•36

883 167 126
                                    






...

"Patah hati terberat seorang anak perempuan adalah ketika ia kehilangan sang ayah untuk selamanya-lamanya"

-Author&berbagaisumber-













----

Ini adalah sebuah kisah yang terjadi dengan berlatar waktu 9 tahun yang lalu. Dimana kala itu Hinata Shoyo--kouhai kesayangan klub teater--masih berumur 7 tahun sedangkan sang adik, Hinata Natsu baru menginjak usia 5 tahun.

Keluarga mereka merupakan sebuah keluarga yang bisa dibilang sederhana. Meskipun sang ayah berasal dari keluarga yang berada bahkan sangat mewah, mereka lebih memilih untuk hidup seperti ini.

Saat ini, ibu Hinata--Hinata Mei--dan Hinata tengah berada di Tokyo dalam rangka mengunjungi nenek dari pihak ibu gadis jingga itu.

Mei tampak sibuk membantu sang ibu yang tengah membuat kue kering di dapur. Sedang Hinata sendiri asyik menonton siaran televisi yang sedang menampilkan acara pembukaan taman hiburan di pinggir kota Tokyo.

Matanya berbinar kala melihat antusiasme para pengunjung dan kebahagiaan mereka kala menikmati berbagai wahana disana.

"Ibu.. ibu.. nanti jika ayah dan Natsu kemari, bisakah kita pergi ke sana?" tanya Hinata seraya menunjuk ke arah televisi dan melompat-lompat.

"Ha'i, nanti kita akan pergi ke sana Shoyo. Tapi bisakah kau berhenti melompat-lompat sayang? Kau bisa jatuh nanti" sahut Mei dari dapur.

"Hehehehe.. baiklah ibu" kekeh Hinata seraya duduk kembali dengan tenang.

Drt... Drt...

Sebuah ponsel hitam yang diletakkan pada meja makan itu bergetar beberapa kali dan kemudian disusul dengan nada dering. Pertanda bahwa ada sebuah panggilan masuk.

Mei menyambar ponselnya dan menggeser ikon telfon, "Moshi-moshi"

"Hai sayang, bagaimana kabarmu hari ini? Apa kau merindukanku?" sahut suara dari seberang.

"Kaito-kun?! Kenapa kau baru menghubungiku hm? Kapan kau akan menjemputku dan Shoyo?" Mei segera menghujani suaminya--Hinata Kaito--dengan berbagai pertanyaan.

"Hehehehe.. gomen-gomen Mei sayang. Tugas dari kantorku baru saja selesai tahu. Segera, aku akan menjemputmu dan Shoyo dengan segera"

Ya, saat ini Kaito dan Natsu tertahan di Miyagi akibat pekerjaan kantor yang menumpuk.

Hinata berjalan menuju dapur dan berusaha menggapai ponsel yang tengah dipegang oleh Mei.

"Doushitano Shoyo?" tanya Mei ketika mengetahui gelagat anaknya.

"Ayah, Shoyo ingin berbicara dengah ayah" sahut Hinata.

"Baiklah, ini.." Mei memberikan ponsel itu pada sang putri dan tentu saja Hinata menerimanya dengan bahagia.

"AYAAAHHH..." panggil Hinata dengan suara cemprengnya yang melengking sampai membuat telinga sang ayah, ibu serta neneknya mendengung hebat.

"Shoyo, hei anak ayah.. apa pita suaramu tidak sakit saat kau buat bicara dengan nada seperti itu??"

Hinata terkekeh, "Hehehehe.. gomen ayah. Maafkan Shoyo"

"Tidak apa-apa Shoyo. Etto, bagaimana kabarmu hari ini?"

"Kabar Shoyo baik ayah, bahkan sangat baik"

"Baguslah kalau begitu"

Hinata memainkan ujung bajunya, "Etto.. ayah.."

Arus ||✅||Where stories live. Discover now