Chapter 29

3.1K 140 2
                                    

Setelah setengah jam kami bertiga—aku, Brooklyn dan Cameron—bercanda di sebuah kedai kebab, akhirnya Brooklyn memutuskan untuk pulang. Katanya ada sesuatu yang harus ia beli bersamaku.

"Kamu mau ikut ke dalam atau tidak?" ajaknya begitu kami sampai disebuah supermarket.

"Apa akan lama jika aku menunggunya?"

"Tidak juga, jadi...?"

"Baiklah aku akan menunggunya disini saja" balasku tersenyum "aku masih sedikit kekenyangan karena makanan tadi"

"Baiklah, kalau kamu bosan kamu bisa masuk saja kedalam" ucapnya sebelum pergi.

"Oke tenang saja"

Badan Brooklyn sudah menghilang dari sini, aku hanya diam didalam mobil dan melihat orang-orang berdatangan dengan trolly mereka yang penuh dengan berbagai belanjaan mereka. Lama-kelamaan aku makin bosan karena tidak ada kegiatan lain.

Akhirnya aku turun dari mobil dan masuk kedalam supermarket dengan tujuan ingin mencari Brooklyn, tapi dari sini tidak ada tanda-tanda Brooklyn ada. Aku hanya bisa melihat-lihat isi dari supermarket ini.

'BRUK!'

Tiba-tiba saja aku jatuh terduduk, entah aku menabrak siapa tapi ini sangat sakit.

"Apa kamu tidak apa-apa? Sini aku bantu" ujarnya seraya mengulurkan tangannya, perasaan malu pun datang. Semua orang melihatku.

"Tidak usah!" balasku, sambil memegang bokongku yang sakit ini. Aku menatap wajah yang menabrakku tadi. Tampan.... tinggi.... putih.... ya Tuhan.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja. Aku tidak melihatmu tadi"

Apa badanku sekecil itu ya? Sampai tidak terlihat?

"Kau seharusnya jalan menggunakan kaki dan melihat dengan mata! Apa aku sekecil itu? Dasar!" omelku "sudah sana pergi"

"Tunggu" dia menarik lenganku.

"Apa lagi?"

"Maaf sekali lagi" katanya lembut.

Ku tarik tanganku kembali, kemudian pergi dari hadapannya. Beruntunglah dia memiliki wajah yang.... ya kamu tahu lah maksudku, aku tidak memarahinya tadi. Tapi bokongku sangat sakit sekarang, aku berniat ingin mencari Brooklyn tapi malah ditabrak. Sialnya.

"Gabriel!" seru Brooklyn dimeja kasir sambil melambaikan tangannya.

Oh akhirnya, dia yang menemukanku.

"Kenapa kamu ke sini?"

"Aku hanya bosan" jawabku tersenyum "apa sudah selesai?"

"Sudah, ayo pulang" balasnya tersenyum "oh ya, bantu aku membawa ini semua kita membutuhkannya di asrama" Brookyln memberikan dua kantong plastik yang berisi penuh.

****

"Selamat malam juga, sayang. Ya I love you too" ucap Brooklyn di telpon, dia pasti mengucapkan kata itu untuk pacarnya. Jelaslah mengatakan 'I love you' tepat didepanku. Aku jadi iri, Freddie belum membalas e-mail ku selama terakhir baru sampai sini. Apa dia sedang sibuk? Bersama Elita? Lupakan. Gabriel. Lupakan.

Aku berpura-pura tidak mendengarkan Brooklyn dengan menyibukkan diri bermain laptop sambil berulang-ulang membuka e-mail, aku juga sedang mencari video di YouTube. Walaupun aku ini kutu buku tapi aku masih bisa menggunakan alat elektronik seperti ini. Ya sedikitlah aku tidak mengerti, tapi aku menggunakannya hanya untuk kepentinganku, jika tidak kak Teresa suka memarahiku.

"Gabriel, kamu tahu siapa yang menelponku barusan?" tanya Brooklyn kemudian.

"Tentu, pacarmu" kataku tanpa melihatnya.

Nerd GirlsWhere stories live. Discover now