18. Kemarahan

1.2K 124 0
                                    

Gara bertanya-tanya kenapa Arun lama sekali dan belum terlihat melewatinya. Hari sudah malam ditambah sebentar lagi akan hujan.

“Mas nunggu Nika ?” tanya Shofi memastikan.

“Eeh..iya” jawab Gara jujur.

“Boleh aku tanya sesuatu ?”

“Tanya apa ?”

“Mas pacaran sama Nika ?” tanya Shofi to the point.

Gara kelabakan dengan pertanyaan tiba-tiba itu. Selama ini Gara dan Arun berusaha tidak terlalu sering terlibat saat di kantor, menyembunyikan kedekatannya agar tidak ada yang curiga.

Apa kita sudah ketahuan ya ? yang di bawah meja pagi itu. Nggak mungkin, dia kan di biro sebelah.

“Kok tiba-tiba nanya gitu ?” alih Gara.

“Aku nggak sengaja liat Nika boncengan mesra naik motor sama mas” jelas Shofi.

Boncengan mesra ? astaga ! Gara ingat hari dimana ban sepeda motor Arun bocor. Mereka berdua berangkat ke kantor bersama. Meski Gara menurunkan Arun di toko perempatan agar Arun lanjut naik ojek online tapi ternyata sebelum itu mereka sudah tertangkap basah.

“Oh itu-“ Gara mencoba mencari alasan.

“Aku nggak tahu mas dan Nika punya hubungan apa. Tapi aku yakin kalian sangat dekat. Akhir-akhir ini dia menghindari aku tanpa sebab. Aku tanya Nika apa aku melakukan kesalahan ? dia hanya menjawab tidak ada. Aku kecewa Nika nggak pernah mau bagi cerita, dia nggak pernah ngeluh apalagi protes sama sikapku. Rasanya dia nggak pernah nganggep aku sebagai teman yang bisa dipercaya. Tapi bagi aku Nika itu spesial, dia sahabat pertama aku yang sangat berharga. Tolong mas jaga Nika, karena dia udah nggak mau bareng sama aku lagi.”

Gara meresapi kisah mereka dari cerita Shofi.

“Kalau gitu aku tengok Nika bentar siapa tahu dia butuh bantuan” tutup Shofi, lantas berlari menuju parkiran samping.

Gara diam tanpa sempat menjawab ucapan Shofi. Dirinya pun tidak tahu, apa yang menjalari kerenggangan hubungan persahabatan itu. Selama ini Arun tidak pernah menceritakannya dan tidak mau membahas Shofi lagi jika Gara bertanya.

Ngapain kesana jalan, nggak naik motor sekalian. Heran Gara pada Shofi. Gara menancap gas ninja hitam yang dinaikinya karena Arun dan Shofi tak kunjung datang.

Seseorang turun dari lantai dua. Dia pamit pulang duluan tidak ikut lembur hingga selesai padahal beberapa teman dan katingnya masih asik mengobrol di atas sana. Dia menuju arah pintu depan. Lantas berbalik. Motor gue kan parkir di samping. Dasar bego ! tak begitu lama hingga dia sampai di parkiran dan melihat ada sebuah adegan ala drama.

Dari pancaran flash ponsel yang tergeletak jatuh di bawah, terlihat dua orang gadis tengah melawan seorang pria. Itu mereka lagi ngapain ? teriakan meminta tolong terdengar di telinganya di antara suara berisik air hujan.

“Woy !!! ngapain kalean” teriaknya sambil berlari mendekat.

“Tolongin temen gue ! bajingan ini lagi mabuk !” ucap salah satu gadis itu.

“Shofi ?” panggilnya memastikan.

“Satria ?”

Tanpa aba-aba, Satria menarik Jefri kasar agar mundur dari seseorang yang diganggunya dalam posisi duduk meringkuk.

“Sialan !!!” tanpa segan Satria melayangkan tinjunya.

Dengan wajah marah Jefri membalas tinju itu sambil tertawa. Satria sebagai atlet yang memiliki tubuh bugar karena rutin fitness tidak mungkin kalah melawan pria itu apalagi yang sedang dalam kondisi mabuk. Namun dia berpikir jernih atas konsekuensi yang akan didapatnya nanti jika nekat melanjutkan perkelahian, karena menyangkut nama baik kampusnya. Kalau ini di kampus gue gak bakalan mikir dua kali buat ngehabisin dia. Satria lebih banyak menghindari serangan Jefri tanpa membalasnya.

“Cupu lo. Nggak berani ngelawan gue ?” tantang Jefri.

Shofi mendekati Arun yang masih betah mempertahankan posisinya.

“Lo nggak papa Ka ? dia ngapain lo ?” tanya Shofi khawatir.

“Baju gue sobek parah bagian depan” jawab Arun bergetar masih ketakutan.
Sorotan lampu motor yang lebih terang membuat mereka semua mengalihkan pandangan. Sosok itu turun dari tunggangannya menerobos air hujan.

“Ada apa ini !” tanya sosok itu.

“Mas Gara” panggil Arun serak menahan tangis.

Gara mendekati Arun mencoba menenangkannya, Jefri ingin mencegahnya namun Satria dengan sigap menahan tubuhnya.

“Lo diam aja bangsat !” umpat Satria.

“Baju Nika robek mas.” Jelas Shofi.

Gara melepaskan jaketnya dan memakaikan itu ke tubuh Arun. Gara memeluk Arun, berharap shock yang dialami Arun bisa reda.

“Siapa yang buat Arun kayak gini ?” tanya Gara dijawab tolehan Shofi pada Jefri yang tengah ditahan Satria.

“Dia mabuk mas, tadi hampir aja ngelecehin Nika” ucap Shofi membuat amarah Gara naik.

“Kamu tenang aja ya. Aku udah disini kok” ucap Gara lembut pada Arun.
Gara meninju Jefri. Dia melancarkan serangannya bertubi-tubi. Satria mundur tidak mau ikut campur.

“Keparat !!!! Sialan” umpat Gara sambil terus menyerang.

“Mau lo apain dia ! HAH ! jawab gue !” bentak Gara yang sudah duduk di perut Jefri yang tengah telentang tak berdaya.

“Lo marah ? pelacur langganan lo gue rebut ?” ejek Jefri yang semakin memancing Gara.

“Jaga mulut lo. Nggak usah bacot kalau nggak tahu apa-apa !”

“Sat ! Woy budeg lo !” panggil Shofi.

“Eh- apaan ?” Satria menoleh.

“Lo mau liat gitu aja ?”

“Lha terus ?”

“Bantuin kek” desak Shofi.

“No ! ini bukan daerah gue. Kalau di kampus udah gue habisin dia dari tadi”

“Maksud gue sono panggilin satpam yang jaga. Sebelum mas Gara ngebunuh tuh bajingan”

“Oh” Satria baru paham.

“Ya udah sono cepetan lari. Nunggu apa lagi !!!”

Perkelahian Gara dan Jefri berhasil dilerai oleh 5 satpam yang sedang berjaga malam. Gara bersikeras menolak di tahan karena ada yang lebih mendesak dilakukan. Setelah berdiskusi cukup alot, akhirnya Gara diperbolehkan pergi sedangkan Jefri masih harus disana.

Gara membantu Arun menaiki motor ninja. Tanpa pikir panjang, tanpa memakai jas hujan, dengan amarah yang masih belum hilang Gara melajukan motornya menembus hujan secepat yang ia bisa agar segera sampai rumah.
Shofi mau tak mau pulang bersama Satria. Motornya dan motor Arun dia titipkan di pos satpam. Perkelahian itu akan diusut besok pagi karena hari sudah terlalu malam jika harus interogasi satu per satu.
Apalagi mereka semua basah kuyup kehujanan. Sebisa mungkin hal ini akan di urus secara internal melalui Komite Keamanan dan Kedisiplinan Perusahaan terlebih dulu karena jika berhubungan langsung dengan kepolisian, nama besar perusahaan akan dipertaruhkan.

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now