54. Never too Late

890 80 0
                                    

Arun tak bisa menahan gejolak di dalam hatinya karena terharu mendengar kisah penuturan Dika. Sosok Graha yang selama ini ia cari, ternyata adalah ayah dari suaminya. 

"Kenapa kamu nangis ? udah..udah...cup..cup" Gara berusaha menenangkan Arun dengan membelai lembut rambut panjangnya.

"Bukannya kamu mau tanya sesuatu ke ayah ?" ingat Gara.

"Tanya sesuatu ? tanya apa ?" sahut Dika.

"Soal perjodohan kita yah, gimana kok tiba-tiba tercetus ide itu" tanya Gara.

"Hmm..."Dika mencoba mengingat.

"Sejak kapan om dan mama merencanakan itu ?" kali ini Arun yang bertanya.

"Kamu ingat saat om datang menjenguk Mira di rumah sakit ?"

Arun mengangguk.

"Itu terakhir kali kami bertemu. Kami berbicara banyak hal tapi kami tidak menyinggung perihal perjodohan bahkan di pertemuan sebelumnya."

"Tunggu sebentar...kenapa sejak tadi bilang 'om' sih. Sayang, sekarang om ini ayah kamu juga" potong Gara karena telinganya geli mendengar sebutan itu.

"Ah..maaf. Kapan ayah bertemu mama sebelum itu ?" tanya Arun lagi.

Dika diam sejenak. Mencoba mengingat kapan tepatnya.

"Kapan ya ?" gumam Dika. "tahun 2014. ya tahun itu, pada bulan maret. Saat itu ayah pulang ke Indonesia karena mendengar kabar duka"

"Kabar duka siapa yah ?" tanya Gara.

"Almarhum mang Sholihin, kamu lupa saat kita sekeluarga ke desa untuk bertakziah ?"

"Oh waktu itu." Gara ingat karena sepulang takziah ayahnya tidak langsung pulang ke rumah melainkan mampir dulu ke suatu tempat.

"Siapa mas ?" tanya Arun.

"Pamannya mang Ucok. Yang sekarang masih kerja jaga keamanan di rumah"

"Jadi saat itu ayah pergi menemui mama Amira ?" tanya Gara.

"Salma yang meminta. Tapi ternyata Amira yang ayah temui" jawab Dika.

"Maksud ayah ?" tanya Arun.

"Tiba-tiba saja Salma menghubungi, dia ingin bertemu. Katanya ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Namun setelah ayah sampai di tujuan, justru Amira yang ada disana. Sepertinya itu sudah direncanakan oleh Salma. Mempertemukan kami berdua" jelas Dika.

"Arun boleh tahu apa yang saat itu ayah dan mama bicarakan ?"

Dika memandang lekat Arun. Gara yang berada di sampingnya juga tampak penasaran. Sebenarnya untuk apa mereka menanyakan hal ini ?

"Tidak ada hal yang penting. Kami hanya bertemu biasa itupun tidak lama" jawab Dika.

"Lalu ? bagaimana ayah memutuskan untuk menjodohkan kami ?" tanya Arun lagi.

"Beberapa tahun setelah Mira meninggal, Salma menelepon dan mengirimkan fotomu melalui email beserta penjelasan perjodohan kalian yang merupakan permintaan Amira. Sejujurnya ayah merasa aneh, karena seingat ayah, ayah tidak pernah menceritakan kalau ayah memiliki seorang putra. Tapi mungkin saja ayah lupa. Entah kapan ayah bercerita pada Mira"

"Lalu respon ayah bagaimana perihal perjodohan itu ?"

"Ya setuju-setuju saja. Semua keputusan ditangan Fajar" Dika mengangkat tangannya menunjuk Gara. Arun menoleh menunggu penjelasan.

"Loh kok aku ?"

"Mas terima gitu aja dijodohin ?"

"Kan mas udah cerita, aku nggak mungkin nolak permintaan ayah" bela Gara.

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now