06. temu kangen

32.7K 2.8K 6
                                    

😼

jangan lupa mulmednya di setel. aku ngerasa cocok banget sama isi chapter ini.

Happy reading !!

***

RHETA POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


RHETA POV

Arumi Alya kira-kira baca DM ku ga ya?

Gelisah gini, takut mereka ga baca. Malam sudah larut tapi aku belum ingin tidur. Padahal mata udah pedes banget.

Ohya ngomong-ngomong kok tumben ya tadi sore habis mandi, yang ganti perban di kepalaku bukan dokter itu? Biasanya dia.

Apa dia marah gara-gara gue bohongin masalah alamat rumah?

Atau gara-gara gue ga bilang makasih, Padahal udah dikasih pinjem hp nya?

Lah kenapa jadi gue pikirin??

Aku buru-buru menepis pikiran aneh itu. Melirik jam di dinding, angka menunjukan pukul setengah 10 malam. Suasana di sini sepi sekali. Mungkin rame, sama mahkluk tak kasat mata.

Jadi ngeri.

Aku memiringkan tubuhku menghadap jendela. Setidaknya malam ini aku ditemani bulan dan bintang-bintang yang ada di langit.

Cklek.

Aku langsung melirik siapa gerangan yang datang. Jelas aku berharapnya itu Arumi atau Alya, atau siapapun kerabatku.

Tapinya kok malah dia yang datang?!

"Kamu belum makan malam?"

Aku memutar bola mata lalu kembali ke posisi awal. Membelakangi dia.

"Makan dulu. Gimana mau cepat sembuh kalau makanannya tidak dimakan?"

"Hm."

"Perlu saya suapin?"

"Ga!"

"Yaudah dimakan. Ini udah lewat jam makan malam."

Apaan sih, cerewet banget! Mamah aja engga secerewet itu kok.

Aku merengut bete. Eh tau-tau di muncul di depan mataku.

"Apalagi?!" sentakku marah. Dia kaya seenaknya banget. Ini kan bukan jadwalnya dia periksa. Ngapain coba pake ke sini segala.

"Makan Rheta," suruhnya. Aku mendelik tajam. Tapi tidak berniat untuk menurutinya.

"Eh eh mau ngapain lo?!" Aku terkejut waktu dia buka kancing ter atas kemejanya.

Heloow gadis mana coba, yang ga kelabakan liat dokter ganteng gini mau buka baju!! Mana cuman bedua lagi di kamar ini.

Ah gue benci pikiran gue sendiri.

"Saya suapin kamu."

Ternyata dia cuma buka dua kancing teratas. Sama menggulung lengan kemejanya sampai sikut.

Pak LinggarWhere stories live. Discover now