•6

1.2K 210 146
                                    

"Tadaima.." ucap Iwaizumi seraya membuka pintu rumahnya. Baru saja ia melangkahkan kakinya masuk, beberapa pakaian kotor mendarat mulus di wajahnya.

"Kenapa kau baru pulang hah? Ini sudah malam tahu! Bisa-bisanya kau melewatkan kewajibanmu untuk mencuci semua bajuku. Kalau tidak segera kau cuci, aku mau pakai baju apa besok?" seru seorang lelaki paruh baya pada Iwaizumi.

"Ayah mabuk lagi?" sahut Iwaizumi seraya memunguti baju-baju yang berserakan di lantai.

"Mabuk? Aku tidak mabuk dasar anak sialan" jawab lelaki yang dipanggil 'ayah' oleh Iwaizumi, Iwaizumi Yoshino.

"Baiklah, aku akan segera mencucinya jadi ayah istirahat saja ya"

"Apa itu istirahat hah? Aku masih mau minum sampai pagi"

"Ayah bisa terlambat ke kantor besok"

"Tau apa kau soal pekerjaanku hah?" seru Yoshino seraya melemparkan botol sake yang ada ditangannya itu ke arah Iwaizumi.

Pyarr.. botol itu hancur dan beruntung tidak mengenai Iwaizumi.

"Cih, dasar anak tidak tahu untung. Kau sama saja dengan wanita itu!"

Lelaki itu pergi meninggalkan sang anak dengan langkah sempoyongan.

"Sake.. sake.. aku mau minum sakee" racaunya dari kejauhan.

Iwaizumi mendudukkan dirinya dan mengambil kepingan botol itu dengan tangannya. Air mata mulai keluar membasahi kedua pipinya.

"Hiks.. hiks.. kenapa bunda meninggalkanku bersama lelaki ini?" tanya Iwaizumi.



.
.



"Shoyo, ibu akan pergi ke luar kota selama 2 hari" seru seorang wanita yang tengah sibuk menyiapkan makan malam di meja makan.

"Ha'i aku mengerti ibu" sahut Hinata seraya berjalan menuruni tangga.

"Oh iya, aku besok mau pergi boleh kan?" ijin Hinata kemudian.

"Memangnya Shoyo mau kemana?"

"Aku punya janji dengan senpaiku"

"Apakah dia seorang pemuda?" goda Ibu Hinata.

"Ti-tidak Ibu, senpaiku itu seorang gadis tahu" ucap Hinata seraya menggembungkan pipinya kesal.

"Hahaha ha'i ha'i, ibu percaya kok. Jangan lupa kunci semua pintu ketika kau pergi"

"Wakatta" sahut Hinata.

"Ya sudah kalau begitu makanlah dulu"

"Iitadakkimasu.." ucap Hinata seraya menyatukan kedua tangannya, lalu meraih sumpit dan memakan makan malamnya.


.
.



Keesokan harinya tepat pukul 4 sore, Iwaizumi sampai di rumah Hinata yang bernuansa oranye itu.

"Sesuai dengan kepribadian Hinata" gumam Iwaizumi. Ia lalu menekan bel rumah tersebut.

Brak.. brak.. Iwaizumi mendengar keributan dari dalam. "Kau baik-baik saja Hinata?"

"E-eh, aku baik-baik saja Iwaizumi-san hanya saja sepatuku tersangkut di atas lemari" jawab Hinata.

"Bagaimana bisa sepatunya tersangkut disana?"  monolog Iwaizumi.

"Gomen Iwaizumi-san, apa kau sudah menunggu lama?" tanya Hinata begitu ia keluar dari rumahnya.

"Hm.. tidak kok. Mungkin baru sekitar 5 menit" jawab Iwaizumi.

"Gomen senpai, gomennasai. Ini gara-gara sepatu sialanku ini" ucap Hinata seraya membungkukkan badannya.

"Hei sudah Hinata, tidak apa-apa. Ayo kita langsung berangkat saja" seru Iwaizumi.

Arus ||✅||Where stories live. Discover now