17. Gerimis Malam

1.1K 113 0
                                    

Sesekali Arun menoleh ke pojokan mengamati Gara. Tak diduga ternyata benar seperti yang tadi dikatakan. Wajah itu langsung menatapnya dengan tatapan memesona dan tak segan memberikan sebelah kedipan mata. Aissh yang benar saja.

Arun geleng kepala melihat tingkah konyol itu. Di biro perencanaan hanya ada Erina, Arun dan Gara. Mereka serius mengerjakan tunggakan pekerjaan yang harus diselesaikan, kecuali Gara. Sedangkan di biro sebelah ada Shofi, Ana, Mery dan Didik. Di lantai dua juga ada beberapa orang. Bisa dibilang cukup ramai pasukan lembur malam ini.

“Ternyata gini ya suasana lembur di kantor” kata Shofi.

“Capek tau, kamu malah antusias pengen ikutan” jawab Ana.

“Kan aku kepo, pengen mencoba hal baru”

“Mau sampai jam berapa nanti ?” tanya Mery.

“Jam 9 aja ya, soalnya aku nanti masih mau mampir. Takut kemaleman” sahut Ana.

“Mas Didik ?” tanya Mery pada satu-satunya cowok disana.

“Semau gue. Nginep juga oke.”

Mereka mengerjakan apa yang hendak dikerjakan. Setelah istirahat sholat maghrib sejenak dan mengambil jatah makan lemburan, mereka melanjutkan hingga pukul sembilan.

“Akhirnya jam 9” kata Shofi sambil meregangkan badannya yang pegal.

“Gimana ? kapok ikut lembur ?” tanya Mery.

“Hehe...kalau nggak dicoba nggak bakal tahu rasanya. Jadi cukup sekali ini saja” ujar Shofi.

“Dasar.” Ana sudah hapal dengan sifat kepo adek tingkat yang baru beberapa bulan dikenalnya.

“Mas kita duluan” pamit Ana pada Didik.

“Jadi tidur di kantor ?” tanya Mery.

“Nggak deh. Gue lupa kalau ini malam Selasa Kliwon”

“Lhah apa hubungannya ?” tanya Shofi tak paham.

“Biasa, mas Didik harus jaga” sahut Mery.

“Jaga apa ? Ronda ?” sahut Ana.

“Jaga lilin” lanjut Mery disertai tawa.

“Astaga” Shofi ikut tertawa.

Mereka bertiga meninggalkan Didik yang masih berbenah. Shofi melangkah menuju biro dimana Arun berada. Mengajaknya untuk mengakhiri lembur malam ini.

“Serius amat. Amat aja nggak seserius itu” ujar Shofi yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang Arun.

“Udah pada buyar ?” tanya Erina lantas berdiri melihat biro sebelah sudah sepi.

“Iya mbak barusan pada undur diri, hehe” jawab Shofi.

“Udahan yuk. Gak kerasa udah jam 9 lebih.” Ajak Erina pada Arun.

“Tapikan belum selesai mbak” sela Arun.

“Gak papa. Udah lumayan jauh kok progressnya. Besok siang pasti kelar” jawab Erina sambil berbenah.

Melihat Erina dan Arun berbenah, Gara juga ikut berbenah. Mereka berempat melangkah bersama untuk pergi meninggalkan gedung. Namun Arun berbalik arah.

“Loh ngapain lewat sana ?” tanya Shofi pada Arun.

“Gue tadi naruh motor di parkiran samping” jawab Arun datar.

“Kok nggak dipindah depan. Kalau malem disana gelap banget lhoh.” Sahut Erina.

“Iya mbak, aku tadi lupa nggak mindahin”

“Aku temenin aja kalau gitu” tawar Gara karena khawatir.

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now