16. mba Riri

22.2K 2.3K 9
                                    

wajib setel mulmed 😭😭

happy reading !!

***

RHETA POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RHETA POV

Mba Riri adalah kakak kandung Arumi. Selama ini hanya dia, keluarga yang tersisa, yang Arumi punya. Mba Riri juga yang selama ini biayai hidup mereka.

Usianya masih cukup muda. Selisih 3 tahun di atas Arumi. Mba Riri belum nikah, tapi yah.... dia sudah hamil dan sore ini akan lahiran.

Aku panik bukan main waktu Alya memberitahu berita itu. Bayang-bayang wajah tak tenang Arumi terus muncul di otakku.

Pasti Arumi panik, cemas, takut. Pokoknya campur aduk banget.

Tanpa banyak membuang waktu, aku minta antar pak Linggar menuju alamat rumah sakit yang sudah Alya kirim.

Sampai di rumah sakit sekitar 15 menit perjalanan. Aku segera melepas seat belt.

"Terimakasih pak," ucapku sebelum turun.

"Saya tunggu di kantin ya? Nanti pulang biar saya antar."

Aku menolak. Gila kali ya, mau nungguin sampe mba Riri selese lahiran gitu??

"Ga usah atuh pak. Saya kalo mau pulang bisa naik taksi. Bapak pulang aja. Saya permisi!"

Brak!

Ga sopan banget ya? Iya aku tau. Padahal dia udah baik banget. Tapi sekarang aku ga punya banyak waktu. Aku harus cepat-cepat sampe dihadapan Arumi, lalu peluk dia.

Aku bahkan harus lari-larian sepanjang koridor rumah sakit. Ga peduli sama suster-suster yang menegur.

Hingga dari posisiku berdiri sambil terengah, aku bisa lihat Arumi yang sedang duduk sendirian di depan ruang operasi.

"Mi," panggilku membuatnya menoleh.

Di detik selanjutnya air mata dia menetes tanpa suara. Aku langsung membawanya masuk kedalam dekapanku.

"Mba Riri Ta..." Arumi mulai meraung di dalam pelukanku.

Aku ingin ikut nangis, sungguh. Tapi aku sadar kalo saat ini Arumi sedang membutuhkanku sebagai penopang. Tidak seharusnya aku nangis.

Justru aku harus meyakinkan dia. Kalo semua akan baik-baik aja. Mba Riri beserta dedek bayinya

"Beb..."

Aku dan Arumi sama-sama menoleh.

"Alya..."

Alya yang baru datang langsung menghamburkan pelukannya. Ikut berpelukan dengan aku dan Arumi.

Tangis Arumi semakin pecah. Alya pun sudah ikut menangis.

"Semua akan baik-baik aja guys."

"Semua akan baik-baik aja," bisikku lirih.

Pak LinggarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang