Chapter 22

3.9K 187 1
                                    

Kak Terresa membalas pelukan ku, terlihat senyumannya begitu manis di wajahnya, oh Tuhan.. Aku berterima kasih karena memiliki kakak yang begitu peduli dan mengerti aku.

"Ya sudah, kamu masuk kamar dan belajar yang benar" katanya sambil mengacak rambutku "jangan lupa berdoa, Gabriel" tambahnya.

"Siap, apapun untuk kakak" kataku sambil kembali memeluknya sebentar, aku tahu kak Terresa hanya tersenyum mendengar jawaban dariku. Tapi aku tidak peduli intinya aku sudah di izinkan berpacaran dengan Freddie.

Ku rebahkan tubuhku di atas kasur, entah harus berkata apalagi hari ini, mungkin ini hari yang mudah aku lewati, bermain bersama ketiga sahabatku, pulang bersama Freddie dan terakhir kak Terresa mengizinkan ku berpacaran.

****

"kak Gabriel!" teriak Anne dari balik kamar "ayo makan malam!" tambahnya.

"Iya baiklah.." balasku, aku menutup buku biologi dan sedikit merapikannya karena besok hari terakhir ujian, aku harus lebih bersemangat mengingat waktuku dengan teman-teman juga Freddie hanya sebentar. Menghabiskan seharian saja untuk bersenang-senang, dan keesokan harinya aku sudah meninggalkan negara ini. Oke baiklah aku harus melupakan untuk meninggalkan. Aku yakin mereka akan mengerti, semoga saja.

"Hai bu" sapaku yang melihat ibu tengah sibuk mempersiapkan makan malam "hai Gabriel" balasnya sambil tersenyum.

"Sudah belajar?" tanya kak Terresa "sedikit" jawabku singkat "oke baiklah, selamat makan" katanya sambil memberikan satu piring nasi putih.

"Bagaimana ujian mu?" tanya Anne " Uhm, bagus... Mungkin" jawabku seadanya, aku memang tidak tahu ujianku bagaimana. Semoga saja bagus, karena jika tidak mungkin semua orang yang aku sayang sangat kecewa padaku.

"Aku yakin bagus, tidak mungkin kakak sepintar kamu gagal menghadapi ujian" katanya sambil mengambil lauk di depannya "oke, aku ingin makan.." tambahnya.

"Ya Anne benar, aku bahkan tidak sabar untuk melihatmu masuk universitas di Oklahoma" ujar kak Terresa sambil tersenyum "melihatmu menjadi mahasiswi, bukankah itu keren? Tidak usah memakai seragam lagi"

"Ibu saja ingin kamu cepat-cepat kamu kuliah, nak" sambung ibu "dan pasti ayah akan bangga memiliki anak seperti mu" ibu menyentuh hidungku dengan jari telunjuknya.

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan mereka, mereka sangatlah mengharapkanku untuk bisa kuliah di sana. Sedangkan aku? Sangatlah tidak menginginkan itu, untuk tahu di mana Oklahoma saja aku tidak mau, bukankah seharusnya sedih bisa meninggalkan negara ini dan meninggalkan kenangan indah di sini? Ya, pasti di pikiran mereka adalah ini demi kamu atau demi kebaikan kamu atau demi kamu bisa mendapatkan ilmu yang tinggi dan banyak.

****

Selesai makan malam, aku kembali belajar. Untunglah besok terakhir ujian, aku bisa langsung santai setelah menghadapi tiga hari yang menyeramkan. Besok ujian biologi, pelajaran yang sangat aku sukai, tidak begitu mudah. Tapi bagiku biologi menyenangkan, aku menghafal semua arti dari kuman makanan dan lain sebagainya.

"Gabriel? Bisa aku masuk?" panggil kak Terresa di balik pintu "ya masuk saja.." balasku.

"Maafkan aku mengganggu waktu belajar mu, tapi.. Aku ingin memberi tahu soal keberangkatan mu ke Oklahoma" jelasnya sambil duduk di kasurku.

"Jelaskan lah aku siap mendengarkannya"

"Kamu berangkat hari sabtu, jadi kebersamaan mu bersama tiga sahabatmu masih agak lama dan kamu masih bisa bersenang-senang dengan mereka" ocehnya "lagipula, kamu juga pasti tidak ingin kebersamaan mu dengan Freddie cepat usai, bukan?" tambahnya sambil menaikan kedua alisnya.

Nerd GirlsWhere stories live. Discover now