22. Triple Kill

1.2K 131 3
                                    

“Keputusan hasil persidangan sudah disampaikan dengan jelas. Kami memberi kesempatan para anggota komite kedisiplinan untuk menyanggah dan menyampaikan pendapatnya sebelum hasil tersebut dianggap sah dan tidak bisa diubah” ucap Hakim.

Semua menunggu, saling menoleh siapa yang kiranya mau ikut andil unjuk diri membela kasus anak magang ini.

“Saya keberatan dengan semua keputusan yang telah disampaikan” ucap seseorang dengan suara lantang.

Gara menoleh, semua mata menoleh. Pak Fahmi ? ada urusan apa pak Fahmi ikut membela ? Gara bingung, tapi tentu saja dia senang. Posisi Fahmi bukan main disini.

“Silahkan sampaikan sanggahan dan pendapat anda” Hakim mempersilahkan Fahmi berbicara.

“Sejak awal kasus ini adalah pelanggaran peraturan karena terdakwa membawa alkohol dan mabuk di kantor. Dengan jelas konsekuensi dari hal tersebut adalah pemecatan langsung pada staff terkait. Anda bisa melihat kitab peraturan di BAB 18 tentang larangan membawa senjata dan benda tidak lazim di area perusahaan. Meski dalam kasus ini sudah bukan jam kerja lagi melainkan terjadi saat jam lembur, tapi kejadian masih berada di area perusahaan. Tentu saja hal ini tidak bisa diabaikan” jelas Fahmi cerdas.

Lanjutkan pak. Akan kuangkat dirimu menjadi panutanku ! janji Gara dalam hati.

“Anggap saja terdakwa bukan lagi bagian dari staff perusahaan karena sudah dipecat dan para korban yang berstatus sebagai anak magang sudah dikeluarkan dari perusahaan ini. Maka mereka memiliki hak untuk mengajukan tuntutan dan membawa kasus ini ke persidangan resmi. Perusahaan tidak memiliki hak untuk ikut campur meski akan terseret juga karena kejadian berlokasi disini” lanjut Fahmi.

“Pak Fahmi aku padamu !!!” bisik Shofi antusias pada Arun. Mereka berdua tersenyum bersama. Semua kesalahpahaman tempo hari sudah menemukan kejelasan, dan tidak ada lagi kerenggangan dalam hubungan persahabatan itu.

“Sebentar saya ingin menambahkan” potong Deny, kepala HRD yang tak lain ayahnya Jefri.

“Saya masih belum selesai berbicara” tegas Fahmi tidak sungkan meski Deny jauh lebih tua darinya. Dalam hal jabatan mereka kini setara. Hakim menahan Deny, dan membiarkan Fahmi melanjutkan.

“Saudari Shofi dan Nika telah bersaksi. Mereka memang melakukan serangan kecil pada terdakwa berupa tinju dan tamparan, yaah bisa dibayangkan sendiri seperti apa kekuatan para gadis cantik ini. Memar di wajah  terdakwa saja tidak ada. Jauh berbeda jika dibandingkan luka-luka pada tubuh korban. Serangan kecil tersebut terjadi dikarenakan tuduhan palsu terdakwa menyulut emosi korban. Apakah Hakim keberatan jika saya meminta dengar bagaimana terdakwa mengatakannya saat itu ?” pinta Fahmi pada Hakim.

“Tuduhan palsu ? apakah benar hari itu terdakwa membuat tuduhan palsu ?” tanya Hakim pada Jefri. Hal ini tidak disinggung sama sekali sebelumnya hingga membuat seisi ruangan terkejut.

“Saya tidak melakukan tuduhan palsu karena saya melihat sendiri apa yang terjadi” jawab Jefri.

“Terdakwa silahkan ucapkan apa yang telah anda katakan tempo hari” perintah Hakim.

Jefri tak segan saat dia mendekatkan mulutnya pada microfon untuk berucap, tapi dia merasa aneh. Bagaimana bisa dengan percaya diri Fahmi meminta hal itu, yang jelas-jelas akan membongkar aib perselingkuhannya dengan Shofi.

“Saat itu saya berkata bahwa kedua korban adalah wanita murahan. Yang satunya PSK (mendenotasikan kata pelacur) langganan setia saudara Gara yang juga terlibat sebagai saksi dan yang satunya lagi adalah wanita simpanan pak Fahmi” jelas Jefri membuat suasana di ruangan itu semakin gaduh.

Gara kaget. Kenapa Arun nggak cerita yang bagian itu ? dia siap membongkar status pernikahannya dengan Arun jika memang itu dibutuhkan, walaupun nantinya Arun akan marah karena tidak meminta persetujuannya terlebih dulu.

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now