21. Sidang Komite

1.1K 124 0
                                    

Kehebohan yang terjadi pada malam Selasa Kliwon itu sudah menjadi topik hangat satu perusahaan. Selasa pagi, Gara, Satria dan Jefri dihadapkan pada interogasi panjang untuk mengusut kasus tersebut.

Satria memberikan kesaksiannya sesuai apa yang terjadi saat dia datang hingga satpam melerai perkelahian Jefri dan Gara. Dilanjutkan Gara yang mengatakan hanya membela diri dan berusaha menolong rekan kerjanya karena hendak dilecehkan oleh Jefri hingga ia terbawa emosi dan membuat tersangka babak belur parah.

Kesaksian Jefri yang menjadi tersangka masih diragukan karena belum mendapatkan pengakuan langsung dari korbannya, apakah benar jika itu kasus pelecehan. Saat ini dia berstatus terdakwa.

Perusahaan memberikan dispensasi dua hari pada orang-orang yang tersangkut kasus tersebut. Dalam kurun waktu dua hari itu digunakan oleh para anggota komite untuk mengumpulkan bukti rekaman CCTV dan menganalisanya. Dan dua hari kemudian adalah hari ini. Arun, Gara, Shofi, Satria, Jefri, dan kelima security yang berjaga turut hadir dalam sidang internal perusahaan. Setelah semua orang disumpah, persidangan pun dimulai.

“Saudari Nika, pada kesaksian anda sebelumnya anda mengatakan bahwa terdakwa telah melakukan pemaksaan untuk melecehkan anda, benar begitu ?” tanya ketua komite kedisiplinan selaku hakim yang bertugas.

“Benar” jawab Arun.

“Apakah terdakwa melukai anda pada hari itu ?”

“Iya. Dia mencengkram tangan saya dengan kuat hingga memar” jelas Arun.

Petugas yang bertanggung jawab menyerahkan foto memar di tangan Arun kepada hakim. Sebelum persidangan, Arun dan Shofi sudah di cek oleh petugas kesehatan untuk melihat luka-luka di tubuh mereka.

“Sejauh mana pelecehan yang sudah dilakukan oleh terdakwa ?”

“Dia menarik paksa baju saya, hingga robek cukup lebar dibagian depan”

“Selain itu ?”

“Tidak ada”

Kesaksian Arun ditutup. Kini Shofi yang menjadi sorotan. Sama seperti Arun, Shofi juga di tanya macam-macam hingga melampirkan foto memar di perutnya. Tentu saja hal tersebut dirahasiakan dan hanya dilihat oleh pihak yang berwenang. Para korban dan saksi telah selesai dipanggil. Kini giliran Jefri sebagai terdakwa yang akan disidang hingga menghasilkan keputusan akhir. Beberapa break sudah dilewati dan ini break terakhir menunggu hakim mengumumkan hasil persidangan.

Semua orang disana tahu, kalau Jefri akan dengan mudah dibebaskan apalagi kalau bukan karena pamor orangtuanya yang berstatus sebagai kepala HRD. Semua sidang ini hanyalah formalitas. Ikut campur orang dalam pasti sudah terjadi di belakang layar. Sejujurnya Gara geram, karena tidak ada yang bisa dia lakukan jika hakim sudah memutuskan. Dia sangat jelas mengingat cerita atasannya, kadiv desain.

Semua kadiv dan petinggi perusahaan secara resmi menjadi bagian dari anggota komite kedisiplinan. Mereka memiliki hak menyanggah dan menyampaikan pendapat di dalam persidangan atas kasus yang terjadi sebagai bentuk kontribusinya ikut menjaga nama baik perusahaan.

Pada sidang Jefri sebelumnya dia hanya dianggap lalai memberikan tugasnya ke anak magang dan memicu kerugian. Ujung-ujungnya Jefri harus membayar sejumlah penalty dan anak magang itu terpaksa dikeluarkan dari perusahaan meski masa magangnya belum berakhir. Dan inilah yang terjadi, tak lama kemudian Jefri berulah kembali. Tok tok tok. Hakim mengetuk palunya. Suasana menjadi tenang kembali.

“Akan saya umumkan hasil bersidangan berikut ini.” Buka Hakim. Semua telinga terpasang rapat, bersiap mendengarkan apa yang akan menjadi keputusan hakim.

“Menimbang bahwa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan......”

“Mengingat undang-undang nomor......”

“Memperhatikan peraturan kerja perusahaan...”

“Menetapkan keputusan berikut. Pertama, terdakwa harus membayarkan sejumlah biaya pengobatan atas para korban yang mengalami luka memar, membayar sejumlah penalty terhadap perusahaan atas kerusuhan yang telah diperbuat, melakukan hukuman kedisiplinan dari pihak keamanan selama satu bulan dan bekerja penuh dengan potongan gaji 50% selama enam bulan.” Hakim menjelaskan keputusannya terhadap Jefri.

Hanya itu !!! Gara tak percaya, apa yang diucapkan atasannya benar. Pemecatan Jefri secara tidak hormat dan tanpa pesangon yang dinantikan Gara tidak terjadi. Semua perilaku bejat Jefri bisa diredam hanya dengan membayar dengan sejumlah nominal. Uang akan selalu menang. Gara ingin protes tapi dia tidak memiliki hak disini. Dia meminta bantuan atasannya pun pasti kalah jumlah dalam pemungutan suara. Dia tetap harus mengeluarkan uang agar para anggota komite lainnya mau bekerja sama. Mana mungkin dengan sukarela ikut repot mengurusi hal yang dianggap tidak penting ini dengan terus melanjutkan persidangan. Gara pun tahu Jefri masih memiliki kartu AS disini.

“Kedua, para korban yang berstatus anak magang akan dipindahkan ke perusahaan lain untuk meneruskan masa magangnya sesuai sisa waktu pengajuan proposal magang yang telah disetujui perusahaan ini. Serta menandatangani surat pernyataan tidak akan mengajukan tuntutan lanjutan kepada pihak kepolisian demi menjaga nama baik perusahaan”

Sialan ! Gara semakin marah. Arun, istrinya sudah menjadi korban. Dan harus dipaksa menandatangani surat perjanjian. Jelas-jelas keputusan ini tidak bisa diterima. Gara sudah memiliki niatan akan melanjutkan sidang resmi jika sidang internal ini tidak menghasilkan keputusan yang sesuai. Tapi rencana itu terancam tidak akan terjadi.

“Ketiga, para saksi yang turut andil dalam perkelahian akan mengalami potongan gaji sebesar 30% selama tiga bulan jika berstatus staff perusahaan. Dan jika berstatus magang, maka keputusan pada poin kedua berlaku pada saksi tersebut.”

Gara mengacaka-acak rambutnya. Dia berdiri namun tidak bisa berkata apa-apa. Arun tahu suaminya pasti frustasi. Dirinya juga marah dan geram kepada Jefri. Tapi Arun tetap bersikap tenang. Dia dan Shofi sudah memiliki rencana.

Tenang aja mas, sidang yang sesungguhnya baru akan dimulai.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang