48. Denda

887 88 0
                                    

Gara berlari di tengah keramaian orang yang menghitung mundur menuju detik-detik tahun baru. Sekitar satu setengah jam yang lalu, Ary menelponnya dan meminta jemput di suatu pusat perbelanjaan. Dengan Xpander silver tech milik Ary, Gara mencari jalur lain dari beberapa jalan yang ditutup karena konvoi. Keramaian mall memuat mata Gara lelah. Ia terus saja melihat setiap orang yang lewat untuk menemukan Arun. Ia tak sabar menunggu panggilannya tersambung.

"Dimana sih mbak ? aku bingung nyari kalian" ucap Gara kesal.

"Di lantai satu, ada panggung tuh cari...."

Suara Ary tersamar oleh bunyi ledakan kembang api di luar dan teriakan-teriakan anarkis para pengunjung manyambut tahun baru. Satu menit dua menit masih belum reda. Gara mencoba mendekat ke arah panggung yang dimaksud Ary namun begitu banyak orang disana dan tidak ada jalur untuk lewat. Berdesakan Gara terus berusaha menerobos kerumunan, hingga tangannya terasa dicekal dari belakang. Ia menoleh dan seorang wanita menariknya menuju ke tempat yang lebih longgar. Dengan sedikit ngos-ngosan mereka berdua mengatur napas sebelum mulai berbicara. Mbak Ary ? kayaknya bukan. Siapa ? Gara mengamati sosok wanita yang bersolek begitu cantik sedang berdiri di hadapannya.

 Siapa ? Gara mengamati sosok wanita yang bersolek begitu cantik sedang berdiri di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut kecoklatan yang tersusun rapi.

Anting panjang yang tersemat indah di telinganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anting panjang yang tersemat indah di telinganya.

Baju elegan ditubuhnya serta sepatu putih berjinjit yang terpakai pas di kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baju elegan ditubuhnya serta sepatu putih berjinjit yang terpakai pas di kaki.

"Haduuh capek banget. Ayo mas pulang, aku udah nggak betah disini" ucapnya dengan suara yang sangat dikenal.

"Arun ?" panggilnya ragu. Gara tak berkedip memandangnya.

"Sayang" ulang Gara dengan nada tak percaya.

"Iya ini aku." jawab Arun.

Gara tercekat. Suaranya tertahan. Hingga...

"Ini kenapa rambut kok disemir gini. Pake baju nggak ada lengannya malem-malem di tempat ramai lagi. Terus itu apa ? pake sepatu model gitu. Kamu habis ngapain ?" Gara menghujani keherannnya sambil membolak-balik tubuh Arun.

"Aku dipaksa mbak Ary, kalau nggak mau, katanya nggak boleh pulang" Arun mengadu dengan wajah sendu. Sayangnya terlihat semakin cantik.

"Ayo pulang sekarang"

Tanpa aba-aba, Gara menarik Arun. Menggandengnya dan bergerak meninggalkan keramaian disana. Bahkan melupakan keberadaan Ary lalu kabur membawa pulang mobil miliknya.

###

Gara masih memarkirkan mobil sedangkan Arun pergi duluan memasuki rumah dengan sedikit takut karena telah menghilang seharian. Untungnya tidak ada yang menyambut.

"Tenang aja. Kakek udah tidur. Mama papa juga nggak disini. Mereka udah pulang." ucap Gara seolah tahu kekhawatiran Arun.

Tanpa sadar Arun menghela napas dengan lega. Ia menuju ke kamar dan ingin segera beristirahat. Seharian ini, Ary benar-benar membuatnya kehabisan tenaga.

"Apa kubilang. Pasti mbak Ary ngerjain kamu kan" tebak Gara yang pasti seratus persen benar.

"Aku angkat tangan kalau diajak keluar bareng lagi" jawab Arun sambil berusaha melepaskan tatanan rambutnya sambil duduk di meja rias yang masih baru.

"Angkat tangan ? Mengajukan diri ?" Gara terkekeh.

"Melambaikan tangan pada kamera."

"Sini aku bantu" Gara membantu Arun mengurusi rambut kecoklatan itu sedangkan dirinya menghapus make up di wajahnya dengan toner.

"Mbak Ary emang gitu. Dia selalu meng-ospek orang baru. Bahkan pacar-pacarnya dulu juga digituin. Ada aja idenya."

"Mantan mas Gara juga ?" Arun menoleh memandangi Gara yang berdiri di belakangnya.

"Mantan pacar ?"

Arun mengangguk.

"Pastinya" jawab Gara. Arun bermuka masam.

"Kalau ada pasti ya bakal kena. Selama ini mas mana punya mantan" jawab Gara.

"Hilih" sahut Arun nyinyir lantas bangkit menuju kamar mandi.

Wajah Arun yang lembab setelah berbilas air terlihat menyegarkan. Gara akui, Arun sangat cantik saat berpoles namun dia menyukai bare face Arun yang indah natural. Arun membaringkan dirinya di samping Gara. Ia telah berganti pakaian tidur dan ingin segera tidur. Lampu kamar telah mati dan saat Arun ingin mematikan lampu kecil di meja sampingnya, Gara merangkul Arun dari belakang.

"Mau langsung tidur gitu aja ?" bisik Gara sensual.

"Mas aku capek" ucap Arun.

"Bayar denda dulu"

"Denda apa ?"

"Kamu udah bikin aku tegang sepanjang perjalanan pulang. Sini tanggung jawab"

Gara membalik tubuh Arun. Dengan cepat bibirnya sudah menempel pada bibir istrinya. Menyusuri setiap senti bagian itu dan tanpa sadar Gara sudah berada di atasnya.

"Ayo bertempur dulu sebelum tidur" Gara menyeringai dengan pesona tampan yang tak bisa dilawan.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang