Chapter 25

3.9K 170 0
                                    

Hari itu sudah datang, hari di mana aku akan tampil berbeda di depan semua orang. Malam ini akan menjadi malam yang aku tidak akan melupakannya dengan mudah, aku bangun lebih awal karena aku terus memikirkan acara malam ini, memikirkan bagaimana reaksi teman-teman di sekolah, bagaimana mereka menanggapi perubahanku, bagaimana tanggapan ketiga sahabatku. Oke itu yang aku pikirkan sekarang.

Tidaklah mudah melupakan kejadian yang membuatku terus menguras isi otakku bagaimana caranya menjelaskan pada mereka, bagaimana jika mereka benar-benar kecewa padaku dan mereka memutuskan untuk membenci ku? Bagimana jika mereka tidak menganggapku sebagai sahabatnya? Pikiran negatif itu terus menguasai otakku, aku mencoba untuk tidur kembali tapi itu tidak bekerja. Aku akan terus memikirkan itu dan akhirnya aku akan mendapatkan mimpi buruk.

Aku beranjak dari tempat tidurku dan berusaha tidak bersuara agar Brooklny tidak terbangun dari tidur nyenyaknya. Aku membuka lemariku dan ku ambil gaun pemberian Margaret. Aku membuka lemariku dan ku ambil gaun pemberian Margaret, aku ingat saat itu. Ingat dimana kami berempat tertawa, bercanda dan menceritakan hal-hal bodoh lainnya. Dan semuanya lenyap hanya karena aku harus pindah.

Aku terus memandang gaun biru muda ini, aku tidak tahu apa reaksi mereka. Bagaimana jika mereka malah menertawakanku? Bagaimana jika mereka bertiga membenciku karena aku memakai ini? Pikiran negatif itu datang dengan sendirinya. Akhirnya ku masukan kembali gaun itu dan ku tutup rapat lemariku.

 Aku berjalan keluar kamarku untuk menenangkan hati ku ini, acara akan dimulai pukul 7 malam tapi aku sudah bangun pukul 5 pagi. Seisi rumah belum terbangun, ini hari jumat kak Terresalibur jadi ibu tidak usah repot menyiapkan sarapan untuknya dan Anne? Oh dia masuk siang pasti kak Terresa akan mengantarnya.

"Sedang apa kamu disitu? Menyendiri seperti itu, melamunkan sesuatu? Atau memikirkan pangeran mu itu?" bisik Brooklyn.

"Kamu sudah bangun?"

"Aku hanya haus, tadinya aku ingin membangunkan mu untuk temani aku ke dapur tapi kamu sudah bangun" ucapnya sambil berjalan ke arah dapur.

"Oh maafkan aku, Brooklyn"

Akhirnya aku mengikutinya ke dapur, ku lihat dia menuang air putih ke gelasnya. Dia tampak lucu dengan baju tidur berwarna merah muda. Tampak serasi dengan tubuhnya itu, ya dia memang sempurna untuk seorang perempuan.

"Kenapa mengikutiku?" tanyanya.

"Bukankah tadi kamu meminta ku untuk menemanimu?" tanyaku berbalik, Brooklyn hanya tersenyum. Lalu meminum setengah minumannya, maksudku air putih itu.

"Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanyanya, sepertinya dia tahu apa yang aku pikirkan, tebakan yang beruntung. Bukan tebakan.

"Tidak, hanya khawatir dengan acara nanti malam" jawabku seadanya.

"Oh begiut, tenang kamu akan menjadi yang paling cantik nanti" ucapnya seraya meneguk habis air putihnya dan berjalan meninggalkan ku "well, kamu terlalu rajin bangun pukul segini, aku saja sangat malas untuk bangun lebih pagi dan... Aku akan tidur lagi" ucapnya dengan uapan dimulutnya.

Aku hanya tersenyum, dia kembali kekamar ku dan ku lihat dia langsung membanting tubuhnya di kasur dan sudah tertidur pulas, bahkan dia tidak menutup pintu kamarku. Aku kembali ke kamar dan mencoba menghilangkan pemikiran negatif itu. Aku tahu mereka tidak seperti itu.

"Sudah tidurlah..." ucap Brooklyn dengan matanya yang terpejam.

"Baiklah, tuan putri" balasku.

****

Selesai mandi, aku mengeringkan rambutku. Freddie akan menjemoutku sekitar satu jam lagi, jadi lebih baik aku bersiap-siap dari sekarang. Brooklyn sudah siap mendandaniku sampai benar-benar sempurna, tapi aku tidak mengharapkan itu. Kak Terresa sudah mengizinkan ku, setidaknya acaranya hanya sampai pukul 11 malam dan besok aku akan berangkat meninggalkan Indonesia. Ya aku beruntung karena aku berangkat bersama Brooklyn, dia sudah lama menetap di Amerika jadi aku tidak mungkin tersesar selama ada dia bersama ku.

Nerd GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang