15. Liars

1.2K 119 2
                                    

Kayaknya udah masuk musim penghujan.

Terlihat seorang gadis memandangi para pedagang asongan yang kalang kabut mencari tempat berlindung mengamankan dagangannya. Tidak jauh lagi ia sampai di tempat magangnya. Lampu merah terpaksa menghentikan mobil itu sejenak. Hingga suara memecah keheningan di dalam sana.

“Jangan di tempat ramai. Turunin di tempat sepi aja” katanya khawatir.

“Kenapa Shofi ? lagi hujan nanti kau kebasahan.”

“Ya udah aku turun sini aja” Shofi membuka pintu mobil lalu berlari dengan cepat ikut bergabung dengan para pedagang asongan.

“Astaga, bocah ! keras kepala sekali” ucap pria itu pasrah sambil geleng-geleng kepala.

Para pengendara motor yang lewat ada yang memakai jas hujan ada juga yang nekat menerobos guyuran gerimis lebat itu. Di antara yang tidak memakai jas hujan, Shofi melihat wajah yang sangat dikenalnya. Seorang gadis yang duduk di kemudi belakang memegang erat pria berhodie abu-abu yang tengah mengemudikan motor ninja hitam.

Itukan Nika. Apa Nika udah punya pacar ? kok nggak pernah cerita. Hhohoo...bisa gue godain nanti.

Shofi meringis usil tak sabar melihat ekspresi blushing Arun. Dengan perasaan riang ditemani air hujan, Shofi berlari kecil menuju gerbang depan perusahaan. Tapi baru saja beberapa meter, sebuah mobil  melewati genangan. Air kecoklatan itu muncrat mengarah pada Shofi. Bajunya kotor meski tidak seberapa. AAAHHHH !!!! Sial banget sih gue !!! Shofi menggerutu dalam hati dan langkahnya terhenti saat seseorang menyapanya.

“Shof...ayo gue tebengin. Sini buruan naik”
Shofi menoleh, sudah ada Satria dengan senyuman terlebarnya tengah menghentikan motor menawari tumpangan. Double Shit !!!

“Ogah !!!” Shofi meneruskan jalannya. Tak menggubris sosok itu.

Satria tidak menyerah. Ia tetap mengikuti Shofi di sampingnya dengan menyamakan kecepatan mereka.

“Jual mahal amat. Gue kurang apa sih kok lo nggak mau jadi pacar gue”

“Lo itu kurang Ajar !!! BAR-BAR !!!” teriak Shofi berharap Satria jengah dan segera meninggalkannya.

“Emang lo pernah gue apain sampai ngatain gitu ?” ucap Satria bernada santai.

Shofi memang tidak pernah berhubungan dengan Satria, tapi dia cukup tahu riwayat Satria di kampus sebagai sosok terkenal, pengumpul skor terbanyak akibat masalah yang sering dia buat. Terakhir kali berita yang Shofi dengar, Satria sudah mendapatkan Surat Peringatan (SP) kedua dan jika membuat ulah lagi maka pihak kampus tidak akan segan untuk mengeluarkannya.

Siapa yang tidak tahu akan drama formalitas itu, seharusnya sejak dulu dia pantas di D.O. tapi terhalang akan prestasinya yang apik pernah memenangkan PON (Pekan Olahraga Nasional) sebagai atlet renang. Yaaah walaupun termasuk cogan, Satria tidak masuk dalam daftar pria idaman teman berkencan.

Shofi tak menanggapi, dia mengambil jalan memutar agar Satria yang naik motor tidak bisa ikut lewat. Alhasil Satria tidak lagi mengikutinya saat Shofi sudah memasuki jalan setapak, rute terdekat menuju gedung desain. Shofi tau rute ini karena sering ikut Devara (staff desain) saat cek pembangunan di dock maupun bengkel produksi. Lewat rute tersebut Shofi hendak memasuki gedung desain lewat pintu belakang. Saat dia hendak masuk, Shofi melihat pengendara ninja hitam berhodie abu-abu yang tadi membonceng Arun.

Tanpa sadar Shofi mengamatinya dari kejauhan. Berharap dapat melihat wajahnya. Anjir. Cogan men !!! kok gue nggak pernah liat mas yang itu. Orang baru ? Shofi yakin sudah mengabsen setiap wajah cogan di gedung desain meski belum tahu namanya, tapi wajah satu itu hampir tidak pernah terlihat olehnya.

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now