7. Posesif ?

1.7K 159 1
                                    

“Udah itu aja yang kamu bawa ?”

Gara melongo melihat bawaan Arun hanya sebatas tas punggung anak sekolahan padahal dia hendak mudik seminggu.

“Iya, cuma bawa ponsel, dompet, sama beberapa cemilan. Baju ganti udah banyak di rumah. Mau bawa apalagi ?”

Setahu Gara, cewek adalah makhluk paling rempong sedunia. Ia ingat teman-temannya dulu saat persami hanya semalam di sekolah hampir semua cewek membawa satu koper penuh.

“Nggak pengen bawa aku ?”

“Mulai deh” jurus jutek Arun tiap Gara hendak menggodanya. Gombal bekas.

Arun heran dengan sikap Gara akhir-akhir ini. Dulu awal bertemu Gara terlihat sangat cool dan jaim. Tapi sekarang, sering bertingkah gak jelas, jahil, dan manja. Iya manja.

“Udah dateng keretanya.” Tunjuk Arun pada kendaraan logam yang begitu panjang memasuki stasiun.

“Aku pergi dulu ya, mas” Arun menyodorkan tangan kanan minta salim untuk pamit.

Gara mengulurkan tangannya lantas Arun mencium tangan suaminya itu. Ada yang terasa aneh. Gara membalik tangan Arun secepat kilat. Terlihat sebuah cincin tersemat pada jari manis Arun.

“Cincinnya kamu pakai ?” tanya Gara masih memegangi tangan Arun dan memandangi benda couple yang juga ia miliki. Arun mengikuti arah pandangan Gara.

“Iya”

“Kenapa ? bukannya selama ini nggak pernah kamu pakai ?” Gara tertampar sendiri karena pertanyaan itu juga cocok untuknya.

“Ya kan di rumah aja. Ngapain aku pakai, takutnya hilang waktu lagi beres-beres” jelas Arun.

“Kalau kuliah ? dipakai juga ?”

Arun menggeleng. “Aku belum siap sama reaksi temen-temen di kampus.” jawab Arun pelan.

“Bukannya mas Gara juga nggak pernah pakai ?” Arun balik tanya.

“I-iya juga. Aku juga belum kabar-kabar sama temen kantor kalau udah nikah” ucap Gara kelabakan.

Mereka berdua diam. Gara masih betah menggenggam tangan Arun.

“Jadi ? apa mau dipublikasikan ?” tanya Gara.

“Apanya ?”

“Status pernikahan kita”

Arun berpikir. Apa yang akan terjadi kalau semua temannya tahu bahwa kini dirinya sudah menikah. Dia paling tidak suka kehebohan apalagi kalau berita heboh itu tentang dirinya.

“Kalau nunggu sampai aku lulus, apa mas Gara keberatan ?” tanya Arun berhati-hati.

“Nunggu kamu lulus ya ?”

Gara menimang-nimang permintaan Arun. Masih setahun lagi dong. Bukankah terlalu lama ? padahal Gara sudah sangat ingin keluar dari club jones yang telah didirikan Samar sejak mereka berkenalan. Ingin menyudahi status single-nya menjadi married. Ingin semua orang tahu kalau Arun adalah istrinya yang cantik dan sempurna. Astaghfirullah, ingat gak boleh sombong Gara !

“Bentar lagi aku magang dan satu perusahaan sama mas, aku nggak suka jadi topik pembicaraan teman-teman mas di kantor” bela Arun.

“Iya juga. Ya udah gak papa. Sekalian aja biar jadi asumsi masyarakat kantor kalau kita cinlok di tempat kerja, hehe” terlintas ide cemerlang di otak Gara.

“Aku nggak keberatan kok kalau keluar pakai cincin kayak gini. Sebagai pelindung juga biar nggak ada yang godain” jelas Arun.

“Kamu sering digodain orang gak jelas ?”

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang