43. pecah

19K 1.7K 41
                                    

happy reading !!

***

RHETA POV

Hari ini selesai ngampus aku punya misi. Senyum lebar di wajahku ga surut, membayangkan betapa menyenangkannya nanti. Dengan selembar kertas undangan di tanganku, aku bersenandung ria menuju ruangan pak Linggar.

Sesampainya di sana, alisku bertaut melihat ruangan itu yang nampak kosong. Papan nama pak Linggar yang biasanya terpampang nyata bahkan ga ada. Kemana gerangan?

Aku coba membuka knop pintunya dan terbukti dikunci. Aku semakin bertanya-tanya.

"Rheta lo nyari pak Linggar?"

Aku berbalik, mendapati entah siapa namanya. Sepertinya dia seangkatan dengan aku. Tapi aku ga yakin kalo dia dari jurusan farmasi juga.

"Iya. Pak Linggar pindah ruangan?" tanyaku.

"Engga kok. Beberapa hari yang lalu kan pak Linggar resign. Gosipnya mau fokus jadi direktur rumah sakit aja."

Mataku membulat terkejut. Selama ini aku kemana aja hey?? Apa terlalu lama di gua Hiro sampe berita hot gini aja ga tau! Sialan.

"O-oh oke deh. Makasih infonya ya."

"Sama-sama. Gue duluan Rhet."

Aku mengangguk. Selepas cewek tadi pergi, kuamati kertas yang sedari tadi aku bawa. Kertas undangan estetik. Yang isinya tertera tanggal pertunanganku dengan, tentunya Bisma.

"Masa gue kudu ke rumah sakitnya?" gumamku sambil berpikir keras.

"Jauh ih."

Tapi ga ada cara lain. Aku harus menghampirinya hari ini dan memberi kertas ini ke pak Linggar.

Aku berjalan penuh rasa percaya diri menuju resepsionts Rumah Sakit tempat pak Linggar bekerja.

"Selamat sore ibu. Ada yang bisa saya bantu?" sambut suster yang jaga.

Aku tersenyum lebar. "Saya mau tanya ruangannya dokter Linggar di mana ya?"

"Apa ibu sudah buat janji terlebih dahulu?"

"Belum. Tapi saya harus menemuinya hari ini."

"Mohon maaf ibu. Ketentuan di sini konsultasi pribadi dengan dokter hanya bisa jika sudah membuat janji terlebih dahulu."

Seketika senyumku memudar. Hih. Kok repot banget cuma mau ketemu pak Linggar doang.

"Saya bukan ingin konsultasi Sus. Tapi urusan pribadi." Aku senyum paksa. "Tolong suster jangan halangin saya ya."

"Mohon maaf ibu, sebentar saya telponkan asisten dokter Linggar terlebih dulu ya ibu."

"Hm." Setidaknya ini lebih baik dari pada langsung diusir kaya tadi.

"Halo mba. Dokter Linggar ada tamu."

Aku ga tau apa balasan dari asisten pak Linggar itu. Tapi tiba-tiba suster ini menatapku.

"Atas nama siapa ibu?" tanyanya padaku.

"Rheta," jawabku seadanya.

Dia mengangguk sopan lalu kembali bertelponan lagi. Huh. Lama bangett. Aku yang menunggu mulai bosan.

"Maaf sudah menunggu ibu. Mari saya antar ke ruangan dokter Linggar."

Wajahku seketika kembali cerah.

"Gitu kek dari tadi."

Aku ngikutin dia di belakang. Ternyata kami harus naik lift sampai ke lantai lima! luas juga ini rumah sakit. Baru nyadar.

Pak LinggarWhere stories live. Discover now