Chapter 32

2.9K 135 2
                                    

Gabriella POV.

Aku mengambil kue coklat yang tadi sempat ditawarkan Brooklyn, aku terus memakannya. Sampai tidak terasa kalau aku menangis, menangis karena hubungan ku dengan Freddie tidak akan pernah ada lagi, Freddie sekarang memiliki Elita, dan Freddie melengkapinya saat mengatakan tidak ingin aku menghubunginya lagi. Padahal dia bilang sendiri padaku untuk tetap saling berhubungan, kembali teringat dengan ciuman pertamaku dengannya. Itu indah, lembut dan tentunya manis.

Aku menghapus air mataku, meminum minumanku yang masih setengah gelas. Dan kemudian menemui Brooklyn yang belum balik juga dari pintu, aku juga penasaraan siapa tamunya.

"Apa yang kamu lakukan disini? Tidak bisakah membiarkanku sendiri?" ucap Brooklyn dengan nada kesal.

"Hai! Seharusnya kamu sapa aku terlebih dulu, bukan mengatakan itu, sayang" jawab seorang laki-laki, sepertinya aku tahu dia siapa.

Ku langkahkan kakiku pelan ke arah pintu, ku intip sedikit dari balik tembok ruang tamu. Itu Cameron, mantan kekasih Brooklyn di SMU. Bagaimana bisa ia datang kesini? Maksudku, dia tahu alamat rumah ayah? Kenapa semua orang jadi tahu rumah ayah?

"Sudahlah, sekarang pergi dari sini. Tidak ada yang menginginkan kamu datang kesini apalagi aku!" Brooklyn langsung menutup pintunya, sama seperti yang ku lakukan saat menyuruh Greyson pergi. Ya aku benci dia sekarang.

"Brooklyn! Tunggu! Aku ingin mengatakan sesuatu padamu! Brooklyn!" teriak Cameron, sebenarnya itu mengganggu.

Brooklyn terdiam di belakang pintu, kemudian ia jatuh perlahan dan menekuk kedua kakinya, akhirnya aku menghampirinya dan ikut duduk disampingnya sembari memeluknya dari samping.

"Aku tahu, ini sangat sulit" kataku "tapi mungkin jauh lebih baik, kamu mendengarkannya" 

"Aku tidak bisa.." balasnya lirih "aku tidak kuat, aku takut akan merasakan rasa itu lagi"

"Oke, aku mengerti, sangat. Ayo kita ke kamar" aku merangkul Brooklyn menuju kamar, tangisannya belum mereda tapi malah makin menambah tangisannya.

 ****

"Ayo cepat! Ini sudah siang, Brooklyn! Kenapa harus kamu berdandan lagi? Kamu sudah sangat cantik!" teriakku di meja makan, aku akan pindah ke asrama. Tapi Brooklyn masih sibuk merapikan dirinya di kamar.

 "Tunggu! Iya maafkan aku..." balasnya sambil menuruni tangga "aku hanya takut ada sesuatu yang tertinggal"

Aku memutar bola mataku, lalu menuangkan jus jeruk di gelasnya dan memberikan sepiring sandwich dan kentang rebus. Entahlah, ayah tadi membuatkannya jadi mungkin agar tetap kenyang di perjalanan. Ayah sudah pergi tadi pagi lengkap berpakain dengan jas hitam, dasi kupu-kupu berwarna merah, kemeja putih dan celana hitam. Ayah terlalu sibuk, tapi ayah berjanji untuk sering ke asramaku nantinya.

"Terima kasih, Gabriel" kata Brooklyn sambil menaruh tasnya di atas meja "oh ya, dimana ayahmu?" tanyanya dengan mulut penuh isi dari sandwich.

"Sudah berangkat kerja, oke cepatlah, Brook, aku tidak sabar" jawabku semangat.

"Iya sayang, santailah. Aku masih memakan sarapanku" balasnya.

Aku tidak mempedulikannya, aku langsung menarik koper dan menggendong tasku untuk ku taruh di bagasi mobil. Oh ya, ayah mengizinkan kami memiliki satu mobil bersama, ya tadinya mobil itu untukku tapi karena ayah belum percaya aku untuk mengendarainya. Jadi mobil ini untuk bersam-sama, awalnya Brooklyn juga ingin membawa mobilnya sendiri, tapi dilarang oleh ayah. Menyebalkan memang.

Setelah semuanya selesai dimasukan ke dalam bagasi mobil, tak lama kemudian Brooklyn datang dengan senyumannya. Ya dia memang selalu seperti itu, tapi aku sudah terbiasa dengan senyum indahnya itu.

Nerd GirlsWhere stories live. Discover now