Extra : Apa ?

2.2K 109 0
                                    

"Ini dibawa ?" tanya Gara sambil menunjukkan peralatan gambar Arun. Rapido, mal, jangka, dll.

"Iya. Jadiin satu di kardus itu aja" tunjuknya pada salah satu kardus.

Arun memberesi barang-barangnya di kamar belajar. Dia membuka kotak pemberian Setya. Semua yang ingin ia ketahui sudah ia temukan. Ada kalanya rahasia lebih baik tetap terkubur dan tersimpan bersama kenangan. Tapi ia baik-baik saja. Ia memilih diam dan tidak akan mengungkitnya.

Rumahnya terlihat luas dan kosong. Barang-barang harian mereka sudah terkemas rapi. Banyak yang berkurang, ada yang diloakkan, dibeli tetangga, dibuang, bahkan diberikan secara cuma-cuma. Kini hanya menyisakan barang-barang penting yang akan dibawa serta ke tempat tinggal baru mereka (sebenarnya masih ada beberapa barang meragukan, enaknya dibawa nggak ya ?).

Arun sudah kehabisan tenaga untuk menyiapkan makan siang. Ia berencana untuk memesannya , tapi ia tak kunjung menemukan ponsel yang entah ditaruh mana.

"Bentar, aku kebelet. Tolong cariin, buat beli makan siang online nanti" pinta Arun lanjut berlari menuju kamar mandi.

"Iya"

Gara mengambil ponselnya. Menelepon nomor Arun agar pencarian lebih mudah. Terdengar bunyi samar-samar. Gara menajamkan pendengaran mencari sumber suara.

"Hmmm...dasar istri"

Diambilnya cutter untuk membuka kardus yang sudah terisolasi rapi. Bisa-bisanya ikut ke-packing. Gara menemukan ponsel Arun tertimbun di antara buku-buku bekas yang akan disumbangkan. Untung saja.

Jiwa penasaran Gara muncul. Panggilan apa kiranya yang tercantum pada nomor miliknya di ponsel Arun. Gara mengecek daftar missed call. Kesejukan merambati batinnya. Ia coba lagi menelepon nomor Arun untuk memastikan. Benar. Apa yang dibaca tidak salah.

Hal sepele itu membuatnya sangat terharu. Hanya dirinya yang selama ini memanggil Arun dengan sebutan 'sayang'. Istrinya tidak pernah melakukannya, ia sangat konsisten memanggilnya 'mas'. Terkadang Gara kesal karena ia pikir Arun tidak bisa diajak romantis. Namun siapa sangka. Meski tidak pernah terucap, Arun begitu tinggi menghargainya.

Ringtone panggilan masuk ponsel Arun terus berbunyi. Gara sengaja membiarkannya. Mata Gara bahkan berkaca-kaca. Ia senang memandangi satu kata yang tertampil pada layar itu. Sederet abjad bertuliskan, Surgaku.

Sailing With You [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ