Chapter 39

2.3K 130 10
                                    

Gabriella's POV.

'TOK! TOK! TOK!'

Suara pintu itu lagi-lagi mengganggu tidurku, aku ini masih sakit. Siapa yang mengetuknya dijam segini? Seharusnya mereka kuliah kan? Ku ambil bantal dan kututup telingaku. Ku harap yang mengetuk menyerah dan pergi dari kamar ini.

5 menit kemudian, sudah tidak ada lagi suara ketukan pintu. Aku menghela nafas panjang, lega dengan hentinya suara paling mengganggu itu.

"Gabriella Simpson!!" teriak seseorang dari luar sana.

Aku langsung terduduk karena suara itu, tidak ku sangka suaranya melebihi Ibuku diIndonesia.

"Gabriel! Buka pintunya!" perintahnya.

Dengan malas aku berjalan untuk membukanya "ada ap— Greyson?"

"B-bukannya tadi perempuan?" tanyaku bingung.

"Aku yang memanggilnya" Annalise berdiri dibelakang Greyson dengan senyum lebar.

"Boleh aku masuk?" tanya Greyson pelan, ada apa dengannya?

"Oh ya, masuklah" ucapku. Aku yang masih melihat Annalise di sana langsung mencubit keras kedua pipinya, bisa-bisanya menyuruh Greyson kesini.

Aku pun kembali ke dalam, melihat Greyson sedang duduk di tempat tidur milik Brooklyn. Aku hanya bisa menatapnya aneh, maksudku. Tidak ada Brooklyn disini dan kenapa dia kesini? Sebenarnya aku ingin menanyakan hal itu tapi, setelah ku telusuri mata Greyson merah dan sedikit bengkak dikeduanya, Greyson menangis?

"kamu pasti mau menanyakan kenapa aku disini dan menangis, kan?" ujarnya, sepertinya tau kalau aku mengatakan itu barusan.

"uh, sejujurnya... iya tapi kalau kamu tidak ingin memberitaunya tidak apa-apa, aku ingin tidur kembali, kepalaku masih sedikit pusing" ujarku basa-basi.

"aku putus dengan Brooklyn" ucapnya sekali nafas.

Aku sedikit terkejut dengan ucapannya barusan, tapi aku usahakan bersikap biasa dan tetap membelakanginya "baguslah, pasti Brooklyn memutuskanmu karena kamu menyebalkan"

Tak ada balasan, aku mengintipnya sedikit. Greyson masih diam, menunduk. Tak ada jawaban sama sekali "kamu baik-baik saja? Oke maafkan aku dengan kata-kataku yang tadi" kataku dan merubah posisi tidurku.

"aku tidak tau kenapa Brooklyn langsung memutuskanku begitu saja, aku sudah memberikan apa yang dia mau selama ini. Aku sangat mencintainya, dia menyangka aku menyayangi orang lain. Aku tidak pernah seperti itu" jelasnya pendek.

"mungkin ada alasan lain di balik ini semua, Greyson. Aku tidak tau apapun tentang kalian, tapi mungkin Brooklyn tidak ingin kamu tersakiti dengan sikap Brooklyn yang sibuk itu" ucapku asal.

"aku juga sibuk, dan aku tidak mempermasalahkan itu semua" jawabnya menatapku, ia menangis.

Aku pun bangkit dari tidurku, kemudian keluar kamar "mau kemana?" tanyanya lirih.

"mau mengambilkan minuman, aku tau kamu haus"

Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung keluar kamar. Ada rasa kasihan dibenakku padanya, Greyson menangis. Setahuku kalau laki-laki baru patah hati dan menangis, itu menandakan kalau laki-laki itu tidak ingin kehilangan kekasihnya. Itu yang aku lihat sekarang, ya ku kira laki-laki itu sudah tidak ada, tapi ini nyata. Terlihat jelas dari mata Greyson, mata coklat itu yang mengartikan kalau Greyson benar-benar mencintai Brooklyn. Ada apa sebenarnya ini? Kenapa Brookyn sama sekali tidak menceritakan masalah ini padaku?

Maksudku, ya... aku ini temannya sekarang, seingatku kemarin malam baru saja dia senang karena Greyson mengajaknya makan malam. Tapi kenapa sekarang dia memutuskan hubungannya?

Setelah mengambil dua gelas coklat hangat dan beberapa makanan kecil, aku kembali kekamar. Siapa tau Greyson ingin bunuh diri sehabis ini jadi aku harus buru-buru kesana.

Saat memasuki kamar, dia tengah tertidur dikasur Brooklyn, aku tersenyum senang. Baguslah, jadi aku tidak harus khawatir kalau dia akan bunuh diri atau apapun itu. Ya... hanya antusias saja, bisa saja kan? Aku menarik selimut Brooklyn dan menyelimutinya untuk Greyson. Aku langsung terduduk dikasur Brooklyn menatap lembut wajah indah Greyson, maksudku... oke aku ketahuan menyukainya. Wajahnya lucu saat tertidur, tapi kenapa saat bangun dia menyebalkan?

Saat ingin beranjak dari kasur, tidak sengaja tangan Greyson menarik lenganku "aku mohon jangan tinggalkan aku, aku tau kamu memperhatikanku tidur" dia pun tersenyum penuh kemenangan.

Jedddeerrr! Berasa ada petir yang menyambar saat ini juga, suasana panas tiba-tiba datang dari sekujur tubuhku. Membuatku ingin sekali keluar dari sini, Greyson mengetahuinya? Rasakan itu Gabriel!

Menghindar?

Atau

Tidak?

Greyson, sejujurnya aku menyukaimu...

"aku juga menyukaimu, jadi tenang saja..." ucapnya, seakan tau apa yang aku katakan barusan.


—————————————

hai,maaf ya ini updatenya udah sebulan gini. nggak ngerti lagi deh sama tugas kenapa bisa tiap hari mengalir. pokoknya ini dia chapter 39 oh iya tolong ya yang sider sama yang ngevote sampe setengah cerita doang, jangan kaya gitu.kalian baca dulu dan hargain.ini karya orang,susah buat nulis kaya gini aja.bukan baper ya ini, anti baper maaf.oke enjoy!see u soon:*

Nerd GirlsWhere stories live. Discover now