40. perjanjian tanpa sadar

19.1K 1.7K 22
                                    


happy reading !!

***

RHETA POV

Berkat Bisma semalam aku dapat tumpangan plus tempat tinggal. Ah lebih tepatnya aku terpaksa nginep di apartmentnya.

Aku ga bawa uang! Jangankan uang, handphone aja aku ga bawaa. Benda serba guna itu ketinggalan di atas kasur Arumi. Sangking emosinya kemarin sampe kelupaan dibawa waktu mau pergi.

Semalam Bisma langsung pulang sehabis antar aku. Sadar diri, katanya cewek-cowok ga boleh tinggal seatap kalo belum nikah. Hilih. Sok alim.

Terus katanya juga hari ini dia akan kembali. Sempat aku tolak, tapi dengan songongnya dia bilang, "ini apart gue kok lo yang ngatur ya?"

Hihh. Pengen banget aku cakar-cakar itu muka. Ganteng sih tapi rese bangett! Asli.

Ting nong ting nong

Lamunanku buyar mendengar bell apartment bunyi. Siapa yang dateng? Tanpa menaruh curiga aku membuka pintu itu. Aku pikir Bisma.

"Ck. Ngapa--" ucapanku berhenti di awan-awan. Melihat orang yang ternyata bukan Bisma, melainkan dia.

Buru-buru aku tutup lagi pintu ini tapi pak Linggar menahannya.

"Kita perlu bicara Rheta."

"Ga perlu!" tolakku langsung.

"Saya tidak ingin kamu salah paham!"

Sekuat tenaga aku menahan pintu ini sekaligus air mataku agar tidak menumpuk. Aku ga mau keliatan lemah di depannya.

"Biar saya cari tau sendiri," desisku seraya menatapnya tajam.

Muka pak Linggar nampak frustasi.

"Tapi penjelasan dari saya jauh lebih penting Rheta..."

"Saya mohon pak, saya lagi ga ingin diganggu. Kasih saya waktu."

"Waktu untuk terus menduga-duga yang tidak pasti?? Saya tidak ingin kita semakin jauh Rheta, saya tidak ingin kehilangan kamu. Tolong kasih saya kesempatan."

"Woi! Ada apa nih?!"

Pak Linggar ditarik mundur oleh Bisma yang barusan datang sehingga pintu bisa kembali ditutup. Aku menghela nafas di balik pintu. Sedetik kemudian air mataku meluruh.

Hiks.

Aku memeluk lututku dan menyembunyikan wajah di sela-selanya. Pusing banget rasanya. Bener kata pak Linggar aku banyak menduga-duga. Tapi aku hanya takut.

Tok tok tok

"Rheta ini gue."

Kuhapus air mataku dengan cepat, lalu berdiri dan membuka pintu untuk Bisma.

Baru ingin meninggalkan dia di ruang tv, tanganku dicekal. Dia menarikku hingga aku duduk mepet dengannya.

"Ck. Apaan sih, lepas!"

Bisma melepas. Tapi tatapannya dariku tidak lepas barang sedetikpun.

"Lo... secinta itu sama om-om tadi?"

Mataku langsung mendelik. "Stop panggil dia om-om!" seruku tak terima. Karena setiap Bisma nyebut pak Linggar om-om, yang ada diotakku langsung tertuju pada ucapannya waktu itu. Sugar dady.

Sialan.

"Apa yang buat lo sesedih ini?" tanyanya lagi. Tatapan matanya masih sama, entah kenapa terasa meneduhkan.

Aku membuang muka lalu mengambil tissu yang ada di atas meja untuk ingusku. Aku meliriknya sekilas.

"Lo tau tentang perjodohan kita?"

Bisma berdecak. "Ditanya malah balik tanya."

"Pejodohan gila itu yang lebih bikin gue sedih. Buruan jawab!"

Bisma diam lalu dia menghela nafas panjang.

"Gue yang minta Papah buat jodohin kita."

"BANGSAT! Lo gila?!!" Terkejutku bukan main.

"Mamah lo juga setuju banget tuh dapet mantu kaya gue."

"Tapi gue yang ga setuju!"

Kini Bisma menggengam tanganku tapi segera aku tepis.

"Gue cinta sama lo Ta, dari SMA gue berusaha milikin elo. Udah banyak usaha yang gue lakuin, tapi teteppp aja lo tolak gue."

Aku memperhatikan Bisma yang kini nampak nelangsa. Tapi emang beneran dulu SMA dia gigih banget deketin aku. Cuma karena kuliah aja kita ga sekampus jadi dia ga deketin aku lagi.

Aku terkekeh mencibir dibuatnya. "Lo cinta apa sekedar obsesi Bis."

Terlalu menohok kayanya, keliatan sekarang Bisma membisu.

"Sorri Bisma kenyataannya dari dulu emang gue ga naruh perasaan apa-apa sama lo. Sebatas temen aja. Dulu lo baikkk banget sama gue dan Arumi. Walaupun cupu tapi lo sangat menghibur kita."

Bisma tersenyum kecut. Dia menunduk entah ngapain. Mendadak suasana diantara kita hening. Baru kali ini di pertemuan kedua kita, aku bersama Bisma membahas persoalan yang berat. Tentang isi hati kita.

Ya menurutku masalah isi hati adalah yang tersulit!!

"Kayanya emang ga ada ruang untuk gue ya," gumam Bisma terdengar sedih. Aku segera merangkul pundaknya.

"Ta-tapi kalo perjodohan ini memang yang terbaik, gue... mau kok."

Badan Bisma langsung menegak.

"Mamah ga mungkin kasih anaknya yang ga terbaik kan?"

"Lo beneran mau nikah sama gue Ta?!" tanyanya terlihat antusias.

Dengan sedikit ragu aku mengangguk.

"Tapi bantu gue cari tau dulu ya."

"Tentang?"

"Kasih aja gue orang yang biasa cari informasi. Setelah semuanya ketemu, nanti gue putusin."

"Ck lo mah gantungin gue. Nanti kalo ternyata faktanya sesuai harapan lo, lo ninggalin gue. Gue ga jadi kawin sama lo dong!"

"Kawin pala lo!" amukku sontak menonyor kepalanya. "Lo sekarang sompral banget sih Bis. Bikin ilfeel!"

"Ehh emang iya?? Lo ilfeel sama gue yang sekarang Ta? Sialan. Gara-gara temen gue jamet semua tuh di kampus, gue jadi ketularan."

"Halah. Jamet ya mainnya sama jamet juga lah!" Kekehku meledeknya.

"Mendingan Bisma yang dulu. Seru, cupu, jelek. Enaklah buat di bully," tawaku pecah seketika melihat wajahnya yang kini masam.

Tak lama dia pun ikut tertawa.

"Gue kangen suara ketawa lo deh Ta. Udah lama banget rasanya. Dipertemukan kita yang kedua, lo malah judes sama gue. Sengit gue."

Ahaha.

"Lo gapapa kan gue gantuin Bis? Jujur gue masih ngarepin orang yang gue cinta. Sebenci apapun, gue berharap semuanya ga bener."

Bisma termenung. Beberapa saat kemudian tidak aku sangka kalo dia mengangguk.

Dia pun tersenyum tulus. "Gapapa. Asal lo bahagia, gue terima."

----------

awas, nanti jatuh cintak 😂

.

btw kalo aku ngadain QnA ada yang mau tanyain ga??

nanti para cast yang jhawab💁 satu chapter isinya khusus QnA an semua ahaha

---------



Pak LinggarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang