Chapter 14

4.3K 213 0
                                    

Sampai di rumah, aku menyuruh Freddie masuk ke rumahku terlebih dulu tidak enak jika ada ibu dan kak Terresa di rumah, tapi Freddie tidak dikenalkan mungkin mereka akan terkejut karena aku mengajari anak tertampan dan termanis seperti dia, Freddie memarkirkan motornya di garasi samping rumahku, aku menyuruhnya memarkirkan disana agar aman.

Freddie menggandeng tanganku ya karena aku tidak bisa melihat, apa yang terjadi jika aku pulang sendiri? Mungkin aku merangkak hingga ke sini, ada untungnya juga Margaret, Lucy dan Keira beralasan untukku lagipula aku juga sudah berjanji untuk mengajarinnya selama seminggu.

"Gabriel, apa yang terjadi padamu? Di mana kacamata mu dan kenapa tidak kamu pakai?" seru ibu "kacamataku pecah, bu" jawab ku seadanya "siapa yang melakukannya? Ayo cepat masuk!" ibu menggandeng tangan kiri ku, kemudian menyuruhku duduk di sofa ruang tamu.

"temannya di sekolah, mungkin ia tidak suka dengan Gabriel" sambung Freddie "apa salah anakku? Kenapa dia melakukannya?" tanya ibu yang masih bingung "dan siapa nama kamu, nak? Aku sungguh berterima kasih karena telah mengantarkan Gabriel sampai rumah" tambahnya.

"aku Freddie, Freddie Highmore" jawab Freddie.

"Gabriel? Kamu kenapa?" seru kak Terresa, kakak ku yang satu ini memang sedikit berlebihan "kacamataku pecah, bisa ambilkan kacamata lamaku?" aku mencari sumber suara kak Terresa yang sepertinya berdiri di hadapan ku.

Aku memiliki dua kacamata besar yang aku rawat dengan sungguh-sungguh, tapi kacamataku yang pertama sudah memiliki banyak kerusakan dan retakan di pinggir kacamata tersebut, namun aku tetap menyukai model dari kacamataku walaupun dikategorikan jadul.

"oh, jadi kamu yang ingin belajar dengan Gabriel?" tanya ibu "benar kata Gabriel, kamu anak yang baik dan sopan" kata ibu lagi sambil mengelus rambutku "ibu, sudahlah aku tidak berbicara itu" sambungku dengan pipi yang memerah.

"terima kasih, anak ibu juga sangat manis dan terlebih lagi anak ibu sangat pintar di kelas, maksudku di sekolah" jawab Freddie, aku tidak bisa menahan rasa malu ku dan pipi yang memerah sudah tidak bisa lagi di tutupi. Memalukan.

"ini dan.... Siapa kamu?" tanya kak Terresa dingin "aku Freddie Highmore" jawab Freddie, aku senang sekarang aku bisa melihat kembali. Terlihat jelas wajah Freddie sekarang senyumannya dan wajah manis nya itu.

"uhm, Fredd bagaimana jika kita belajar di sini saja?" usul ku "aku terserah saja" jawabnya sambil tersenyum "oke, kalau begitu ibu buatkan kalian minuman dan sedikit camilan" kata ibu sambil beranjak dari duduknya.

"jadi, kita akan belajar apa?" tanyaku "uhm, bagaimana kalau matematika?" usul Freddie sambil tersenyum, senyumannya selalu membuat jantungku berdetak dan terlebih lagi aku selalu tersipu malu "kalian tidak di izinkan pacaran di sini, oke?" seru kak Terresa, aku terkejut dan langsung menghilangkan lamunanku karena senyuman Freddie tadi, tidak mungkin aku berpacaran dengan orang tampan seperti dia, itu sangat mustahil terjadi.

"oh ayolah, apa kamu bercanda? Kita berteman" kataku memutar bola mata "oke baiklah, selamat belajar!" katanya lagi kemudian berlalu. Aku selalu berharap dia tidak begitu mengekang ku seperti itu, walau aku tahu itu demi kebaikan ku.

"maaf Fredd, kakak ku memang sedikit... Berlebihan" ujar ku "iya tak apa, wajar itu kakak mu" balasnya dengan senyumannya kembali.

Kemudian aku dan Freddie belajar matematika bersama, maksudku disini yang belajar hanya Freddie, aku tidak belajar melainkan aku mengajarinya, berapa lama kemudian ibu datang dengan membawa minuman dan camilan untuk ku dan Freddie.

****

".... Apa harus sekarang? Baiklah aku pulang" Freddie sedang berbicara di telpon, ia menjauh dariku entah itu siapa yang menelpon. Tapi aku sedikit mendengarnya.

"maaf Gabriel, mungkin kita harus melanjutkan ini besok, karena ibu ku sudah menyuruh ku untuk pulang" jelasnya sambil menaruh ponselnya di saku celanannya.

"ya sudah tak apa, lagipula ini sudah terlalu sore, wajar jika ibumu menyuruh kamu untuk pulang" aku tersenyum sambil membenarkan posisi kacamataku, aku membantu Freddie membereskan buku-bukunnya "bu! Freddie ingin pulang!" Teriakku.

"kenapa tidak makan malam dengan kita?" tanya ibu sambil melepas celemeknya itu "tidak usah, ibuku sudah menyuruhku untuk pulang" jawab Freddie sambil menggendong tasnya. Aku berharap keakraban ini terus berjalan. Aku mengantar Freddie hingga garasi rumah ku, tidak mungkin aku mengantarnya hingga rumahnya.

"hati-hati di jalan, Fredd"

"ya sudah pasti!"

Motor Freddie melesat begitu cepat, kemudian aku kembali ke dalam rumah dengan wajah tersenyum senang. Hal yang terindah sepanjang masa, Freddie Highmore seseorang yang sudah menetap di hatiku selama kurang lebih 3 tahun sekarang mendekatiku bahkan dia menyuruhku menjadi guru privatnya, oh Tuhan.. Ini mimpi yang selalu aku inginkan, jika pun tidak menjadi guru privatnya itu tidak masalah, dengan bisa berdekatan dan berdua seperti tadi itu sudah lebih dari apa yang aku inginkan.

-----------

WOOOYY THANKS FOR READING YESSSSSS HOAAAAA:')

Nerd GirlsWhere stories live. Discover now