Chapter 36

2.3K 119 0
                                    

Brooklyn’s POV.

Aku berjalan lemah menuju kamar, aku tidak tau apa yang menimpaku sehingga aku benar-benar lelah seperti sekarang. Baru ingin membuka pintu, Lina datang dengan tas merah kecil ditangannya, aku tidak tau dia menyukai merah. Tapi ya sudah lah…

“hai sayang, kamu pulang sendirian?” tanyanya begitu dibuat lembut.

“ya begitulah” jawabku malas, aku langsung membuka pintu kamar.

“jaga kesehatanmu sayang, aku tidak ingin kamu sakit” ucapnya sebelum pergi.

Ku taruh semua buku, tas dan file di karpet, kemudian ku banting tubuhku diatas kasur. Aku sedikit tidak enak badan hari ini, tapi aku tidak tau apa penyebabnya. Ku lirik jam tanganku yang masih ku pakai, ini sudah hampir waktu makan malam. Tapi kenapa Gabriel belum juga pulang?

Ku coba hubungi nomor ponselnya tapi tidak aktif, kemana dia? Apa ada jam tambahan? Tidak mungkin, dia baru masuk.

“Brooklyn…” aku seperti mendengar seseorang membangunkanku, tunggu. Aku tertidur? Aku segera membuka kedua mataku dan mendapati Gabriel didepanku dengan rambutnya yang… basah?

“aku tidak tau kamu sakit, maaf aku pulang jam segini. Akan ku ambilkan makan malammu kalau begitu” ujarnya lembut kemudian pergi, tapi ku tarik pergelangan tangannya.

“tidak, jangan. Sudah aku tidak apa-apa” aku mencoba untuk bangun, masih terasa pusing kepalaku.

“kamu masih lemah, jangan dipaksakan, akan ku ambilkan minuman hangat” Gabriel meraih gelas yang ada di meja belajarnya itu kemudian memberikannya kepadaku.

“jahe?” aku sempat bingung saat mencium aromanya.

“ibuku pernah bilang kalau jahe bisa menghangatkan tubuh, jadi tidak salah jika aku membuatkanmu ini” ucapnya tersenyum.

“darimana saja kamu?”

“aku habis dari perpustakaan bersama temanmu Cameron”

“kalian dekat ya akhir-akhir ini” aku tidak tau, ada rasa cemburu saat Gabriel mengatakan itu. Tapi aku ingat kalau aku hanyalah seorang mantan.

“Cameron baik, aku suka saat dia tersenyum” katanya langsung sembari membereskan beberapa buku dibawah “kamu sangat lelah pasti”

Aku tersenyum “ya seperti itulah” aku bahkan belum mendapat kabar dari Greyson beberapa hari ini, aku tidak tau dia sibuk dengan apa. Aku juga jarang sekali mengabarinya lewat pesan bahkan hanya bertemu di kampus, itu pun kalau aku tidak sibuk. Aku memang sibuk belakangan ini, ya Tuhan… aku merindukannya. Sangat.

“ponselmu bergetar, apa kamu tidak sadar?” tegur Gabriel tiba-tiba. Aku langsung menaruh gelas yang berisi jahe tadi dimeja samping tempat tidurku.

Aku mencari dimana letak ponselku, setelah dapat. Tertera nama Greyson disana, apa dia tau kalau aku memikirkannya? Tanpa alasan apapun lagi aku mengangkatnya, aku rindu suara beratnya itu, apalagi kata-kata romantis yang sering ia berikan padaku saat ditelfon.

“hai…” sapaku tersenyum, mungkin memerah.

“hai, aku ingin mengajakmu makan diluar, bagaimana?”

“kamu… serius?”

“tentu, akan ku jemput sekitar… satu jam lagi, bye!”

Greyson pun langsung menutup sambungan telfonnya, tanpa ku sadari aku memeluk ponselku sendiri. Aku tidak tau apa yang merasuki diriku, tapi aku sangatlah senang, orang yang kurindukan ternyata menyadarinnya. Rasanya ingin menjerit sekarang juga tapi tertahan, mengingat aku sadar diri.

“dari siapa?” Tanya Gabriel tanpa melihatku.

“Greyson, dia mau mengajakku makan diluar” jawabku dengan senyum lebar.

“kapan?”

“malam ini, aku harus bersiap-siap” ucapku lalu beranjak dari tempat tidurku, rasa lelah yang ku rasakan tadi seketika hilang dengan hanya mendengar suara Greyson dan ditambah Dinner bersama diluar, aku ingin terbang ya Tuhan…

Setelah selesai bersiap-siap aku segera keluar dari kamar, awalnya ingin berpamitan pada Gabriel. Tapi tampaknya ia sangat sibuk tadi, sampai tidak sadar kalau aku ada didekatnya tadi, jadi ku pikir daripada aku mengganggu jadi lebih baik keluar diam-diam.

Jantungku berdetak lebih cepat, rasanya seperti sudah sangat lama sekali aku tidak bertemu Greyson. Aku duduk diruang tamu asrama dengan tidak henti-hentinya tersenyum sendiri, yang sekali-sekali menatap diriku dikaca kecil yang selalu aku bawa. Untuk mengetahui aku memerah atau tidak.

“hai” suara itu, suara yang sudah tidak asing lagi ditelingaku. Aku langsung membalikan badanku dan melihat orang yang didepanku dengan tatapan bingung sekaligus tidak percaya.

“Cameron?”

Jedderrr! Hatiku mencelos saat melihat sosok laki-laki yang selama ini aku kenal, datang dengan sendirinya tanpa aku suruh.

-----------------------------------------------

udah greget belom nih?huhuhuhuhu ayolahh hargai ceritaku ini:(divote and comment. ILY KAWANNNN

Nerd GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang