12. Ancaman

1.2K 120 0
                                    

Arun sudah hampir seminggu magang di PT. BBA dan selama waktu itu Gara juga mendapat gangguan dari Heri. Entah pandangan menggoda sambil senyum-senyum sendiri, kode-kodean yang tidak jelas, bahkan menakut-nakuti Gara dengan aksinya seolah hendak menyebarkan berita tentang status pernikahannya.

“Ada berita apa ya hari ini ?” Heri membuka percakapan kala sepi merubung jam istirahat di Biro Perencanaan.

“Ada yang baru ?” tanya Samar sambil melahap gorengan yang baru dibelinya di kantin.

“Ada sih tapi nggak seru.” Jawab Heri.

“Apaan ?”tanya Wawan. Gara was-was tiap Heri membuka mulut dan hendak membicarakan sesuatu. Dia hanya diam menyimak.

“Katanya sih bakal ada tambahan staff baru di desain. Tapi nggak tau kapan.” Jelas Heri.

“Jangan-jangan...Si Dajal mau dipindahin kesini ?” tebak Samar.

“Oh tidak bisa. Dia sudah tenang di alam sana. Katanya sih udah tobat nggak berulah” ungkap Heri.

“Serius ? kenapa gitu ? dapat ilham darimana ?” Wawan tak percaya.

“Ya biasalah. Ada anak magang baru. Katanya sih cantik. Lagi mencoba jaim mungkin”

“Anak magang baru ? nggak kapok apa divisi mereka nerima anak magang lagi” ingat Samar.

“Iya juga ya. Kasus yang kemaren aja udah bikin geger. Nggak hanya divisi QA/QC bahkan hampir satu perusahaan” ujar Wawan.

Uhuuukk...uhukkkk... Gara tersedak. Semua mata memandang Gara, dia yang tadi makan dengan anteng tanpa sepatah katapun kini tiba-tiba membuat kaget semua orang disana. Kenapa aku bisa lupa hal sepenting itu ?

“Sante bro, nih minum dulu” Samar menyodorkan sebotol air minum.

“Kenapa mas ? keselek jin kantor ?” ejek Heri.

“Asem lo. Sini ikut gue bentar” sahut Gara setelah mereda.

“Hah kemana ?” Heri curiga. Masa dikatain gitu aja dendam.

“Udah ikut aja” Gara bangkit meninggalkan bironya menuju ke loby depan. Heri mengekori.

“Sorry mas, becanda. Masa gitu aja marah”

Gara terlihat resah. Heri bertanya-tanya melihat sikap Gara yang tidak biasa ini. Nggak cocok jadi orang serius.

“Kenapa lo nggak ngingetin gue kalau si Dajal masih disono” ucap Gara.

“Hah ? lha emang kenapa ? yang penting tuh makhluk nggak pindah sini”

“Arun disana. Dia anak magang baru yang lo sebutin tadi !” Kata Gara pelan penuh penekanan.

“Siapa Arun ? mas kenal sama tuh anak magang ?”

“Istri gue, BAMBANG !!!”

“SUMPAH !!!” Heri berteriak kaget.

“Hussh !!! nggak usah ngegas”

“Yamana saya tahu. Mas kan nggak cerita kalau magangnya di bagian sana. Kirain bakal sekantor disini.” Jelas Heri pelan.

“Gue juga baru inget. Emang gue bego sampai lupa hal sepenting ini” sesal Gara.

Mereka berdua berpikir. Heri ikut resah dengan permasalahan Gara. Bagaimana jika anak magang yang polos itu menjadi korban Dajal selanjutnya. Dimanfaatkan hanya untuk mendapat gaji buta.

“Minta tolong pak Yono aja mas” saran Heri.

“Emang bisa gitu ?”

“Bilang aja kerjaan mas banyak, butuh tambahan orang. Tapi gue gak yakin bakal disetujui atau nggak”

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now