27. aku yang salah

20.7K 1.8K 9
                                    

sore-sore update, tumbenn 😂

tapi mon maap nih kalo ada typo ehehe

happy reading !!

***

RHETA POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RHETA POV

Aku mengerang dalam tidurku karena sinar matahari yang tembus jendela menyorot mata.

Ini jam berapa sih? Aku masih ingin tidur.

Aku berbalik, memunggungi jendela sialan itu. Saat teringat sesuatu, kuraba kasur bagian depanku. Kok kosong?

Mataku langsung terbuka lebar.

"Pak Linggar kok ga ada?!"

"Dia kemana??"

Aku panik. Bangun-bangun tinggal sendirian. Masa iya pak Linggar pulang duluan?!

Aku mengecek ponsel yang ada di nakas. Jam menunjukan angka 9 pagi. Ternyata belum siang. Terus pak Linggar kemana?

"Jangan-jangan nyeburin diri ke laut gegara gue tolak kemarin?!"

"Omgggggg!" Aku teriak heboh dan baru berhenti waktu suara pintu terbuka.

Cklek.

Berharap itu pak Linggar, aku langsung loncat dari kasur.

"Pak?!"

Pak Linggar terpaksa berhenti di tempatnya dengan tatapan bertanya.

Dia keliatan sehat buger. Meski pakainnya sudah ganti, bukan kaos lagi, tapi keadaan pak Linggar baik-baik aja ga kurang satupun.

Aku pun menghela napas lega. Ternyata cuma pemikiranku yang terlalu cetek alias bodoh.

"Ada apa Rheta?"

Aku menggeleng.

"Bapak dari mana? Bangun-bangun saya sendirian," keluhku mengerucutkan bibir bete.

Pak Linggar tersenyum tipis, berjalan, menaruh hp dan kacamata hitamnya di meja ruang tamu. Lalu mendekatiku.

"Kangen hm?"

Aku reflek menepak pundaknya. Aduh. Malah tanganku yang sakit. Badan pak Linggar keras ibuk-ibuk. Jadi jangan harap bisa lendot-lendotan sama dia.

"Saya takut aja bapak loncat ke laut. Nanti saya pulangnya gimana?!"

Pak Linggar terkekeh. Dia jalan lagi yang kini arahnya menuju bar mini dapur. Aku ngekorin dia di belakangnya.

"Jawab ih pertanyaan saya pak!" cecarku melihat dia santai banget, duduk sambil ngopi.

Cuih. Gatau aja tadi aku udah kaya orang kesurupan gara-gara panik.

"Yang mana?"

"Bapak habis darimana pagi-pagi udah ngilang?"

"Oh saya habis ngobrol sama teman. Biasa, urusan om-om tajir." 

Mataku melotot. Liat cara ucap pak Linggar yang datar tapi terkesan nyindir, membuat aku tertawa geli. Rupanya pak Linggar tipe cowok yang suka nginget kesalahan ceweknya tho.

"Kenapa ga ajak-ajak sih," pancingku dan betul aja mukanya berubah masam. Haha.

"Mandi sana. Sebentar lagi makanan datang."

Aku tertawa lagi. Dan entah dapat keberanian darimana, aku bergerak mengecup pipi pak Linggar sekilas.

"Saya cuma suka om-om tajir yang ini kok," bisikku lalu buru-buru ngacir.

Gelo!

Jantung gue salto manteman!

angsat. cari mati lo Rhetaaa!

Aku bersandar pada pintu kamar mandi yang sudah terkunci, dengan napas yang ga beraturan. Deg deg an parah, asli! Bego banget ngapain juga pake acara cium-cium segala. Abis ini pasti aku sendiri yang kewalahan bodoh.

Ta-tapi aku seneng.

"Aaaaaaak!"

Rasanya aku udah kaya ga waras.

***

Selesai mandi selama kurang lebih 30 menit, hah! sengaja aku lama-lamain, abis ga kuat buat keluar dan ketemu pak Linggar.

Aku keluar kamar mandi dengan bathrobe dan handuk yang meliliti rambut basahku.

Aku mengedarkan mata kesekeliling kamar, berharap ga ada pak Linggar. ehh ternyata...

"Bapak ngapain?" 

Dia menoleh. Sempat menatapku dan hp ku yang ada di tangannya secara bergantian.

Aku terus berjalan menghampirinya yang kini duduk di kasur.

"Tadi ga sengaja waktu saya masuk ponsel kamu berdering. ternyata Arumi yang nelpon."

"APA?!" seruku membuatnya kaget. Tapi di sini aku yang harusnya paling terkejut.

"Arumi tadi nelpon kamu."

"TERUS BAPAK ANGKAT?!"

Pak Linggar menggut-manggut dengan polosnya. Berbeda dengan aku yang--shit! Bakal jadi bencana besar ini.

"Kenapa bapak angkat sihhh."

Dia mengedik bahu. "Saya tidak tau. Nama kontaknya tidak jelas. Saya pikir siapa."

"Memang kenapa kalau saya angkat? siapa tau tadi itu kan penting."

"Coba saya tanya, emang tadi Arumi ngomong apa?"

Pak Linggar menggeleng. "Dia nampak terkejut dengar suara saya, lalu pamit."

Tuh kan!

Aku menggeram. Apa yang aku duga ternyata terjadi. Arumi kaget dengar suara pak Linggar!

Jelaslah siapa yang ga kaget pagi-pagi ini, weekend, justru idola kamu yang angkat telpon alih-alih sahabat kamu yang dari kemarin ga ada kabar.

Huaaa nasib persahabatan gue gimana jadinya...

"Memang kenapa Rheta? saya salah ya?"

"Engga. Bapak ga salah kok."

Aku yang keburu frustasi, pergi menyambar paper bag yang isinya semua keperluanku untuk pulang nanti, lalu aku masuk kembali ke kamar mandi. 

BRAK!

Aku butuh waktu. Memikirkan gimana kalo Arumi salah sangka tentang aku dan pak Linggar.

Selama ini aku masih merahasiakan kedekatanku dengan pak Linggar pada dia dan Alya. Ah engga. Kayanya sama semua orang kecuali Bisma dan Kalong Wewe kemarin.

Double kill Rheta. Emang salah lo dariawal ga mau jujur.

Bukan salah pak Linggar juga yang tadi angkat telpon, bukan. tapi elo.

Tentu salah elo juga yang udah buka diri untuk pak Linggar singgahi.

"Semua salah gue..."

------------

jlimet ya bund
iya karna yang bermasalah tuh Rheta!

😂😂

.

babye !!

------------





Pak LinggarWhere stories live. Discover now