9. Latihan

1.4K 126 1
                                    

Sudah hampir seminggu Arun pulang dan membantu Salma mengurus butiknya. Mereka berdua datang pagi-pagi sekali sebelum jam 6 untuk membuka butik dan membersihkannya sambil melayani pelanggan jika ada yang datang sepagi ini.

Iringan musik tersetel keras dari handphone Arun untuk menemani acara bebersih itu. Mereka berdua duet menyanyi dan menari menggunakan sapu dan kemoceng sebagai pengganti microphone. Sudah lupa diri kalau mereka cukup tua melakukan hal yang kekanakan.

“Sayang aku ingin berbicara kepadamu, tentang apa yang tengah aku rasakan Salma mengawali.

“Ada apa ada apa, katakanlah semuanya. Kan kudengarkan duhai cintaku sahut Arun.

Mereka bersahut-sahutan dengan bersemangat mengikuti irama lagu yang ter-play secara acak dari koleksi lagu Arun di ponsel.

“Tak kan ada yang pisahkan kitaaaa Arun dan Salma memasuki reff.

Sekalipun kau telah tiadaaa Salma meneruskan bernyanyi namun tiba-tiba terdiam. Lalu menunjuk ke belakang Arun. Mengisyaratkan kalau ada tamu yang datang.

“Akan kupastikan ku kan memeluk menciummu di surga Arun masih bernyanyi sambil menoleh ke belakangnya. Dan taaadaaa !!!! sudah ada Gara dan Ardi disana. Mengamati mereka berdua bernyanyi seperti orang gila.

“Kenapa harus di surga ? sekarang di dunia juga boleh kok” jawab Gara.

“Eheem...” goda Ardi.

Oh My God !!!! Tiiidaaak !!!! Arun langsung menyembunyikan wajahnya karena malu. Sedangkan Ardi mendekati Salma untuk pamitan hendak berangkat sekolah.

“Ingat umur bund” goda Ardi pada bundanya.

“Kok mas Gara udah sampai sini ? ku kira baru berangkat pagi dari sana” ujar Arun masih dengan menunduk.

“Kenapa ? aku memang sengaja mau bikin kejutan. Kelihatannya kamu seneng banget ya nggak ketemu mas. Sampai nyanyi-nyanyi gitu” goda Gara. Dia gemas sekali ingin langsung memeluk Arun namun ditahannya.

“Enggak. Bukan gitu” Arun membela diri.

“Padahal aku udah kangen banget pengen ketemu, eh ternyata kamunya malah hepi-hepi aja”

“Aku juga kangen. Tapi masa aku nggak boleh hepi” jawab Arun pelan.

What !!! Gara melongo. Arun tadi bilang kangen ? dia bilang gitu kan ? dia juga kangen sama aku ? Hilang sudah semua rasa lelah Gara setelah mendengar kata itu. Semuannya menguap tak berbekas. Yang ada hanya perasaan bahagia dan bersemangat.

“Ya gini kalau dunia serasa milik berdua” ujar Salma.

“Yang lain mah ngontrak” terus Ardi.

“Eh tante. Gimana kabarnya ?” Gara menyalami Salma. Dia sampai lupa kalau belum menyapa tantenya itu.

“Baik kok. Baik banget”

Setelah mengobrol beberapa saat, Salma pun menyuruh Arun untuk pulang saja bersama Gara. Sedangkan Ardi meneruskan perjalanannya menimba ilmu di sekolah. Arun duduk di belakang Gara. Mereka menaiki motor matic tantenya. Letak butik tidak terlalu jauh dari rumah, tapi cukup terasa kalau pulang pergi hanya berjalan kaki.

“Ayo mas masuk, mas Gara pasti capek banget” ajak Arun begitu sampai di halaman rumah.

Ini ketiga kalinya Gara menginjakkan kaki di rumah ini. Pertama saat ia datang bertamu sekaligus melamar. Kedua saat acara pernikahan. Dan kali ini saat sudah menjadi suami Arun.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang