50. Medical Check-up

1K 80 0
                                    

"Aden ?" sapa seorang petugas keamanan yang tengah berjaga.

"Iya mang ?" jawab seorang pemuda dengan tas punggung penuh sepulang dari pendakian.

"Ini ada surat, barusan pak pos nganter" satpam itu menyerahkan sebuah amplop.

"Oh, makasih mang" ucap pemuda sambil menerimanya. Tertera sebuah nama instansi dibalik amplop itu lengkap dengan alamat pengirim.

Dia terkesikap lantas memasang wajah sumringah saat kata demi kata dari surat itu telah ia baca.

"Kenapa den ?" satpam penasaran.

"Ini mang, dapet panggilan kerja. Lusa dipanggil buat tes wawancara"

"Alhamdulillah" sahutnya ikut gembira.

Pemuda itu hendak masuk membersihkan dirinya dan beristirahat karena beberapa hari ini telah berkelana bersama kawan-kawannya menakhlukkan Semeru.

"Anu den. Saya mau sekalian pamitan mumpung ketemu aden" ujar satpam itu membuat si pemuda terhenti.

"Pamitan ? kenapa mang ?"

"Ini hari terakhir saya kerja disini."

"Loh mamang berhenti ? ada apa mang ? udah nggak betah kerja disini ?"

"Bukan gitu den. Istri saya ngajak pulang kampung. Ibu di kampung sedang sakit. Sepertinya bakal lama disana atau malah mungkin kita nggak balik kesini lagi, menetap disana" jelas satpam.

Pemuda itu menyayangkan hal tersebut. Padahal mang satpam sudah bekerja di rumahnya belasan tahun dan sudah dianggap sebagai bagian dari keluarganya. Pemuda itu mengurungkan niatnya untuk masuk rumah. Dia meletakkan tas dan peralatan yang ia bawa di pos satpam.

"Laah kenapa ditaroh sini den. Nggak jadi masuk ?"

"Ayo mang, saya traktir makan sepuasnya. Itung-itung pesta perpisahan"

"Pesta perpisahan ? bukannya sedih kok malah pesta. Adat orang mana itu den ? di kampung mah kalau lagi nikahan, khitanan, pokoknya seneng-seneng gitu baru ngadain pesta. Kalau ada yang meninggal terus pisahan ya bakal ngadain tahlil" jelasnya.

Si pemuda bingung namun merasa penjelasan itu ada benarnya.

"Kalau gitu kita makan aja deh pokoknya. Saya traktir mamang sampai puas. Gimana ? sejak pagi saya belum sarapan mang"

"Boleh den. Rejeki nggak boleh ditolak." Satpam itu antusias kegirangan.

"Mamang pengen makan apa ? mau dimana ? bebas mamang yang pilih" tawarnya.

"Kata Asep warung soto yang baru buka di depan enak banget. Tiap hari ramai. Saya belum sempat nyobain"

"Warung soto ? yakin ? padahal kalau ke restoran juga nggak masalah"

"Halah nggak usah repot-repot. Di warung soto saja atuh den, jangan jauh-jauh"

"Siap, ayo berangkat sekarang"

"Sekarang ? terus siapa yang jaga disini ? nunggu Asep dulu den. Palingan bentar lagi dateng"

"Oiya. Ngomong-ngomong yang gantiin mamang siapa ? udah ada orang baru belum ?"

"Ponakan saya den, Ucok. Mulai besok dia bakal ganti saya disini. Tadi pagi sudah kesini saya kenalin lingkungan sekitar"

"Oooh. Ponakan mamang masih muda ?"

"Muda banget den. Tapi tenang aja, dia jago silat. Udah pengalaman jaga juga."

"Jaga dimana ?"

"Itu, pabrik gula di desa. Tapi bangkrut, sekarang sudah tutup. Kasihan, setahun dia di rumah cuma bantu emak ngurusin ternak"

Sailing With You [END]Where stories live. Discover now