•14

941 185 251
                                    




...

Buagh.. Buagh..

Seperti layaknya hobi atau kebiasaan, Yoshino tengah menghajar putrinya sendiri saat ini hanya karena Iwaizumi yang membuang seluruh stok sakenya.

"Beraninya kau membuang seluruh sakeku!!" seru Yoshino.

"Aku melakukan ini demi kebaikan ayah, aku tidak ingin ayah terus-terusan mabuk. Itu tidak sehat" sahut Iwaizumi.

"Jangan ikut campur urusanku anak sialan"

"Tapi ayah, ini dem-"

Buagh.. lagi-lagi sebuah bogeman mentah mendarat di pipi gadis itu.

"Ittai.." ringisnya. Tangannya terangkat ingin membalas pukulan Yoshino tapi dengan cepat Yoshino membanting tubuh Iwaizumi.

Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, bahkan jatuhan saja tetap sangat menyakitkan jika dilakukan tanpa matras. Pria itu kemudian menendangi tubuh Iwaizumi.

"Ittai.. ittai.. hikss.. hikss.. bunda" tangis Iwaizumi. Pandangannya mulai memudar dan ia jatuh pingsan.







"Eungh.." Iwaizumi tersadar dari pingsannya. Pandangannya masih sedikit kabur dan kepalanya juga pusing.

"Jam berapa ini?" tanyanya seraya meraih-raih tempat dimana jam wekernya itu berada namun ternyata nihil, jam wekernya tidak ada disana dan ia hanya merasakan dinginnya lantai tempat ia terbaring saat ini.

"Ah, aku lupa. Aku ketiduran di gudang" lirihnya.

Ia bangun dari posisi tidurnya kemudian berusaha berdiri dan berjalan menuju kamarnya walau dengan langkah yang terhuyung-huyung. Jam dinding menunjukkan pukul 3 pagi.

"Baru jam 3 rupanya" seru Iwaizumi.

Gadis itu terus berjalan dan tak sengaja melewati ruang kerja Yoshino. Dilihatnya puluhan botol sake berserakan di lantai dan pemandangan ayahnya yang tengah terlelap di tempat duduknya.

"Bunda... Aku ingin mati saja" gumam Iwaizumi. Begitu sampai di kamarnya, ia segera menyalakan saklar lampu dan mengamati pantulan dirinya sendiri di cermin, "Tidak cukup parah, hanya lebam sedikit dan bisa ditutupi dengan foundation serta bedak" ucapnya.

Yah, memang ia hanya terluka di sudut bibirnya dan pelipis matanya yang membiru. Tapi jangan lupakan pula lebam-lebam di seluruh tubuhnya akibat tendangan Yoshino.

"Hari ini hari Sabtu ya? Aku harus menjemput Hinata nanti untuk latihan. Lebih baik sekarang aku membersihkan diri dan mengobati lukaku"

Di sisi lain, terlihat seorang pemuda yang tengah tertidur pulas itu terbangun karena suara pigura foto yang terjatuh. Sebuah pigura dimana terdapat foto dirinya dan Iwaizumi ketika masih kecil.

"Iwa-chann..." panggilnya. Nafasnya memburu, jantungnya berdegup dengan kencang. Diraihnya benda pipih yang ia letakkan di atas nakas itu.

Jarinya dengan lincah mengetik sebuah nama dan begitu menemukannya ia segera menekan ikon memanggil.

Tut... Tut..

"Iwa-chann... Ayo dong angkat" pemuda itu semakin gusar karena sahabatnya itu tak segera mengangkat panggilannya.

"Moshi-moshi"

Akhirnya Oikawa mendapatkan sahutan selain bunyi tut dari seberang sana.

"Fuahhh, yokatta. Iwa-chan baik-baik saja kan??"

"Iya, aku baik-baik saja kok. Ada apa memangnya?"

Arus ||✅||Onde histórias criam vida. Descubra agora