Chapter 15

4.4K 204 0
                                    

Hari sabtu. (Skip yaa biar cepet.hehe)

Hari ini aku harus mengembalikan buku perpustakaan, sekalian aku ingin belajar disana karena 2 hari lagi aku akan menemui ujian kelulusan.

"Kak, bisakah antarkan aku ke perpustakaan?" tanyaku sambil membawa tumpukan buku di tangan " tunggulah di mobil, akan kuantar" jawabnya.

"kak Gabriel ingin kemana?" tanya Anne tiba-tiba  "oh! Hai Anne, kamu membuatku terkejut, aku ingin ke perpustakaan" jawabku tanpa melihatnya karena aku fokus berjalan ke garasi "maaf kan aku" kata Anne lagi "tak apa" jawabku singkat.

Tak berapa lama kemudian kak Terresa datang dengan membawa kunci mobil di tangannya itu, sebenarnya aku bisa mengendarai mobil ini tapi kak Terresa  melarang ku karena satu alasan, aku pernah menabrak seseorang hingga masuk rumah sakit sejak saat itu kak Terresa tidak mengizinkanku lagi. Padahal aku sudah memiliki SIM.

"Ayo berangkat, apa hanya itu yang kamu pinjam?" tanyanya.

"Ya, sudah aku cek tadi"

"Oke baiklah.."

"Boleh aku yang menyetir?"

"Tidak!" jawab kak Terresa sedikit keras, sudah terlihat dari raut wajahnya kalau ia takut jika aku yang menyetir, ya sudah lah aku juga tidak ingin menyetir.

****

"Nanti ku jemput kamu pukul 11 siang, agar tepat saat jam makan siang" kata kak Terresa sambil mencium keningku "oke baiklah, kak" balasku tersenyum.

"Ingat! Belajar Gabriel, jangan main-main dengan ujian mu hari senin dan satu lagi, kamu akan kuliah di luar negeri" jelasnya panjang lebar, aku tidak menjawabnya aku langsung keluar dari mobil.

Entah kenapa saat dia 'bilang kamu akan kuliah di luar negeri' aku merasa tidak siap ujian hari senin besok, bagaimana dengan perasaanku kepada Freddie? Apa harus ditinggal begitu saja? Bahkan aku tidak tahu anak itu akan kuliah dimana nantinya, aku sudah berpikir macam-macam karena kata-kata itu di dalam lubuk hatiku selalu berkata 'aku tidak sepintar itu untuk kuliah disana' aku hanya berharap jika aku bisa membahagiakan semua keluargaku, itu sudah cukup berarti untukku.

Ayah dan ibu sudah lama berpisah, bukan karena mereka bercerai melainkan ayah bekerja di sana, maksudku Oklahoma. Bahkan aku tidak tahu ayah bekerja sebagai apa disana, aku tidak bertemu dengannya sejak aku masih berumur 10 tahun. Aku tidak bisa bayangkan jika aku bertemu ayah nantinya, walaupun aku tahu aku sangat membencinya karena meninggalkan keluarganya demi pekerjaan yang entah apa itu namanya, aku sudah berkali kali menghalangi untuk tidak pergi. Tapi ia selalu berkata 'ini demi kamu dan yang lain, Gabriel'.

Aku membenci ayah secara diam-diam, jika ibu sedang membicarakan ayah aku hanya tersenyum palsu aku juga tidak ingin hati ibu sakit karena aku membencinya. Walaupun begitu aku tetap menganggapnya sebagai ayah aku.

Aku hanya membolak-balikan halaman buku fisika dan kimia, otakku selalu berpikir aneh-aneh, mungkin karena aku sedang tidak ingin belajar.

Jelas saja, setiap hari aku belajar sehabis pulang sekolah masih tetap belajar untunglah aku tidak ada les, bimbel, atau apalah semacamnya. Jika ada bukan hanya aku yang sakit tapi otakku mendadak amnesia selama 1 tahun, tiba-tiba saja ponselku berdering membuat pikiranku terhenti memikirkan hal aneh tersebut.

"Siapa ini?" bisikku.

"Apa ini Gabriel? Aku Freddie."

"Oh, ada apa?" kataku berbisik, aku harus berbisik karena jika tidak aku akan di keluarkan dari ruangan ini maksudku di perpustakaan.

"Apa kamu sibuk? Kenapa kamu berbisik?" tanyanya.

"Tidak, hanya sedikit belajar ada apa?"

"Aku ingin mengajakmu jalan malam ini pukul 7, akan ku jemput di rumah. Sampai jumpa.... Dan jangan lupa berdandan yang cantik" jelasnya kemudian menutup panggilan tanpa menungguku menjawabnya.

Dasar bodoh, mana mungkin aku diperbolehkan keluar sudah pasti aku akan di suruh belajar.

****

Sudah sekitar 25 menit aku menunggu kak Terresa, tapi tidak kunjung datang beruntunglah aku masih bisa bersabar sebentar, 5 menit kemudian dia baru datang "maafkan aku" katanya.

Aku tidak memperdulikannya aku langsung masuk ke dalam mobil.

"Apa kamu marah denganku?" tanyanya.

"Tidak, kenapa?"

"Karena, telat menjemput mu.."

"Tenanglah, aku ini orang yang sangat sabar"

Kak Terresa tidak menjawab, mungkin ia fokus menyetir "kak" panggil ku.

"Ya?"

"Bolehkah nanti malam aku pergi dengan Freddie?"

"Mau kemana? Tidak!"

"Oh ayolah... Aku mohon"

"Bagaimana dengan waktu belajar mu, Gabriel?"

"Aku hanya butuh waktu istirahat sebelum ujian di mulai"

"Oke baiklah terserah kamu saja, asal kamu hati-hati dengan laki-laki itu" katanya sambil terkekeh "dia pria yang baik, kak!" protesku.

---------

HOLAAAA THANKSSS FOR READING

VOTE AND COMMENT REMEMBER IT.OKAY?

Nerd GirlsWhere stories live. Discover now