Chapter 44

1.9K 95 1
                                    

Semenjak kejadian seminggu yang lalu, aku sadar. Kalau masa-masa tersedih dan terpedihku hanya disitu-situ saja, maksudnya... soal Freddie. Hatiku benar-benar kacau tentang satu hal itu, aku berasa paling gila. Tapi sekarang aku sudah tidak akan begitu lagi, semuanya telah hilang.

Apalagi rasaku padanya, saat waktu itu bertemu dengannya. Aku memang berharap lebih apapun itu darinya, dia mengatakan ini dan itu semuanya sudah diceritakan olehnya. Entah itu tentang Elita atau perempuan yang lainnya. Aku paham soal tidak bisa move on mungkin memang sekarang aku belum bisa merubah segalanya dari kebiasaan Freddie yang menghantuiku tapi aku tau kalau aku terus-terusan begini aku tidak akan pernah bisa membuka hatiku untuk orang lain.

Dan saat pulang dari tempat bertemunya aku dengan Freddie, dia sendiri yang memelukku paling erat. Awalnya aku merasa ini pelukan rasa kangen dia padaku, tapi bukan. Itu pelukan persahabatan, hanya sebatas sahabat. Dan itu cukup buatku. Karena tidak ada yang lebih indah dari sebuah persahabatan.

Greyson juga menasihatiku sepanjang perjalanan pulang, membosankan. Tapi kata-katanya memang benar, itu baru kali pertamanya aku mendengar sendiri kata-kata bijak dari dirinya. Mungkin juga, aku gila karena aku belum sama sekali bertemu dengannya. Walaupun itu pernah tapi tidak pernah seperti ini. Dan rasa kangen itu hilang beserta perasaanku.

Omong-omong, aku sudah masuk skripsi. Tinggal tunggu hasil dan lain-lainnya, kalau lulus aku akan pulang ke Indonesia bersama Ayah. Dan aku juga akan meninggalkan Greyson.

"es krim!!" teriakku saat melihat Greyson didepan dengan dua es krim ditangannya "kamu beli dimana?"

Greyson belum menjawab, dia langsung duduk manis disampingku "itu ada es krim," ucapnya singkat. Hubunganku dengan Greyson makin dan makin membaik, aku tidak berharap lebih dengannya kami cuman sahabat. Itu katanya.

"mau pulang?" tawar Greyson sambil melirik "kamu tidak kangen sama Cameron?"

Aku langsung menoleh "memangnya kenapa?"

"tidak apa-apa, aku cuma bertanya," ucapnya sambil menyenderkan badannya dibangku taman "kalau kangen, ketemuan"

"kamu aneh," jawabku "kamu yang bilang sendiri kalau aku harus jarang bertemu dengan Cameron, sekarang malah disuruh"

Greyson menghela nafas, tangannya tiba-tiba meraih tanganku "bukan begitu juga," ucapnya dengan tatapan aneh banget.

"kamu kenapa, sih?" aku nyaris hampir tertawa "lepasin!" aku menarik tanganku kembali, tapi tangannya lebih kuat.

"aku kan melarangnya karena dia pacar sahabatmu, siapa tau sahabatmu marah karena kamu sering bertemu dengannya," jelasnya kemudian melepas genggamannya "katanya, Cameron ada di perpustakaan kampus"

Ya, terus?

"kenapa menatapku seperti itu, sih?" aku memundurkan kepalaku "aku aneh?"

Dia menaruh ibu jarinya diantara hidung dan mulutku, kemudian tersenyum lebar nyaris tertawa. Aku kenapa?

"kalau makan es krim yang benar," dia tertawa "cucikan tanganku setelah ini, lengket" terusnya.

"apa? Tidak akan!" aku menjulurkan lidahku padanya.

****

Aku berjalan melewati halaman asrama KKL, masih sama seperti dulu. Aku bahkan merindukan masa-masa aku baru pertama kali disini benar-benar asing. Sekarang aku sudah dikenal banyak orang apalagi Lina, aku sering sekali menemaninya berbelanja dan pergi ke salon.

"Brooklyn!!!!!" teriakku sambil berlari menghampiri perempuan berambut pirang itu, "aku kangen berat sama kamu!"

"aku juga!!!!!" dia ikut heboh "aku mau banyak cerita lagi sama kamu" lalu Brooklyn menarikku kedalam asrama.

"katanya ada anak baru di asrama ini," ucap Brooklyn sambil merangkulku "terus, anak baru itu terkenal dengan sifat nakalnya"

Begitu ya? Bukan urusanku juga.

"apa kabar sama Greyson?" tanya Brooklyn sambil membuka kopernya "aku sudah lama juga, tidak bertemu dengannya. Setahuku, dia memang sering sama kamu" ucapnya sedikit... entahlah.

"oh, dia baik-baik saja. Mungkin makin gila" ucapku sambil menaruh bingkai foto disamping tempat tidur "bagaimana dengan Cameron dan hubungan kalian?"

Brooklyn langsung membanting tubuhnya diatas kasur "itu dia," jawabnya "aku putus, baru dua hari yang lalu" lalu bangun dan menyilangkan kakinya.

"kenapa?" aku langsung ikut duduk disampingnya "ada masalah?"

"Cameron mau pergi," jawabnya dengan lemas "aku bahkan tidak tau dia mau kemana"

"kamu tidak mencoba menanyakannya?"

"sudah, sudah berkali-kali tapi ya tetap saja jawabannya sama," dia berdiri "aku tidak bisa mengatakannya padamu" ucapnya menirukan suara Cameron.

"sayang sekali, aku tidak tau sama sekali hubungan kalian" aku berdiri dan memelukknya "maafkan aku, ya"

"tidak apa-apa, Gabriell"

****

Sebuah mobil merah terpakir didepan halaman asrama KKL, semua orang datang mengerubuni pemilik mobil itu, aku bahkan sama sekali tidak tertarik dengan hal itu. Yang ku lakukan hanyalah membaca buku diruang tengah sambil memandang orang-orang itu. Apa dia anak baru yang disebutkan Brooklyn?

Aku pikir hanya satu orang, tapi ternyata satu kelompok. Mereka sama-sama menggunakan pakaian berlogo KKL, seakan-akan mereka memiliki segalanya tentang KKL. Mereka cantik dan yang paling menonjol adalah perempuan berambut coklat kepirangan agak ikal itu, bajunya yang begitu minim benar-benar menampakkan badannya. Apalagi bagian dadanya.

"hai," sapanya dengan sok ramah didepan kami semua, "aku Sabrina Carpenter, aku anak baru dan aku adik kelas kalian semua" ucapnya tersenyum setelah itu.

Tiba-tiba Lina datang dengan lipstick merah tentu saja "halo," ucapnya tersenyum lebar "kalian sudah datang rupanya" ucap Lina.

"hai, dimana kamarku? Aku benar-benar lelah" ucap Sabrina "dan teman-temanku juga" diikuti anggukan dari mereka bertiga.

Lina langsung menyuruh mereka berempat mengikutinya, aku bahkan sama sekali tidak menyangka bisa bertemu dengan adik kelas yang seperti ini.

****

"hai Brooklyn" sapa anak baru itu tersenyum begitu ramah namun terlalu dibuat-buat "dan hai Gabriel"

Aku tersenyum, hanya tersenyum.

"kalian satu kamar, ya?" tanya teman satunya lagi "kalau tidak salah Brooklyn itu mantan pacarnya Cameron, kan?" aku langsung menoleh ke arah anak yang menanyakan hal itu.

"maksud kalian?" tanyaku pada mereka berempat.

"oh maaf, ya" tiba-tiba anak yang bernama Sabrina itu datang "teman-temanku memang suka seperti itu"

"oh satu lagi!" seru temannya "katanya Cameron memutuskanmu, ya? Apa karena tidak puas denganmu?"

Maksudnya?

"kalian jangan berbicara sembarangan seperti itu!" seruku "kalian tau apa tentang Brooklyn dan Cameron?"

"aku tau banyak, Gabriel" ucap anak disebelah Sabrina "salah satunya mereka putus adalah Cameron sudah bosan dengan Brooklyn"

"ayolah teman-teman jangan seperti itu" dan mereka berempat meninggalkan kami.

"sudahlah, Brooklyn" aku menggandeng tangan Brooklyn "ayo makan malam"

"tidak, aku akan menyusul kamu duluan saja" dia melepas genggamanku dan pergi.

---------------------------------

haiiiiii, maaf ya baru update dan ini udah lama banget. aku udah kelas 12 dan itu buat aku sibuk banget gak sempet buka laptop sama main hp hehe, maaf ya ini doang yang bisa diupdate kalo bisa nanti diupdate lagi.

budayakan hargai cerita orang yaaa kalian:) don't forget to vote and give a comment. aku berterima kasih banget sama kalian yang udah ngevote dan sedikit komen dibeberapa chapter sebelumnya:) apalagi aku udah jarang on hehe. doain aja cepet-cepet lulus. Aamiin

Nerd GirlsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora