Chapter 16

4.1K 201 0
                                    

Aku terus melihat jam tanganku, aku sudah tidak tahan untuk menunggunya selama ini, dia sudah telat 30 menit dan waktuku bersama anak itu sedikit lagi, jika dalam waktu 5 menit anak itu tidak datang aku akan masuk ke dalam rumah.

5 menit kemudian Freddie tak kunjung datang, sudah berkali kali aku menelponnya tapi tidak diangkat apa maksud anak ini? Apa ia ingin aku selalu menunggunya di depan rumah ini sendirian di malam hari?

Akhirnya aku berjalan menuju rumah, aku sudah tidak kuat menunggunya mungkin dia hanya bercanda tentang mengajakku tadi siang atau dia hanya ingin membuatku selalu berharap.

Memang selama seminggu ini ia dekat denganku, ia selalu membuatku tertawa bahkan melakukan hal aneh bersamanya, aku ingat saat kami sedang belajar kimia di rumahnya ia tidak pernah serius dalam pelajaran ini entah itu karena bosan atau apa aku tidak tahu.

Ia melukis wajah ku tanpa menggunakan kacamata besarku ini dan itu sangat berbeda jauh dengan wajah asli ku aku begitu cantik dan indah saat aku melihat hasilnya Freddie memberikan lukisan itu untukku.

Terakhir aku belajar dengannya saat hari kamis, ia mengajakku ke kedai kopi kesukaannya dan dia membelikan ku minuman yang bahkan aku tidak tahu namanya. Aku terkejut saat ia katakan 'aku ingin sekali, saat malam prom aku berpasangan dengan mu' walau aku tahu itu hanya gurauan tapi aku merasa Freddie sangat tulus mengatakan itu. Anak aneh itu memang selalu berhasil membuat ku terbang dan berhasil membuat ku terjatuh.

Ku dengar suara mobil melintas di depan rumah ku, aku langsung membalikan badanku berharap itu Freddie.

Benar, itu Freddie.

Dia keluar mobilnya dan langsung berlari kecil menghampiri ku.

"Hai! Uhm... Maaf sudah membuatmu menunggu selama ini" katanya sambil menggaruk rambutnya. Aku hanya tersenyum melihatnya, ia begitu keren dengan pakaiannya ini tampak berbeda saat tidak memakai seragam sekolah.

"Tak apa, setidaknya kamu sudah datang" kataku "oke baiklah, ayo kita pergi!" Freddie langsung menarik tangan ku "kamu tampak berbeda saat tidak memakai seragam sekolah, tapi aku suka!" tambahnya sambil mengacak rambutku.

****

"Aku yakin kamu sudah lapar" tebaknya.

"Tidak terlalu, bagaimana denganmu?"

"Bagus! Kita akan makan di restoran kesukaanku" balasnya sambil tersenyum.

Kita makan di restoran yang biasa, tapi aku yakin masakannya sangat enak, tidak mungkin Freddie mengajak ku ke tempat yang masakannya tidak enak, bahkan tadi ia bilang kalau restoran ini adalah restoran kesukaanya.

"Kamu ingin makan apa?" tanya Freddie "uhm... Aku samakan saja dengan mu" jawabku, aku bingung saat melihat isi dari daftar menu "oke, aku suka ini, bagaimana menurutmu?" tanyanya sambil menunjukan nama makanan kesukaannya "oke aku suka" kataku tersenyum.

"Fredd, kenapa kamu terlambat menjemput ku?" tanyaku.

"Tiba-tiba ban mobil ku bocor dan jarak bengkel mobil lumayan jauh aku harus mendorongnya tadi" jelasnya "maafkan aku, Gab" tambahnya.

"Ya sudahlah, aku tidak mungkin marah hanya karena ini"

Tak ada perbincangan lagi setelah itu, aku sibuk memainkan ponsel ku,banyak sekali pemberitahuan dari Margaret, Lucy dan keira.

Mereka memang sahabat terbaik ku di sekolah, tidak pernah aku bermain dengan yang lain selain mereka hanya mereka yang mengerti aku dan selalu menerima kekuranganku. Aku tersenyum saat Margaret mengirimkan aku foto, disaat Lucy dan Keira sedang bermusuhan.

"Gabriel..." Freddie membuatku berhenti tersenyum "ya? Ada apa?" tanyaku.

"Uhm... Apa kamu tidak memiliki pacar?"

"Tidak, kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa itu ejekan?" kataku menaikan satu alis ku "tidak, aku tidak mengejek, apa kamu pernah berpacaran?" tanyanya lagi "tidak Fredd, siapa yang tertarik dengan ku? Mereka melirikku saja tidak" jelasku. Freddie hanya terkekeh.

"Ya aku tahu, mungkin aku akan berpacaran jika sudah saatnya" kataku sambil menunduk.

"Bagaimana... Jika kita pacaran?"

Aku terdiam menatap wajah Freddie, entah apa yang ada di pikiran anak ini sekarang. Lalu makanan yang kami pesan sudah datang "hei, makanannya sudah datang" kataku mengalihkan pembicaraan.

Jantungku berdetak kencang, hatiku merasa gugup tidak karuan. Apa yang di katakan anak ini? Kenapa ia katakan ini padaku? Maksudku, apa Freddie sungguh-sungguh? Sepertinya ia hanya bercanda atau latihan menyatakan cinta untuk seseorang, tidak mungkin ia menyukai ku sungguh mustahil terjadi.

"Bagaimana Gabriel?" tanya Freddie.

"Fredd, makanan ini sangat enak tidak salah kamu menyukai ini" aku mencoba mencari alasan agar Freddie tidak mengatakan itu lagi.

"Gabriel!" Freddie menarik tangan ku, membuat sendok ku terjatuh "aku mohon, jawab pertanyaan ku!" tambahnya.

"Kenapa kamu katakan ini? Maksudku, apa ini ejekan? Apa ini uji coba mu? Apa ini caramu membuat hati perempuan luluh?"

"Apa maksud mu? Aku bersungguh-sungguh ingin berpacaran dengan mu"

"Lucu sekali! Ini bukan negeri dongeng, seorang pangeran menyukai gadis biasa, tidak mungkin kamu menyukai ku! Berhentilah membuatku berharap!" Omelku.

"Itu mungkin! Bukankah aku sudah pernah katakan aku tidak pernah menyukai perempuan berlebihan? Aku menyukai mu karena kamu perempuan biasa, Gabriel!" ocehnya "aku juga menyukaimu, sebelum kamu mengagumi ku" tambahnya.

Aku terdiam, bagaimana ini bisa terjadi? Menyukaiku karena aku biasa? Dan siapa yang mengatakan aku mengaguminya? Aku terus memutar otakku dan terus mencari jawaban dari semua pertanyaan itu.

Aku bahkan tidak memiliki teman selain ketiga sahabatku.

Freddie menatapku dengan bola mata indahnya itu, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri jika aku memang mengaguminya bukan hanya mengagumi, Freddie adalah cinta pertamaku.

"Jadi, aku tanya lagi padamu, kamu mau kan?" aku masih terdiam menatap wajahnya itu, entahlah aku selalu nyaman saat menatapnya. Tiba-tiba Freddie melepas kacamataku.

"Kamu sangat cantik, tanpa kacamata ini" pujinya "aku tidak dapat melihat mu, Fredd" kataku.

"Akan ku berikan kacamata ini, dengan satu syarat" katanya "kamu harus menjadi pacarku" tambahnya.

"Bagaimana jika aku tidak mau? Apa kacamata itu terus kamu ambil?" kataku menaikan satu alisku "oh aku mohon, jadilah pacarku" katanya memohon entah dengan wajah apa yang dia perlihatkan, aku tidak dapat melihatnya dengan jelas.

"Uhm... Iya aku mau" jawabku dengan malu, mungkin sekarang pipi ku sudah berubah menjadi tomat "jadi, sekarang kita berpacaran?" tanya Freddie "iya Fredd, sekarang berikan kacamata itu" kataku yang meraba-raba.

Freddie memakaian ku kacamata, sungguh manis caranya itu, dia hanya tertawa kecil saat melihatku di pakaikan kacamata olehnya. Aku berusaha memalingkan mataku dari wajahnya, tapi tidak bisa dia begitu manis jika aku memalingkan mataku.

Malam ini adalah malam di mana kebahagiaan aku terwujud.

Menjadi pacar seorang pangeran

-@Megasdy

Nerd GirlsWhere stories live. Discover now