Chapter 23

3.9K 171 0
                                    

Aku melambaikan tanganku pada Freddie yang bahkan tidak menoleh ke belakang lagi, dia juga sudah menghilang dari depan sekolah. Aku sedikit kecewa karena ia tidak membalas lambaian tanganku. Hari ini aku akan bermain hingga malam dengan ketiga sahabatku, siapa lagi kalau bukan Margaret, Lucy dan Keira.

"Ayolah Gabriel, kalian tidak akan terpisah" ujar Keira membuatku berhenti melambaikan tanganku pada Freddie.

"Maafkan aku, aku hanya ingin memastikan dia pulang" kataku sambil membalikan badanku ke arah mereka berdiri.

Mereka hanya tersenyum, ya memang terlalu berlebihan untuk ini. Tapi pasti kalian tahu jika Freddie adalah pacar pertamaku, jadi aku akan memarahi diriku sendiri jika Freddie tidak pulang ke rumahnya.

"Ayo kita pergi!" seru Lucy dengan mengacungkan tangannya ke atas "kita akan pergi berbelanja, kan?" tanyanya kemudian.

"Berbelanja? Oh tidak.." sambung Keira dengan headshet di kedua telinganya.

"Jadi kita ke mana?" tanyaku.

"Kita jalan-jalan saja, mungkin nanti kita punya tujuan jika sudah di jalan" ucap Margaret.

Aku hanya mengangguk, aku menyerah saja jika masalah seperti ini. Jujur aku belum pernah berjalan-jalan dengan mereka sebelumnya, ya karena aku memang tidak begitu suka dengan keramaian di kota dan kebisingannya hanya karena untuk membeli ataupun melihat-lihat saja, tapi aku akan berusaha bersenang-senang dengan mereka.

"Kumpulan aneh seperti kalian ingin berbelanja? Tidak salah?" tiba-tiba Elita datang dengan para temannya yang mengikuti dirinya dari belakang, oh Tuhan.. Kapan ini segera berakhir? Aku sangat membencinya.

"Mereka bukan untuk berbelanja, melainkan hanya melewatinya dan memandang pakaian itu dari luar dengan air liur dimulut mereka" seru temannya berkulit coklat dan seketika tawa mereka meledak.

"Oh terserah apa katamu saja" ucapku seraya memutar bola mataku.

"Oh hai Gabriel, bagaimana kabarmu?" tanyanya dengan satu alis mengangkat "jadi kamu memiliki dua kacamata, ya?" Elita mengambil kacamataku dengan kasar.

"Kembalikan itu, Elita!" seruku, seraya meraba-raba di mana letak ia berdiri.

"Ada apa denganmu? Tidak bisa melihat? Oke biarkan teman-teman kalian yang melihat dan sebaiknya kamu mendengar ini" katanya, aku mendengar jika Elita menginjak kacamata ku hingga terdengar retakan dari kacamata itu.

"Hentikan itu, Elita!" seru Keira, sepertinya itu dia.

"Kenapa aku harus menghentikan ini, sedangkan aku sendiri senang melakukannya" Elita makin menginjak kacamata ku, lebih terdengar jika lensanya pecah.

Kami semua terdiam termasuk aku. Aku tidak bisa melihat apa-apa saat ini, andai aku tidak memiliki penyakit mata ini. Tidak susah-susah harus memakai kacamata dan tidak perlu lagi takut pada perempuan gila ini.

"Ayolah teman-teman kita pulang biarkan kumpulan orang aneh ini berjalan-jalan" kata Elita kemudian menyenggol bahuku dengan kasar.

Aku bisa merasakan tangan Margaret, Lucy dan Keira memelukku dengan erat aku juga mendengar mereka seperti menangis didepanku, ada apa ini? Kenapa mereka menangis?

"Hei, kenapa?" tanyaku.

"Maafkan kami tidak bisa melawan kejahatan perempuan itu padamu" ucap Lucy.

"Aku sudah tidak apa-apa, ini bukan salah kalian" aku langsung memeluk mereka walaupun aku tidak bisa melihat dengan jelas kalau mereka ada didepanku "bisa ambilkan kacamata ku?"

"Biarkan aku yang membawa kacamata ini, Gabriel" kata Lucy.

****

Margaret menggenggam tanganku erat, Lucy merangkulku sedangkan Keira. Oh aku tidak tahu dia sedang apa, kami sedang berada di halte bus menunggu bus arah rumahku datang.

Nerd GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang