53. Dark Fate

864 76 0
                                    

Untuk kesekian kalinya Dika pulang ke Indonesia setelah terakhir kali ia pulang dan bertemu Amira secara tidak sengaja. Kali ini dirinya pulang karena ada urusan pekerjaan. Ia akan mendapatkan promosi hingga dimutasi untuk pergi ke tempat yang lebih jauh lagi. Pekerjaannya sebagai marketing engineer membuatnya harus selalu siap untuk berkeliling ke berbagai negara. Dulunya ia bertugas di kawasan Asia tenggara, jika promosinya lancar ia akan menakhlukkan seluruh wilayah Asia. Produk yang ia tawarkan adalah mesin propeller kapal. Baik kapal kecil maupun kapal besar. Pekerjaannya selalu berhubungan dengan tender dan menjalin kerjasama internasional. Cukup melelahkan memang, tapi hanya dengan itu ia bisa melupakan keterbatasan dirinya. 

"Nggak boleh masuk" perintahnya.

"Ary, om capek. Minggir sana" ucap Dika mengusir ponakannya yang malang di pintu.

"Umpeti dulu" pintanya memalak.

"Mau apa sih ? udah gede juga, masih pengen boneka barbie ?" ejek Dika pada bocah kelas 5 SD yang masih enggan memberinya jalan.

"Tuh pa, dengerkan. Kata om aja aku udah gede. Kalian selalu bilang aku ini anak kecil" teriaknya pada Danu yang tengah duduk di ruang tamu.

"Iya, iya. Kasihan om Dika, dia capek baru pulang. Nanti aja ganggunya" perintah Danu.

"Silahkan. Kali ini om boleh lewat karena udah bilang aku gede." ujarnya lugu.

"Ya jelas gede, terkahir kali om lihat kamu waktu baru masuk SD" sahut Miranthi.

"Nenek nggak boleh gitu. Harus ikhlas. Karena semakin aku gede, nenek juga semakin tua" ucapnya tidak sopan.

"Arysta !" teriak Dewi.

"Hehe bercanda nek. Maaf"

Dika masuk setelah Ary kabur dari sana. Ia melangkah ke dalam rumah dan disambut oleh ibunya serta kakak dan iparnya.

"Ayah mana bu ?"

"Biasa, ngurus Raja di belakang"

"Ini tumben pada ngumpul semua" ujar Dika keheranan.

"Mumpung Ary libur sekolah. Dia bakal nginep lama disini" jawab Dewi.

"Kalian nggak nginep juga ?"

"Besok Dewi udah berangkat lagi" sahut Danu.

"Tapi mas Danu tetep disinikan ?"

"Gak lah. Mana ada libur kerja. Kesini minggu depan njemput Ary"

"Lah...terus ? siapa pawang tuh bocah"

"Kan ada om nya" jawab mereka bertiga.

Mampus. Dika tak bisa membayangkan apa yang bakal terjadi jika Ary tinggal disini tanpa orang tuanya. Semakin dia tumbuh akan semakin tidak terkendali. Dika juga heran, bagaimana bisa Danu dan Dewi sosok yang terbilang anteng pendiam bisa memiliki Ary, anak yang liar. Kalau kumat, jahilnya kelewat brutal. Ngidam apa sih mbak Dewi dulu.

***

"Ayah sih, udah dibilang dokter jangan makan kacang. Ngeyel aja" Dika geregetan karena Adi tak menghiraukan pantangan untuk menjaga pola makannya.

"Lebih enak makan kacang daripada dikacangin" Adi lebih memilih menjawab alih-alih diam.

"Iya enak. Kalau udah kambuh gini asam uratnya, linu semua kan sendi-sendinya"

"Siapa suruh pulang bawa oleh-oleh almond."

"Aku bawain buat yang lain, bukan buat ayah. Incip sih boleh, jangan satu toples dihabisin sendiri" Dika kesal, Adi malah menyalahkan dirinya.

Sailing With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang