•10

1K 189 235
                                    



..

Seperti biasanya, Tsukishima tengah anteng menunggu sahabatnya untuk keluar dari rumahnya. Headphone abu miliknya itu dibiarkan tergantung di lehernya. Jarinya tak henti-hentinya menari di atas layar ponselnya.

"Etto, kau sedang apa Tsuki?" tegur Yamaguchi.

"Sedang mengirimkan beberapa file ke sekretaris ayahku Yama- eh.. sejak kapan kau sudah berada disini?" Tsukishima terkejut dengan kehadiran Yamaguchi.

"Sejak 5 menit yang lalu" jawab Yamaguchi.

"Lalu kenapa kau tidak menyapaku?"

"Habisnya kau terlihat sibuk jadi aku tidak berani untuk mengganggumu"

Tsukishima menyimpan ponselnya, "Tinggal panggil saja Tsuki aku pasti akan menoleh dan menyapamu"

"Gomen Tsuki.."

"Sudah-sudah, bagaimana jika kita berangkat sekarang?"

Yamaguchi mengangguk, "Ayo.."

Yamaguchi berjalan lebih dulu dan meninggalkan Tsukishima.

"Matte.." ucap Tsukishima.

Yamaguchi menoleh dan kemudian berbalik, "Ada apa Tsuki?" tanyanya.

Tsukishima menggaruk tengkuknya, "Etto.. Ohayou Yamaguchi.." serunya.

Semburat merah menghiasi kedua pipi gadis bersurai hijau itu, "E-eh.. O-ohayou Tsuki.." sahutnya.

"Ayo kita berangkat.."


.
.



"Ohayou Hinata, tumben sekali kau sudah sampai? Biasanya saja kau terlambat" seru Lev begitu melihat gadis jingga yang menjadi teman satu bangkunya itu sudah duduk manis disana.

"Jadi kau lebih suka melihatku terus-terusan terlambat gitu?" sahut Hinata.

"Bu-bukan begitu Hinata, kan aku hanya bilang tumben"

"Kau menyebalkan.." Hinata memukuli Lev dengan tas miliknya.

"Apa salahku heii... Hentikan.. i-itaii.." ucap Lev.

"Hahaha rasakan..."


.
.



Waktu berlalu dengan cepat dan sekarang adalah saatnya jam makan siang. Kita datang dengan terburu-buru menuju kantin dan kemudian mengantri untuk mengambil jatah makan siangnya.

"Arigatou bibi.." ucap gadis itu usai menerima nampan berisi makan siangnya. Ia melangkah untuk mencari tempat duduk kosong dan sialnya kantin saat itu penuh sesak oleh para siswa yang membuatnya kesulitan melihat sekitar.

Samar pandangannya menangkap sesosok pemuda tengah melambai ke arahnya. Sesosok pemuda yang hobinya menyebar aib orang lain dan tidur jika ada kesempatan, siapa lagi kalau bukan Suna.

Kita akhirnya memilih untuk menyahuti lambaian tangan Suna dan berjalan menuju meja pemuda itu.

"Bolehkah aku bergabung denganmu?" tanya Kita begitu ia sampai.

"Sudah jelas bukan kalau tujuanku melambaikan tangan ke arahmu adalah untuk memintamu bergabung denganku" sahut Suna.

"Ah iya, maaf dan terimakasih atas kebaikanmu. Lain kali aku akan membalasnya" ucap Kita.

"Jika kau ingin membalas kebaikanku maka balaslah sekarang juga dengan cara kau mencari kekasihku"

Kita yang hampir saja memasukkan sesuap nasi kare ke mulutnya itu terhenti karena ucapan Suna, "Apa maksudmu Suna?" tanyanya kemudian.

Arus ||✅||Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon