39. Present

1.2K 93 3
                                    

Mengandung konten 17+
Pembaca diharapkan bijak

"Akhirnya selesai juga. Ayo aku udah laper"

"Sabar dong. Jangan lupa di foto dulu buat pamer"

Arun dan Gara menyiapkan nasi tumpeng untuk sarapan mereka. Beberapa hari lalu adalah ulang tahun Gara, namun Arun membuatkannya pada libur weekend agar mereka berdua bisa quality time belanja bersama, memasak, hingga menghabiskan hidangan karya mereka. Setelah jeprat-jepret berpose, mereka menyantap nasi kuning bentuk kerucut yang dipenuhi oleh hiasan selada, tomat, tempe orek, ayam bumbu, abon, mie goreng, dll. Pasutri itu memakan tumpeng dalam satu wadah besar bersama tanpa menggunakan sendok garpu. Makan ala Rasulullah dengan tangan kanan yang sudah di cuci bersih.

"Seinget aku, terakhir kali makan tumpeng gini pas acara anniversary kakek nenek ke-50. Nenek bikin tumpeng gede banget tapi keasinan." Gara bernostalgia.

"Terus ? tetep dimakan ?"

"Iya. Dengan terpaksa. Kita dipelototin kakek disuruh ngehabisin semua. Kakek dengan santainya kabur dengan alasan lupa nyiapin kado"

"Bener kakek, mubazir kalau dibuang. Terus gimana kakek sekarang ? kata mas, nenek udah meninggal lama"

"Yang pasti kakek kesepian. Aku salut banget dengan keharmonisan rumah tangga mereka. Meskipun korban perjodohan, tapi mereka saling mencintai dan langgeng hingga maut memisahkan" jelas Gara.

Arun sedikit tersentak. Mereka juga korban perjodohan. Apa mas Gara nyindir aku ? Gara melihat raut wajah Arun berubah. Ia menyadari perkataannya tadi. Ia sama sekali tidak bermaksud menyudutkan Arun. Saat ini pun hubungan mereka juga bisa dikatakan langgeng.

"Aku yakin kita pasti juga bisa begitu" harap Gara. Arun tersenyum menganggukkan kepala.

"Kamu nggak keberatan kan menua bersama mas ? meskipun kita juga korban perjodohan ?"

"Dengan senang hati mas" jawab Arun.

Setelah berpuas menyantap tumpeng, mereka membereskan sisa-sisa wadah kotor bekas memasak tersebut. Hal biasa yang sudah menjadi rutinitas.

"Mas...nggak pengen olahraga ?" ajak Arun.

"Masih kenyang sayang. Nanti kalau perutnya kram gimana ?"

"Oh. Yaudah aku mandi dulu" Arun pergi mengambil handuknya. Sedangkan Gara pergi ke depan mencuci motor.

Di dalam kamar mandi, Arun sedikit gelisah. Namun ia sudah bertekad hendak melakukan sesuatu karena kode yang selama ini ia arahkan ke Gara tidak menghasilkan tanggapan.

"Mas aku udah selesai." ucap Arun pada Gara yang telah selesai mencuci motor.

"Iya sayang, aku nanti aja sekalian nunggu dzuhur" jawab Gara.

"Nanti mandi lagi dong."

"Nggak papa. Masih kepagian belum juga jam delapan"

"Biasanya kan mandi pagi kalau ke kantor"

"Kan sekarang hari libur" Gara tetap menolak.

"Terus kalau libur, juga libur mandi pagi gitu ?" tanya Arun sambil bersedekap.

"Kenapa sih kamu ? biasanya kan aku juga gini kalau libur" Gara merasa aneh.

"Mandi sekarang atau nggak jadi aku kasih kado" ancam Arun.

"Ha ?" Gara memastikan.

"Mas mandi sekarang ya, aku udah siapin kado lho" rayu Arun.

"Ya udah mana ? nggak mandi juga nggak papa kok" Gara mendekati Arun dengan wajah sumringahnya.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang