4. Symbiosis

1.8K 152 0
                                    

Kesibukan Arun masih terus berjalan tapi semua dia lakukan dengan bahagia. Mengurusi keperluan kuliah dan suami di rumah. Suami ? Apakah dia sudah menganggap Gara begitu ? Selama ini dia menghormati Gara sebagai seseorang yang lebih tua. Seniornya. Hubungan yang mereka jalani layaknya simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Walau bisa dibilang kalau Arun yang lebih banyak untung.

Gara menanggung semua biaya kebutuhan mereka berdua. Arun yang mengatur segala pengeluaran mereka. Uang hasil bekerja Arun dapat ia tabung. Arun masih ragu. Mengapa Gara mau melakukan itu padahal mereka tidak saling mencintai. Apa untungnya bagi Gara ? Apakah masih ada pria yang baik dan bisa dipercaya ?

Ditemani suara film action yang menggema, Gara dan Arun melakukan kesibukannya sambil menonton TV.

"Biarin aja mas. Nanti aku kerjain habis ini" kata Arun sambil menyetrika baju formal Gara dan beberapa bajunya.

"Gak papa, lagian aku juga nganggur kok" jawab Gara sambil melipat-lipat pakaian hariannya sendiri. Bahaya kalau milik Arun juga.

"Mas Gara kan habis lembur. Istirahat aja."

"Kamu juga kan. Bukannya pulang kuliah habis maghrib tadi"

Ya sudahlah.

Padahal maksud Arun bukan begitu. Dirinya yakin sekali kalau semua baju hasil lipatan Gara pasti tidak rapi. Arun tetap akan melipatnya ulang. Dia bisa saja cuek, tapi dia lebih memilih peduli. Karena dia paling tidak bisa melihat sesuatu yang berantakan.

"Gimana persiapan buat ujian ?" tanya Gara.

"Ujian apa ?"

"Bukannya ini udah hampir kenaikan semester ?"

"Ujianku udah selesai dari minggu lalu. Tadi ke kampus cuma serjab (serah jabatan) pengurus UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Sama ngurus perbaikan kalau ada" jelas Arun.

"Lhoh kok kamu nggak cerita kalau ujian ?" Sesal Gara.

"Kenapa mas ?" Arun bingung. Apakah hal seperti itu harus ia ceritakan.

Gara bangkit lalu mendekati Arun di meja setrikanya.

"Maaf" ucap Gara.

"Kamu ujian sambil sibuk ngurus rumah sama keperluanku. Sedangkan Aku malah nggak tau kesibukan kuliahmu. Maaf aku kurang pengertian." tambahnya.

"Gak papa mas. Kenapa gitu ? Aku udah biasa kok. Kuliah sambil kerja juga ngurus kebutuhan di kos. Nggak ada bedanya sama sekarang"

"Kamu kerja ?" tanya Gara kaget.

Arun mengangguk. Gara menepuk jidatnya hingga terdengar bunyi plaaakk. Kedua tangan Gara mendarat di pundak Arun. Menatapnya lekat.

"Mas tahu kamu emang orangnya mandiri, ulet, dan telaten. Tapi sekarang kamu sudah punya suami. Kalau ada apa-apa cerita sama aku. Hal sekecil apapun entah menurut kamu itu penting atau nggak penting. Buat aku semua yang menyangkut kamu itu penting." Pinta Gara dengan lembut.

Arun tidak tahu harus merespon apa. Baginya itu sudah hal biasa karena sejak dulu dia memang melakukan segalanya sendiri.

"Kamu itu istriku, tanggung jawabku. Mas tahu kamu mungkin belum sepenuhnya nganggep mas suami. Mas nggak keberatan. Tapi sedikit demi sedikit mas pengen hubungan kita jadi lebih dekat. Nggak sekaku ini" jelas Gara.

Meski sudah menikah hampir setengah tahun, tidak ada kemajuan yang pasti pada hubungan mereka. Gara bekerja seperti biasa. Arun kuliah dan bekerja seperti biasa. Tapi bagi Gara kehadiran Arun di rumah dan segala hal yang dilakukan untuknya membuat hari-harinya menjadi lebih berwarna. Jadi hal yang bisa dilakukan Gara saat ini adalah meluluhkan hati istrinya. Sebelum menikah Gara sudah diberi tahu Salma kalau Arun telah menutup rapat hatinya. Tidak ingin jatuh cinta dan susah mempercayai orang lain. Itu semua karena salah papanya atas kasus perselingkuhan yang ia lakukan.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang