39. hancur

19.6K 1.7K 23
                                    

TUMBEN BANGETT AKU UPDATE JAM SEGINII 😂

happy reading !!

***

RHETA POV

"Lo tau semuanya Mi? Dan lo nutupin semuanya dari gue?"

"En-engga gitu Rheta."

"Ga perlu penjelasan. Cukup jawab gue, baby Rain anaknya pak Linggar?"

Aku menatap dalam Arumi yang kini terdiam. Gejolak marah, kecewa, sedih, sudah campur jadi satu. Banyak kata kenapa di kepalaku.

"Jadi beneran?"

"Gue ga tau Ta...!" Arumi sudah nangis. Entah apa yang dia tangisin. Tapi untuk sekali ini aku tidak berempati sama sekali.

"Oke."

Aku pun bangun dari dudukku. Arumi hendak mencegah tapi aku larang.

"Jangan ketemu sama gue dulu ya? Gue ga mau nyakitin elo," kataku setelah itu angkat kaki dari kamar Arumi bahkan dari rumah Arumi.

Masa bodo dengan baju rumahan gini. Aku masih terlalu ga nyangka kalo selama ini orang yang diam-diam aku pikirin, siapa bapaknya baby Rain, ternyata orang yang aku cinta sendiri.

Haha. Sesempit itukah dunia? Lucu sekali scenario Tuhan. Bagaimana bisa aku mencintai orang yang aku benci?

TIN!

"Sialan!"

Aku menatap nyalang mobil yang kini berhenti di depanku. Arahnya berlawanan, berarti sengaja banget mau ganggu aku yang lagi galau.

Taunya Bisma keluar dari mobil itu.

"Ngapain lo? Kaya glandangan gitu." Bisma terkekeh melihat penampilanku yang cuma pakai daster.

Aku ga peduli. Males juga tanggapin dia. Aku memilih meninggalkan dia.

"Calon istri kok kurang ajar sih? Ini calon suami mu lho..."

"Ck. Sarap."

Aku terus berjalan, menambah kecepatannya berharap Bisma berhenti ngikutin aku. Begonya aku... Bisma kan lebih tinggi dari aku. Punya kaki yang panjang. Jelas bisa nyeimbangin langkahku lah! Ihh bete!

"Pulang. Gue anter ayo."

"Ga perlu."

"Udah malem Rheta, lo mau kemana juga?"

Mendadak aku berhenti. Membuatnya nyaris menabrakku juga tidak buru-buru ngerem. Aku mendelik ke arah Bisma.

Jujur buat bicara sekalimat aja aku udah ga sanggup. Tapi yang namanya Bisma, susah banget dibasmi.

"Gue kasih tau sama lo. Mau kemanapun gue pergi, malem-pagi-siang-sore-subuh, semua bukan urusan lo. Berhenti ganggu gue dan ikutin gue. Gue ga butuh!" ucapku menggebu-gebu. Baru kali ini aku bicara panjang sama Bisma.

Agaknya berhasil, Bisma pun mematung. Aku menggunakam kesempatan itu untuk menjauh darinya. Aku benar-benar butuh ketenangan. Walau kesepian.

Aku berdiri di pinggir jalan, menunggu taksi yang lewat. Suasana yang sudah terlalu malam, menyulitkan aku cari taksi online di daerah sini.

Aku sibuk menunduk, menendangi batu aspal. Sampai akhirnya ada yang mencolek lenganku. Aku terjolak, kaget.

"Sendirian aja cantik."

"Kita temenin mau?"

Aku langsung merinding dikelilingi oleh bapak-bapak yang entah ini siapa. Dari penampilannya kaya preman.

Huaaa. Gue mau dibegal?!

"Saya ga punya apa-apa Pak. Mending pergi deh," ucapku masih berusaha santai mengusirnya.

"Ah gapapa. Yang penting dapetin Neng cantik."

Hih...

"Mau kan?" tawar bapak-bapak berambut gondrong itu. Mau apaan?? Batinku.

"Udahlah ga pake kelamaan. Langsung bawa aja dia," sahut bapak-bapak yang badannya penuh dengan tato.

"Siap boss!""

Bangsul aku mau dibawa kemana?!!

"Lepas! Bapak apa-apaan sih?!" Aku mulai panik.

"Tolongggg!!! Ada rampok!!!"

"Tolonggg!!!"

Huaaa. Mamahh Rheta takuttt. Kemana anak buah Mamah?!! Kenapa ga ada yang nongol satu pun!!

"Diem! Mau kita kasarin hah?!"

"Saya bakal laporin ke polisi! Biar kalian mampus dipenjara!!!"

"Berisik! Cepet bawa Gong!"

Aku terus berontak. Dengan sisa tenagaku yang ada, aku coba bertahan hidup. Anjee. Serem banget ini situasi. Jalanan sepi, ga ada yang lalu lalang. Tau gitu tadi nebeng Bisma.

Huaaa.

WIYU WIYU WIYU

"Boss ada polisi beneran?!"

"Sialan. Ini anak beneran lapor polisi."

"Ayo boss kita lari ajaa. Belum siap dipenjara."

Suara sirine polisi itu terus terdengar tapi kok mobilnya ga dateng-dateng?

"Ayo boss!"

Tanganku yang tadinya dicekal sama bapak-bapak yang rambut gondrong, sekarang udah terlepas. Bapak-bapak itu ngacir duluan sama yang kepalanya botak.

Sementara bapak-bapak yang penuh tato ini, masih bingung. Kayanya ga rela ngelepasin aku tapi takut juga ditangkep polisi.

Bodoh.

"Pak polisiiiiiii!! Saya di sini Pak!!! Ini penjahatnya!!" teriakku heboh membuatnya akhirnya pergi terbirit-birit.

Huft.

Mereka sudah pergi. Aku langsung lemas. Kakiku kaya ga bertulang lagi. Tapi tiba-tiba ada datang dan langsung menahan pinggangku sehingga aku tidak jadi terduduk di aspal.

"Kerjaannya bikin gue khawatir mulu sih!"

Ternyata Bisma. Sedikit lega aku kira orang jahat lagi. Aku hanya menunduk di depan dadanya Ga mau menatap balik.

"Maaf," kata Bisma lagi terdengar sesal. Kedua mataku mulai berkaca-kaca.

"Please Rheta buat malem ini doang, gue anter lo pulang ya?"

Hiks.

"Ga usah takut. Ada gue."

Terlalu banyak hal yang mengejutkan di malam ini. Bisma memelukku tanpa aku pinta, kini dia mengusap punggungku, menenangkan.

"Sttt.. Gue di sini. Ga akan ninggalin elo."

Hiks.

Tapi kenapa dari antara orang-orang terdekat aku, justru Bisma? Dia bahkan aku cap sebagai musuhku. Tapi Dia yang saat ini ada di sini, memelukku yang sedang hancur.

-----------

aku kasih tau nih,

Bisma dari dulu ga jahat tau

walaupun dulu SMA suka dibully
sama Rheta n Arumi 😭😂

-----------

Pak LinggarМесто, где живут истории. Откройте их для себя