56. We were not

925 67 0
                                    

Keheningan begitu terasa. Dua orang yang tengah duduk berhadapan itu belum ada yang memulai tuk bicara. Di dalam ruangan terbatas berbau khas, mereka merasakan kecanggungan yang luar biasa. 

"Bagaimana kamu tahu aku ada disini ?" wanita tersebut akhirnya buka suara.

Wanita itu adalah Amira dalam kondisi tangan terinfus dan sudah menginap beberapa hari di rumah sakit ini.

"Salma. Dia menghubungiku" jawabnya yang tak lain adalah Graha Dika.

"Aku tidak tahu kalian seakrab itu bahkan hingga sekarang"

"Tidak, ini hanya bentuk kesopanan. Aku mampir sebentar sekedar ingin menyapamu. Setelah ini pun aku akan menemui teman lain di Bali"

"Terimakasih atas kesopananmu"

"Bagaimana kondisimu ?"

"Dokter bilang aku hanya kecapekan karena terlalu banyak pikiran" jawabnya.

"Aku turut prihatin" ujar Dika.

"Aku baik-baik saja, besok sudah diperbolehkan pulang"

 "Bukan itu"

Amira yang tak paham lantas berdehem.

"Salma sudah cerita" ucap Dika. "perihal Setya" lanjutnya.

"Oh" Amira hanya merespon singkat. Dia tidak tahu harus berkata apa pada Dika soal rumah tangganya yang sedikit bermasalah.

"Hanya kesalahpahaman kecil. Hal yang umum dalam berumah tangga. Jangan dipikirkan" kata Amira tidak ingin terlihat menyedihkan.

Suara keras pintu yang dibuka dengan tak sabar membuat mereka berdua langsung menoleh.

"Sayang ? ada apa ?" tanya Amira pada gadis yang masuk begitu saja tanpa permisi.

"Oh..nggak kok ma. Maaf" ucap gadis itu.

"Sini, salim dulu sama teman mama yang udah jauh-jauh datang kesini nengokin mama" perintah Amira.

"Halo om, terimakasih sudah njenguk mama kesini" ucapnya sopan sambil menyalami Dika.

"Wah, udah besar aja anakmu. Cantik mirip mamanya" puji Dika mengingatkannya pada sosok Amira saat masih muda.

"Sudah SMA ? kelas berapa sekarang ?" Dika melihat seragam putih abu yang dikenakan gadis itu.

"Kelas tiga om, udah mau lulus" jawabnya malu-malu.

"Sayang, kamu beliin mama minum di depan ya. Mama mau ngobrol sebentar sama om ini"

"Iya ma. Mari om, saya permisi" pamitnya pada Dika lalu berjalan menuju pintu.

"Dia putri tunggalku. Arunika" ucap Amira masih memandangi gadisnya hingga akhirnya dia keluar meninggalkan ruangan.

"Bagaimana denganmu ? kamu pasti sudah menikah bukan ?" tanya Amira mengalihkan topik.

Dika terdiam sambil memandang lekat wajah Amira.

"Maaf aku tidak begitu tahu kabarmu" sesal Amira. Sejujurnya ia penasaran namun tidak ingin mencari tahu.

"Aku belum menikah" jawab Dika pelan.

"Apa ? tidak mungkin" Amira tak percaya. Anaknya saja sudah SMA, bagaimana mungkin mantan kekasihnya itu belum menikah hingga sekarang.

"Benar. Aku memang belum menikah" ulangnya. "dan tidak akan menikah" sambungnya.

Amira terkejut. Ia pikir Dika sedang bercanda namun ekspresinya berbanding terbalik. Mimiknya terlihat sangat serius.

"Kenapa kamu tidak menikah ?" Amira memberanikan dirinya untuk mengajukan pertanyaan pribadi.

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now