32.Dua pemeran yang buruk

532 64 52
                                    

32.Dua pemeran yang buruk

Terbaca dari raut wajahnya Rai tengah senang hati, Juna memejamkan mata beberapa saat sambil menghembusan nafas panjang.

"Juna lo udah hafal?" tanya Nara yang duduk sambil memakan keju batangan.

Juna yang memilih duduk di sebelah Rai mengangguk. "Semua orang pasti hafal UUD dari SD kali, na?" tanya balik Juna. Nara tersedak. Rai tertawa mengerti jalan pikir Nara.

"LO DOANG," ketus Nara yang dari semalam belum hafal.

"Lo belum hafal?" Juna bertanya sama sekali tidak bermaksud menyinggung.

"Masih besok lusa, gue bisa SKSM," ucap Nara enteng, bicara sambil menguyah dengan wajah mangsyulnya.

Rai menutup buku paket PPKN-nya seraya mengeryitkan alis. "SKSM itu metode ngapal apa, na?"

"Sistem kebut satu malam, gila lo ya na. Ga kasian sama otak? dari kelas satu kalo ada hafalan ngapilannya malem sebelum hamin 1 terus, tapi anehnya lo bisa hafal cepet," kata Juna keheranan.

"Kata ayah gue emang pinter Jun, tapi..."

"MALES," sekat Juna. Rai tertawa.

"Juna dari mana?" Rai mengalihkan topik agar Nara tidak bad mood jika membahas hal berbau malas.

"Balikin jaket biru," ucap Juna jujur.

"Biru? eh kenapa Juna pinjem jaket biru?"

Juna tersenyum tipis. "Kemarin saat biru dihukum pak Wendi ketinggalan di ruangannya, terus pak Wendi minta gue balikin," tentu kali ini jawaban Juna berbohong. Juna tetaplah laki-laki payah yang tidak berani mengakui jika ia menyukai Rai, ia hanya bisa menjaga Rai dalam diam dan memastikan kebahagian kecil hati Rai, semacam ini. Jika berkata jujur Rai pasti sakit hati.

Rai ber-oh sambil mengangguk.

"Ra."

"Iya, Jun?"

Ada keraguan di wajah Juna saat akan berucap. "Kenapa Jun?" tanya Rai mendesak.

"Oh itu tadi biru titip pesen ke gue, besok jam istirahat ke dua dia minta ketemuan berdua sama lo di rooftop," ucap Juna dengan gestur yang kembali kalem saat bibir Rai mengukir senyum semangat sebagai respon.

Telunjuk Rai mengarah ke diri sendiri. "Rai Jun?"

Kepala Juna mengangguk. "Rai yang ini?" tanya Rai lagi.

"Eh? Iya Ra," balas Juna sedikit bingung, apa tadi ia terlihat berbohong sampai Rai harus bertanya ulang.

"Raisa Putri Febrianto ini, Jun?" Rai memastikan sekali lagi. Nara menoleh kesal.

"Rai jangan sampe gue nikah sama ceye deh? orang iya elo!" sungut Nara. Juna tertawa kecil, Rai sendiri kegirangan.

Dipikiran Rai Xabiru akan seperti sebelumnya, penuh kejutan.

Semoga saja.

*****

Xabiru menepis kasar tangan Calvin dan Zergan yang telah menyeret dirinya ke gudang sekolah.

"Ga usah buang-buang waktu gue, ngapain?" ketus Xabiru, netranya hitam pekat tertutup kabut rasa dengki.

"Sejak kapan?" Zergan bertanya lebih dulu dengan nada dingin hingga Calvin merinding. Aneh, dua temannya kenapa bisa semenyeramkan ini?

"Jangan bertele-tele, yang jelas," Xabiru tidak paham arah ucapan Zergan.

"SEJAK KAPAN LO PAKE, ANJING!" bentak Zergan, rahangnya tambah mengeras.

XABIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang