13. Era Baru

1.1K 117 0
                                    

“Ka, perasaan gue kok nggak enak ya” ujar Shofi.

“Kenapa ? kebelet BAB ?” tanya Arun.

“Anjay. Sejak kapan lo jadi pinter ngelawak ?”

Arun dan Shofi memasuki gedung desain. Mulai hari ini mereka berdua akan magang disini hingga tiga bulan ke depan. Seorang resepsionis menyuruh mereka berdua duduk di loby. Menunggu orang yang berwenang mengurus mereka.

“Dua orang saja ?” suara serak itu mebangunkan mereka dari duduknya.

“Iya Pak. Saya Shofi” Jawab Shofi menyalami pria paruh baya yang baru datang.

“Nika” ucap Arun mengenalkan diri.

“Saya sekretaris divisi desain. Panggil saja Pak Edi” kenal pria itu.

“Jadi bagaimana pak nasib kami ?” tanya Shofi dengan canda.

“Kalian dipindah dari QA/QC kesini karena disini lebih butuh orang tambahan. Dilihat dari jurusan kalian pun seharusnya sejak awal mengajukan proposal magang kesini bukan kesana”

“Iya pak, dulu pengennya lebih sering ke lapangan nggak hanya ngedrafting depan komputer aja” jelas Shofi sopan tapi santai diamini Arun.

“Disana memang lebih banyak turun ke lapangan ngecek pembangunan. Tapi para staff desain juga turun ke lapangan kok walaupun nggak tiap hari, nggak sesering disana” jelas Edi.

“Untuk penempatan kami bagaimana ya pak ? saya dengar divisi desain dipecah-pecah menjadi beberapa departemen dan biro” Arun berbicara formal dengan serius.

“Iya benar. Sebelumnya sudah ada anak magang dari kampus yang sama dengan kalian. Mereka ditempatkan di biro permesinan dan biro kelistrikan. Yang belum ada di biro perencanaan dan biro peralatan lambung. Silahkan kalau mau diskusi kalian bebas milih sendiri” terang Edi.

“Baik pak, sebentar kami diskusi dulu”

“Baiklah, saya tinggal ke dalam sebentar” Edi memberi mereka ruang.

“Gimana Ka ? lo mau yang mana ?”

Biro perencanaan ya ? bukannya mas Gara di bagian itu ?

“Kalau boleh jujur gue ogah di biro perencanaan” ucap Shofi.

“Kenapa ?”

“Ya mana sanggup otak gue ngadepin perhitungan mulu tiap hari. Buat tugas linesplan aja revisi berkali-kali padahal lo sama yang lainnya udah print dan tanda tangan dosen”

Arun menyadari kelemahan Shofi. Dia paling anti yang namanya merencanakan desain awal karena harus berhadapan dengan banyaknya rumus perhitungan. Dia lebih suka saat proses sketching, drafting dan modelling.

“Ya udah biar gue aja yang di biro perencanaan” putus Arun.

Aku nggak lagi modus kan ?

“Serius ?” tanya Shofi girang.

“Iya”

“Tengkyuu beb” ucap Shofi sambil memeluk Arun.

Sesuai keputusan, Edi mengantarkan Arun dan Shofi menemui masing-masing kabiro. Mereka terpisah, namun masih dalam satu lingkup ruangan besar di lantai satu yang hanya dibatasi bilik-bilik kerja para pegawai. Arun bingung dalam diam saat pria di depannya itu mengamati dirinya.

“Siapa mbak namanya ?”

“Nika, Pak”

“Saya Yono kabiro perencanaan. Udah tahu kira-kira seperti apa jobdesk perencanaan ?”

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now