Chapter 41

2.2K 115 1
                                    

Musim dingin sudah dimulai, seharusnya aku dirumah bersama Ibu, kak Terresa dan Anne. Tapi mengingat aku tidak mungkin kembali lagi kesana karena Ayah tidak akan mengizinkanku lagi, walaupun begitu aku tetap ada dirumah Ayah selama liburan musim dingin dan hari natal yang masih minggu depan. Tapi disini semua Supermarket penuh, antrian panjang dimana-mana. Aku sampai benar-benar tidak kuat jika harus mengantri sepanjang itu.

Brooklyn tidak ikut denganku, ia menetap bersama keluarganya karena keluarganya sudah tidak sesibuk dulu. Kalian ingat pesan singkat yang merubah segalanya dariku? Freddie.

Aku terus-terusan menangis saat itu, karena semua yang telah aku lalui benar-benar sia-sia. Dia datang, membuat harapan baru dan mengatakan masih mencintaiku.

"Gabriel, apa temanmu jadi kesini?" tiba-tiba Ayah merusak lamunanku "sudah hampir malam, aku hanya takut" ucapnya lagi kemudian ikut duduk disampingku.

"aku tidak tau," jawabku pendek "Ayah tenang saja, Greyson pasti menepati janjinya, lagipula aku belum pernah keluar malam saat musim dingin" aku tersenyum lebar.

"dasar kamu ini," Ayah mengacak rambutku "kamu tau batas kamu pulang, kan?"

Aku melihat jam tanganku sebentar "jam Sembilan, kan? Aku sudah ingat, Ayah"

Dan akhirnya anak itu datang juga, dengan jaket musim dingin berwarna coklat dia menghampiriku dengan seulas senyuman diwajahnya. Maksudku hanya senyuman tidak lebih mungkin itu untuk Ayahku bukan aku. Aku ini berlebihan.

"hai, paman. Maaf aku baru menjemput Gabriel," ucap Greyson sambil bersalaman "tadi sedikit ada masalah" katanya lagi. Sopan. Apa? Tidak.

****

"kamu ingin makan apa?" tanyanya begitu kami baru sampai.

"aku apa saja" jawabku seadanya sambil membuka jaket tebal ini.

"aku tidak bisa memesankanmu makanan yang tidak kamu sukai, Gabriel" ucapnya sekali nafas, aku hampir tertawa.

"aku ingin," aku membaca satu persatu menu "aku ingin Grilled Chicken Breast and garlic cream sauce minumnya aku ingin lemon tea" aku tersenyum pada pelayannya.

"aku ingin burger dan minumanya sama dengannya" ucap Greyson langsung menutup menu.

Saat pelayan itu pergi, hanya suara orang-orang sekitar yang makan dan menikmati suasana malam. Ya aku juga menikmatinya ini hari pertama aku menikmati malam hari di musim dingin apa akan seramai yang aku kira?

"hei, aku ingin bertanya" ucap Greyson membuatku sadar. Anak ini benar-benar tidak tau situasi.

"apa?" tanyaku.

"kenapa kamu menangis di perpustakaan? Bersama Cameron?" tanyanya dengan ragu menyebut nama Cameron "kamu kan tau, Cameron itu pacarnya Brooklyn"

"memangnya kenapa? Aku tidak boleh cerita masalahku padanya?" aku menanyakan balik "lagipula, hanya dia yang bisa aku percaya maksudku... aku sudah bercerita ini keBrooklyn dan aku juga cerita ke Cameron karena dia memberikan beberapa saran padaku"

"apa yang kamu ceritakan?"

"bukan urusanmu" jawabku ketus, bukannya tidak suka. Tapi aku memang tidak suka jika ada orang yang ingin ikut campur urusanku.

"aku serius, Gabriella Simpson," ucap Greyson lagi "buat apa kita berteman kalau kamu masih saja merahasiakan semuanya dariku?"

Kenapa jadi nyebelin, sih?

"aku susah percaya pada seseorang yang belum dekat denganku" ucapku tanpa melihatnya.

"belum dekat? Kamu bilang belum dekat?" aku tidak tau kenapa Greyson jadi memaksa seperti ini "kita sudah dekat lebih dari satu tahun dari semester pertama, Gabriel"

"lalu apa urusannya? Apa yang kamu mau? Ini urusanku bukan urusanmu!"

Greyson menatapku, aku juga. Satu masalah lagi, aku menangis didepannya, bahkan ada yang memperhatikan kita. Aku tidak sanggup seperti ini, maksudku... Freddie hanya dia.

"aku tidak sanggup, Greyson, aku benar-benar masih mencintainya" badanku bergetar, "aku tidak membencinya tapi aku takut, hanya takut kalau dia memberikan harapan lagi"

"apa ini masalahmu dengan Freddie?"

****

Hanya suara radio dalam mobil yang berbunyi menyanyikan lagu Miley Cyrus benar-benar jelas kalau liriknya pas untukku, aku menahan. Menahan semuanya agar aku tidak menangis lagi.

"kamu mau langsung pulang atau kita mau jalan-jalan dulu?" tanyanya memecah keheningan, aku tidak menjawab.

"menangis lagi?"

****

"makasih, ya" aku tersenyum sambil melepas sabuk pengaman "makasih sudah mengajak jalan-jalan, makasih sudah mau menemaniku makan malam" ucapku kemudian membuka pintu.

"tunggu," Greyson menatapku kemudian menghela nafas "jangan menangis lagi, aku tidak sanggup melihatmu menangis seperti tadi dan... soal tadi aku meneriakkimu aku minta maaf"

Aku mengangguk dan keluar. Manis juga sikapnya, tumben.

------------------------------------------

haiiii gaesssss, apa kabaree? hehehe, maafin akuuu baru update yaa, gak pernah mood gitu-___- dan ini yang minta lanjutannya aku persembahkan untuk kalian yang memintanya next hehehe, makasih udah baca. don't forget vote and comment, by the wayyy dikit lagi lebaran hehehehehe

Nerd GirlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang