis sembarang.

"Kamu ya, jawab terus!"

Rai memejamkan matanya sekejap dan tersenyum. "Ya karna saya nggak salah pak, orang yang diem aja akan terus ditindas hidupnya, merugi. Siapa pak siapa yang mau jadi manusia yang merugi?"

XABIRU [END]Where stories live. Discover now