1. Lines Plan

5.1K 250 4
                                    

Beberapa kali gadis itu menguap menahan kantuknya. Dia masih setia berhadapan dengan laptop di depannya sambil menggeser mouse dan mengklik disana-sini. Jam sudah menunjukkan pukul 00.57 masih terbilang belum malam untuk begadang. Namun matanya sudah sangat sepat ingin tidur karena lelah setelah seharian beraktivitas.

Sementara itu seorang pemuda berjalan gontai keluar dari kamar mandi. Dengan mata setengah terpejam dia menggaruk punggungnya yang gatal. Pantulan cahaya terang di sela-sela pintu dari kamar sebelah membuatnya bertanya-tanya. Ngapain jam segini masih belum tidur ?

Tok...tok...tok

"Iya ?" Ucap Arun mendengar ketukan. Lantas bangkit membukakan pintu.

"Kok belum tidur ?" tanya Gara dengan wajah kantuknya.

"Biasa. Masih nugas mas. Ngerjain LinesPlan¹" jawab Arun.

"Kapan deadline ?"

"Mana ada deadline. Ini tugas satu semester. Pandai-pandai ngatur deadline sendiri buat tiap progress"

"Ooh...jangan malem-malem tidurnya. Besok masih ada kuliah kan. Kebut weekend aja, nanti aku bantu" ucap Gara.

"Iya"

Gara meninggalkan kamar Arun dan kembali ke kamarnya melanjutkan tidurnya lagi yang ter-skip karena desakan panggilan alam. Walau sudah menikah mereka masih tidur terpisah karena pernikahan yang mereka lakukan tidak umum seperti pasangan lainnya.

***

Beberapa bulan yang lalu...

Arun pulang ke rumahnya karena ada acara peringatan seribu hari kematian mamanya. Sejak umur 15 tahun dia hidup berdua saja dengan mamanya. Mereka sangat dekat layaknya sahabat saling berbagi dan melengkapi. Kepergian mamanya adalah kehilangan terbesar baginya. Meski begitu dia tidak sendiri masih ada Salma, tantenya (adik kandung Amira, mama Arun) yang cukup dekat dan perhatian terhadap dirinya.

"Gimana kuliah kamu Nika ?" tanya Salma sambil melipat karpet yang tadi digunakan sebagai alas duduk para tetangga.

"Alhamdulillah lancar tante."

Arunika. Semua teman dan sudaranya memanggilnya Nika. Panggilan Arun adalah panggilan kesayangan dari mama.

"Ada hal penting yang ingin tante bicarakan sama kamu ? Jangan kaget ya" Salma mewanti-wanti.

"Ada apa te ? Kok gitu serius banget"

Salma meletakan beberapa gulungan karpet tadi di sudut ruangan. Lalu menghempaskan dirinya di sofa.

"Sini...duduk sini" ujarnya sambil menepuk-nepuk sofa di sebelahnya agar Arun mendekat.

"Lama sebelum mbak Amira meninggal, dia pernah ngasih titipan sama tante."

"Titipan apa te ?"

"Ini" Salma mengeluarkan sebuah amplop coklat dan menyerahkannya pada Arun.

"Apa ini ?" Arun menerimanya dengan bingung.

"Wasiat dari mamamu. Tante dapat itu saat  kamu masih kelas dua SMA. Mbak Amira minta untuk ngasih ini ke kamu setelah seribu hari kematiannya" jelas Salma.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang