Chapter 51

116 5 0
                                    


First, aku mau bilang terimakasih. Makasih banget buat kalian para pembaca yang masih setia ternyata sama ceritaku yang tidak seberapa ini. Aku udah nggak buka wattpad bertahun-tahun lamanya. Aku memutuskan untuk kembali menulis, entah masih di baca atau enggak aku ingin karyaku ini dipublikasikan, jadi terimakasih teman-teman dan mohon maaf sebesar-besarnya karena tidak pernah update barang satu episode. But I love you so much.

****

Author POV

Pagi hari kemudian, Gabriel dengan Brooklyn berjalan kaki dalam kondisi setengah sadar sembari menenteng sepatu mereka. Brooklyn mengambil kunci mobil miliknya dan kemudian masuk, disusul oleh Gabriel yang masih berusaha berjalan dengan baik dan benar.

"Are you, okay?" tanya Brooklyn sembari memakai sabuk pengaman "uhm, aku tahu kamu tidak. Tapi kamu harus menerimanya, aku percaya kamu akan baik-baik saja." senyum Brooklyn menyadarkan Gabriel yang melamun menatap wajah tidak karuan dari Brooklyn.

Gabriel tetap terdiam, memandang ke depan. Mobil pun melaju perlahan. Pikirannya masih melayang-layang atas kejadianya semalam, dirinya sempat ingin diantar pulang oleh Greyson tapi ia menolak terus menolak hingga Gabriel mencapai batasnya yaitu dirinya memuntahkan semua isi yang ada didalam perutnya. Dan saat itu benar-benar kacau. Gabriel berlari ke toilet, menerobos kerumunan orang-orang mencari celah agar cepat sampai di toilet. Perutnya masih begitu terasa mual, hingga muntahnya berakhir badan Gabriel lemas kemudian melepas sepatunya dan menyandarkan badannya.

"Aku akan belikan kamu obat, tunggu sebentar." lagi, lamunan Gabriel pecah karena suara Brooklyn serta mobil yang berhenti.

Gabriel masih terdiam tidak mengatakan sepatah kata pun, hatinya masih tidak tenang, tidak paham dengan apa yang sebenarnya ia rasakan. Kesunyian di dalam mobil terhenti karena ponsel milik Gabriel berdering tertanda bahwa ada panggilan masuk, dilihatnya. Greyson yang menelpon, Gabriel tidak langsung mengangkatnya pikiran akan kejadian semalam masih terulang.

"Bagaimana kalau Greyson jadi jijik karena sikap ku semalam?" akhirnya ia berbicara sendiri. Getaran itu terhenti dengan sendirinya karena Gabriel sibuk dengan pikirannya dan akhirnya Greyson mematikan sambungannya karena tidak ada jawaban, tak lama dari itu bersamaan pula dengan kedatangan Brooklyn membawa 2 bungkus plastik putih berukuran kecil dan Greyson mengirimkan pesan teks ke ponselnya.

'Hei, um, jika sudah sampai asrama kabari aku.'

****

Brooklyn baru saja selesai berendam air hangat, membungkus rambutnya dengan handuk berwarna biru langit kemudian menyandarkan badannya ke bantal besar di kasurnya. Brooklyn tidak ada kelas hari ini alias jadwal kosong, Brooklyn senang karena bisa beristirahat seharian di asrama. Tapi tidak dengan sahabatnya yaitu Gabriel, Gabriel masih sibuk membereskan buku-bukunya untuk di bawa ke kampus, ia ada kelas pagi. Tapi kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu yakin mau kuliah hari ini?" tegur Brooklyn sambil meraih lengan kiri milik Gabriel "jangan dipaksakan." ucapnya lagi.

Gabriel menoleh dan tersenyum, tidak membalas tapi tangannya tetap sibuk membereskan buku-bukunya. Akhirnya Brooklyn menghela napas panjang, tangan kanannya meraih buku bacaan di meja samping tempat tidurnya.

"Aku berangkat, ya."

"Mau ku antar?" tawar Brooklyn.

Gabriel sempat berpikir untuk beberapa detik namun akhirnya menggeleng cepat, "tidak usah, lagipula aku bisa bawa mobil sendiri, tapi terimakasih tawarannya." dan Gabriel pergi dari kamar, menutup pintu kamar dan menghela napas panjang.

Perasaanya masih campur aduk, apalagi pesan teks dari Greyson belum dibalas sampai sekarang. Ia menuruni anak tangga secara perlahan dan berusaha untuk tetap merubah mood-nya menjadi lebih baik.

'Drrt drrt drrt'

"Aish! Kenapa masih terus menghubungi begini, sih?" kesal Gabriel begitu melihat ponselnya kalau Greyson menelponnya, tidak ada pilihan lagi untuk kali ini. Akhirnya Gabriel menjawabnya dan menunggu jawaban dari sebrang sana.

"Aku di depan asrama mu, akan kita berangkat bersama."

Gabriel sempat terdiam beberapa detik, namun akhirnya tersadarkan "aku tidak ingin berangkat denganmu."

Tidak ada jawaban dari Greyson, Gabriel curiga kalau Greyson memang betul ada di depan asramanya. Kini dirinya tengah berjalan menuju pintu utama asrama dan benar saja, Greyson ada di depan dengan ponsel yang masih berada ditelinganya itu, ia tersenyum begitu melihat Gabriel keluar dari asrama.

Gabriel tidak menghampirinya, ia tetap menuju mobilnya di garasi asrama. Greyson yang melihat itu langsung mengejarnya, ditariknya tangan milik Gabriel dengan segera.

"Hei, please..." Greyson memohon "aku ingin mengantarmu kemarin, tapi kamu bilang tidak mau dan kamu sedang tidak baik-baik saja semalam."

Gabriel terdiam, menarik perlahan pergelangan tangannya dari tangan Greyson dan tetap pergi dari hadapan Greyson.

"Gabriel, aku mau menjelaskan—"

"Aku sudah paham," potong Gabriel kemudian berbalik dan tersenyum "sekarang sudah tidak ada lagi hubungan diantara kita, aku baik-baik saja dan kamu juga. Jangan pernah temui aku lagi mulai hari ini." Jelasnya.

"Tap—"

"Please, I beg you."

Gabriel memasuki mobilnya dan mengendarainya keluar garasi, pergi meninggalkan Greyson yang masih berdiri menatap sedih mobil milik Gabriel melaju melewati dirinya.

------------------------

So, this the story.

Gimana?

Maaf kalau kurang atau bahkan nggak menarik sama sekali, ini adalah kelanjutan cerita dari nerd girls yang kalian minta selama ini dan maaf aku baru bisa melanjutkannya di tahun 2020. Sekaligus mau bilang terimakasih yang banyak ke kalian. THANK YOU FUCKING MUCH, YOUR COMMENTS AND VOTES REALLY MEAN A LOT TO ME.

Ada saran dan kritikan untuk cerita ini? Harus di lanjutkah atau tidak usah?

Nerd GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang